-dibawa Pergi-

2.6K 214 2
                                    

Ariana melebarkan pupil matanya yang berkabut, berusaha mencerna kata-kata pria barusan. Ia memang suka sekali mendengarkan cerita tentang peri, atau pun cerita lain yang bersifat fantasi. karena ia dapat membayangkan sesuatu, memberikannya secercah cahaya harapan bagi hidupnya yang gelap.

Namun,ia tak bisa mempercayai perkataan pria tersebut yang mengatakan bahwa dirinya seorang malaikat. karena ia bukan hidup didalam negeri dongeng.

Ariana mendengar tawa sinis dari pria tersebut. "kau tak percaya?" tanyanya dengan nada skeptis. "baiklah akan ku beritahu padamu hal yang kulakukan sebagai seorang malaikat"

Ariana tak bergeming, ia hanya mengernyitkan dahinya. Hingga membentuk kerutan berlapis. Bertanya-tanya dalam hati apa maksud pria tersebut.

Pria tersebut berputar mengitari ariana, matanya terfokus memgamati ariana. Sesekali ia menyunggingkan senyuman, jika ariana dapat melihat bagaimana raut wajah pria tersebut. Tentu ia pasti sudah berteriak ketakutan.
"aku membebaskanmu dari pamanmu,paman jahat mu itu"

"apa maksudmu?" ariana sungguh tak mengerti apapun, menyelamatkan dari pamannya?

Pria tersebut berhenti tepat didepan ariana. Ariana menyadari hal tersebut, hanya menatap kosong kearah pria tersebut tanpa tau bagaimana rupa pria itu.

"kau tau, pamanmu berusaha menjualmu kesalah satu temannya. Teman berjudinya," ariana tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, melihat raut wajah ariana yang berubah, pria itu terkekeh. Tengkuk ariana meremang begitu mendengarnya.

Ariana menggeleng, Tidak, bagaimana mungkin pamannya tega berbuat seperti itu, walaupun mereka bersikap kasar pada ariana, ariana tak mengira hal tersebut dilakukan oleh pamannya. Dan bibi bethny sama sekali tak mencegah hal tersebut. Hati ariana terasa sakit, perasaan marah muncul dalam dirinya dan tanpa ia sadari bulir-bulir air bening jatuh melewati sudut kedua matanya."tidak..tidak mungkin"

Pria tersebut mencondongkan tubuhnya kearah ariana. Dekat sekali, hingga ariana dapat merasakan hembusan nafasnya yang hangat. "jangan bersedih, lagi pula aku sudah menyelamatkanmu. Aku sudah membunuh mereka."

Ariana terdiam, ia merasakan ketakutan mulai menyelimuti dirinya. Kakinya terasa lemas, dan tangannya bergetar.

Ia menyadari bau yang tadi menyeruak saat ia masuk kedalam kamar adalah bau darah. Meskipun paman vin dan bibi bethny bersikap buruk padanya, bahkan berniat menjualnya, yang membuat ariana kecewa namun ia tak pernah menginginkan kematian mereka.

"kau tak merasa senang?" tanya pria tersebut dengan nada suara agak kesal "padahal aku telah menyelamatkanmu, mereka pantas mendapatkannya"

"k-kau tak berperasaan" suara ariana bergetar,"kenapa kau membunuh mereka"

Pria tersebut menghela nafas, ia memejamkan kedua kelopak matanya, menarik nafad panjang. Sedetik kemudian ia kembali membuka matanya. "aku tak berperasaan? Hah!" ia mengeraskan suaranya, yang memperdengarkan suara berat dan serak yang khas. Tangan kanannya menyentuh dagu ariana, menariknya hingga berhadapan dengan wajah pria tersebut. "aku menolongmu sayang, mana rasa terima kasihmu? Oh atau kau lebih bahagia menjadi budak seks teman situa bangka itu"

Dia berdecih, lalu kembali melanjutkan kata-katanya "sia-sia pekerjaanku, atau..." kalimat pria tersebut terhenti, ia tampak memikirkan sesuatu "ah...atau kau ingin mati? Walaupun sebenarnya aku tak ingin. Tapi aku ingin tahu bagaimana rasanya membunuh seorang gadis buta"

Pria tersebut melepaskan tangannya dari ujung dagu ariana. Lutut ariana semakin melemas setelah mendengar perkataan pria tersebut. Tubuh ariana merosot kebawah, ia jatuh bersimpuh didepan pria tersebut.

Sebenarnya,tak ada alasan untuk ariana hidup. Selama ini, ia menjalani hidup bagaikan cangkang kosong. Tak ada gairah dan semangat dalam hidupnya. Ariana menelan ludahnya, "bunuh. Bunuh saja aku" ucap ariana dengan suara lantang.

Raut wajah pria itu menyeringai dengan sorot mata kejam kini sedikit memudar. Tak dapat ia pungkiri bahwa ia sedikit terkejut dengan reaksi wanita tersebut.

"kenapa kau ingin mati?" 

"untuk apa aku hidup, lagipula aku gadis buta dan kau juga telah membunuh satu satunya keluargaku, tak ada alasan lagi untukku tetap bernafas bukan?"

Tak ada respon dari pria tersebut. Suasana hening, ariana bahkan dapat mendengar suara nafasnya sendiri bahkan detak jantungnya.

10 menit berlalu tanpa ada suara dari kedua orang yang tengah berhadapan dengan raut wajah yang berbeda.

Akhirnya pria itu bergeming dari tempatnya, ia mendekati ariana. senyum miring tersimpul dibibirnya, tampak kilatan dimatanya saat sebuah ide terbesit dikepalanya. "aku tak akan membunuhmu. Aku akan membawamu pergi dari sini. Dan kau akan tinggal bersamaku"

Tubuh ariana bergetar mendengar apa yang diucapkan pria tersebut. Namun, ia tak dapat membantah atau menolak keras ucapan pria tersebut. Jika ia ingin melarikan. Sangat mustahil, ariana sudah tahu nasib buruk yang menantinya jika ia melakukan hal itu. Ia akan jatuh.

Pria tersebut mengeluarkan sebuah sapu tangan dari balik saku celananya. Lalu membuat gerakan kecil, menutup sebagian wajah ariana. Ariana tak melakukan perlawanan, ia hanya diam hingga akhirnya ia merasakan denyutan dikepalanya, membuatnya sedikit pusing. Dan perlahan kesadaran ariana menghilang.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang