Ariana merentangkan kedua tangannya dengan kepala mengadah keatas langit. Ia membiarkan kulit wajahnya mendapatkan panas sinar matahari secara maksimal. Ia tak bisa menahan untui tak tersenyum saat angin membelai lembut dirinya. Ia suka saat seperti ini, begitu menenangkan.
Chester dari tadi terus memperhatikan ariana tampak sedikit terpana. Bagaimana bisa seorang gadis buta punya pesona yang indah seperti itu.
Lama sudah chester dan ariana berada ditebing itu, akhirnya chester berdiri dari atas kap mobilnya.
"ayo, kita harus segera pergi dari sini" ucap chester setelah melirik jam tangannya
Ariana mendesah kecewa, ia menurunkan tangannya dan menarik kepalanya keposisi semula.
"tak bisakah kita berada lebih lama disini?" pinta ariana
"tidak. Kita sudah cukup lama disini. Kalau kau begitu suka, aku akan membawamu kesini lagi"
Mata ariana abu berkabut ariana bergetar, wajahnya terlihat senang dengan senyum lebar. "kau serius?"
"tentu." jawab chester dengan yakin.
"baiklah, kalau begitu. Mari kita pergi"
Chester kembali membantu ariana masuk kedalam mobil, kali ini dia jugalah yang memasang sabuk pengaman. Dengan gerakan cepat, kini chester sudah ada kursi pengemudi.
Mobil chester melaju dengan kecepatan stabil. Suasana didalam mobil terasa seperti dipemakaman. Setidaknya itu yang ariana rasakan. ariana tak tau harus memulai percakapan atau tidak, ia juga bukan sosok yang senang bicara lebih dulu, sedangkan chester hanya diam, matanya lurus menatap jalanan. Ia kelihatan sama sekali tak terganggu.
Mobil chester berhenti, seingat ariana jarak antara tebing dan rumah chester cukup jauh.ia merasa heran saat chester membuka pintu disampingnya, membantunya keluar dari dalam mobil.
"kita makan dulu, kau pasti lapar" ariana tertunduk, ia merasa malu. Chester pasti mendengar suara perutnya yang bergemuruh.
Chester menggenggam tangan ariana, menuntunnya berjalan masuk menuju restoran. Jantung ariana mulai memberontak, berdetak keluar dari iramanya. Sentuhan chester selalu berhasil membuat jantungnya kacau, bisa-bisa ariana terkena serangan jantung bila chester sering menyentuhnya.
Suara denting lonceng terdengar begitu chester membuka pintu. Seorang waiters lansung menghampiri chester dan ariana. Ia wanita bertubuh ramping-tinggi, berambut pirang yang dibiarkan terurai-sepinggang,
Cukup cantik sebagai seorang waiters. Ia terlihat gugup saat berhadapan dengan chester, tak lupa ia membuat gerakan menyelipkan rambut kebelakang telinga. Chester hanya menatap waiters itu tanpa ekspresi."mau meja untuk berapa orang, tuan?" nada suara waiters itu sedikit malu-malu genit.
Ariana mengernyit, ia dapat menangkap bahwa wanita itu tertarik pada chester. Ariana tak tahu kenapa dia mendadak mengeratkan genggaman tangannya dengan chester.
Chester merasakan genggaman ariana yang menguat hanya menyeringai dalam hati.
"dua orang" jawab chester segeraWaiters itu segera menyuruh chester untuk mengikutinya, mengarahkan ke meja kosong yang letaknya dekat dengan dinding kaca transparan. Cukup bagus bila ingin mendapatkan view kearah jalan.
Waiters itu memberikan buku menu pada chester dan ariana begitu mereka duduk. Tentu saja ia menyerahkan pada chester dengan gerakan berlebihan hingga chester dapat melihat dada wanita. Tapi chester sama sekali tak tertarik apalagi bergairah ketika melihatnya. Yang ada dia memandang jijik, apa yang ada dipikirannya saat ini adalah apakah wanita itu tetap genit jika ia memotong kedua buah dada yang wanita itu banggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird in the cage
General FictionAriana Joanna stan adalah seorang gadis buta yang hidup bersama bibi dan pamannya. Kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan ariana sejak ia berusia 8 tahun. Ariana terbiasa melakukan semua hal sendiri, karena tak mau merepotkan siapapun. Kehidu...