-Bertemu Louis-

1.3K 142 2
                                    

Ariana tertegun, menatap kosong kearah depan dengan mata hampanya. Selepas kepergian chester, membuat dirinya semakin tak merasa tenang. Chester adalah seorang pembunuh,Walaupun ia telah menduga sebelumnya.

Ia tak habis pikir kenapa jalan hidupnya bisa serunyam ini. Tak cukupkah ia buta, dan kini ia harus tinggal bersama dengan seorang pembunuh. Yang ariana inginkan hanyalah hidup yang normal, dikelilingi oleh orang-orang baik yang menyayanginya hingga ia meninggal.

Dan munculnya chester bagaikan kado natal baginya. Dimana ia akan merasa bahagia atau kecewa saat mengetahui apa yang ada didalam kotak tersebut.

Ariana mulai beringsut dari tempay tidurnya. Ia kini tak meraba-raba mencari pegangan karena sudah mengingat sirkulasi serta letak perabot diruang itu. Dengan mudah ia menuju pintu kamar, tangan ariana menyentuh kenop pintu lalu memutarnya. Mata ariana melebar saat mengetahui pintu itu tak dikunci. Ariana berdecak senang, chester ternyata mendengarkan perkataannya.

Ariana meraba pingir dinding kamar, ia berjalan sesuai dengan yang telah diingatnya saat chester menuntunnya menuju dapur. Ia menyentuh perabotan diruang-ruang yang ia lalui. Ariana dapat merasakan tak ada debu yang melekat disana. Apakah chester yang membersihkannya, batin ariana.

Pria itu cukup pembersih, ternyata ia bukan seorang pembunuh dalam bayangan ariana. Dimana bersembunyi disebuah ruang yang pengap dan kotor ataupun bau menyengat. Ariana mendapatkan bayangan itu dari hasil mendengar cerita para remaja didesanya.

Ariana tiba diruang keluarga, ia tahu dari sofa yang ia sentuh dan aroma dapur. Sofa berbahan kulit, ariana mengitari sofa itu lalu duduk diatasnya. Sangat empuk, dulu dirumah paman vin, ariana tak pernah dudui diruang keluarga.

Ariana bangun dari tempat duduknya, ia berniat berjalan menuju pintu keluar rumah ini. Ariana kembali meraba-raba menjadikan perabotan dan dinding sebagai penunjuk arah. Tanpa sengaja ia menyentuh gagang sapu, ia lantad melepas ujung sapu dan menjadikannya tongkat penuntun.

Ariana berhasil menemukan pintu, dan luar biasa. Chester tak menguncinya. Ariana mengernyit heran, ada apa dengan orang itu. Apakah ia benar-benar mempercayai ariana.

Ariana keluar, udara dingin menyegarkan langsung menerpa kulitnya. Ariana menghirup udara hingga memenuhi rongga dadanya. Ia sangat merindukan berada diluar, udara dan sinar matahari.  Kini ariana sudah melanglah cukup jauh dari depan pintu rumah. Langkahnya ariana terhenti tatkala ia mendengar suara pria lanjut usia.

"nona. Anda tak boleh terlalu jauh dari rumah"

Ariana menoleh keasal suara itu, dan tentu saja dengan mata hampa. Ia mengerjap meskipun matanya tak membutuhkan itu. "maaf?"

Pria itu berdehem, "maafkan saya, saya belum memperkenalkan diri. Saya Lark Martin. Saya adalah butler tuan chadwell."

"oh, tuan martin. Saya tak tahu dirumah ini ada pekerjanya. Ku pikir chester tinggal sendiri. Dan aku hanya ingin berjalan-jalan saja"

"panggil saya lark saja nona. Tuan berpesan agar saya mengawasi nona dan melarang nona untul keluar terlalu jauh" 

Ariana menggeleng, "tidak lark. Sungguh aku hanya ingin berkeliling disekitar sini. Aku tak kan kabur." kata ariana bersikeras.

"baiklah, saya akan menemani nona"

Ariana menolak niat lark yanh ingin menemaninya. Ia ingin menikmati waktu sendiri. Ia tak nyaman jika harus berjalan bersama lark. Setelah perdebatan panjang dengan lark. Akhirnya lark membolehkan ariana untuk pergi sendiri, dengan syarat bahwa ariana harus kembali secepatnya.

Lark memberikan sebuah tongkat untuk ariana yang baru saja ia ambil dari dalam rumah. Ia mengatakan jika tongkay itu dibelinya kemarin, atas permintaan chester. Ariana berterima kasih pada lark, ia langsung melangkahkan kakinya pergi menuju kearah pintu gerbang rumah chester.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang