Been updated after long time.
Baru kepikiran mau ngelanjutin ceritanya.Happy reading guys.
***
Suara ketukan pertemuan antara alas sepatu mahal dengan permukaan lantai marmer terdengar begitu jelas. Disusul derapan langkah dari dalam, beberapa pelayan keluar-menyambut kedatangan tuannya dengan kepala menunduk. Hanya satu orang yang berani mengangkat kepalanya- sang kepala pelayan dirumah ini.
Chester menghentikan langkahnya beberapa meter dari sang kepala pelayan, tangannya bergerak berupaya meloloskan jas abu-abunya yang langsung disambut oleh sang kepala pelayan. Sedikit melonggarkan dasinya lalu menggulung lengan kemeja putih gadingnya yang berbahan satin itu. Ia lelah karena sepanjang pertemuan dengan perkumpulan rahasianya tidak melakukan apapun. Hanya diskusi tidak penting, tunggu saja nanti jika ia menjadi ketua. Tidak akan ada pertemuan yang membuang waktu seperti itu. Meskipun ia tahu tujuan pertemuan tadi adalah sekedar peringatan, jangan melakukan hal yang melanggar kesepakatan seperti pesta pembunuhan massal berkedok pesta perayaan ulang tahun. Kalau ayahnya adalah dia, chester akan langsung mengambil tindakan, menghabisi orang-orang tolol berotak pendek atau memburu seluruh keluarganya sampai habis untuk dijadikan manusia guling.
Chester terkekeh, sepertinya seru juga membayangkan ada puluhan manusia diikat seperti babi dan dibakar diatas bara api dalam keadaan hidup tentunya.
Kepala pelayan mengangkat alis, merasa heran karena sang tuan tiba-tiba tertawa. Tapi ia enggan bertanya, peraturan disini sejak ia mengabdi sebagai bawahan chester adalah jangan berbicara tidak penting ataupun menanyakan perilaku aneh yang ia lakukan.
Sudut bibir chester berubah dengan cepat, ia menatap serius kearah kepala pelayan tersebut.
"dimana gadis itu?"
Tanpa bertanya siapa gadis yang dimaksud chester, kepala pelayan sudah tahu betul siapa orang tersebut.
"ada dikamarnya, tuan" jawabnya.
Chester mengangguk, ia langsung berjalan menuju anak tangga untuk naik kelantai atas-menuju kamar dimana ariana berada.
Kamar ariana tidak pernah dikunci, dan ariana juga tidak pernah berniat untuk menguncinya. Toh percuma, ini bukan rumahnya dan mungkin saja sang tuan rumah memiliki duplikat kunci setiap ruangan dirumah ini.
Chester membuka pintu kamar tanpa suara- bahkan ia masuk kedalam kamar ariana tanpa menimbulkan sedikit suara. Ini karena ia sudah terbiasa, berkat hobi dan pekerjaan sampingan yaitu seorang pembunuh sekaligus orang yang gila membunuh.
Ia menemukan ariana berbaring diatas ranjang, ditutupi selimut. Deru nafas teratur dari ariana lah satu-satunya diruangan tersebut.
Chester mendekati ranjang, dan memilih duduk disamping ariana. Matanya sama sekali tidak lepas dari wajah damai ariana yang tengah tertidur. Entah mengapa ada percikan rasa hangat dihatinya melihat gadis itu. Dan sejak kapan kedua sudut bibirnya bergerak sendiri-ini gila, ia lupa kapan terakhir kalinya tersenyum seperti ini.
Secara mengejutkan juga, tangan chester bergerak menyentuh anak rambut ariana, menyibaknya untuk tidak menutupi wajah ariana.
Astaga, chester merasa ia sudah gila. Seorang pembunuh yang tidak kenal ampun, dan orang yang menyukai jeritan pilu korbannya kini bertingkah konyol memandangi seorang gadis yang tengah tidur. Chester menarik kembali tangannya,meyakinkan dirinya, bahwa ia sedang tidak tertarik pada gadis buta itu. Ini hanya obsesi, ya hanya obesesi menjadikannya mainan, bonekanya.
Tepat saat chester hendak pergi, ia mendengar pergerakan dari atas tempat tidur. Ia berhenti dan kembali memandang kearah gadis tersebut.
"chester...kau kah itu?" ternyata ariana terbangun. Gadis itu mengerjapkan matanya-yang entah itu tujuannya untuk apa, mungkin itu sudah kebiasaan setiap orang saat bangun tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird in the cage
General FictionAriana Joanna stan adalah seorang gadis buta yang hidup bersama bibi dan pamannya. Kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan ariana sejak ia berusia 8 tahun. Ariana terbiasa melakukan semua hal sendiri, karena tak mau merepotkan siapapun. Kehidu...