- Malam Terakhir -

635 57 14
                                    

Malam terakhir
Atau
Malam mencekam

*

Kelopak mata ariana terbuka, ia terduduk lalu reflek meraba sekitarnya. Ia benci saat terbangun tengah malam seperti ini, kebiasaan buruk yang selalu muncul jika ia menginap ditempat asing.

Tenggorokannya kering, ia haus. Tapi dikamar ini tidak ada minuman. Sementara dapur, ia tidak tahu dimana letaknya. Louis pastilah sudah tidur, tidak mungkin ia membangunkan pria itu demi segelas air putih.

Telinga ariana menangkap suara berisik dari luar, seperti suara langkah lalu berganti suara aneh lainnya. Mirip karung diseret... Ditengah suasana yang begitu tenang ini tampak aneh. Para pekerja rumah orang tua louis tidak mungkin beraktifitas dijam seperti ini, dan jika itu orang tua atau kakak louis pasti akan ada kegaduhan suara mereka. Tapi ini tidak.

Ia pun perlahan turun dari atas kasurnya, telapak kakinya dingin menyentuh permukaan lantai. Meraba sekitar, ariana berjalan menuju pintu kamar. Sebelum membuka, ia menempelkan telinga didaun pintu untuk mendapatkan suara lebih jelas. Sayangnya suara itu menghilang. Dan saat ia menarik kepalanya menjauh, suara gemerasak terdengar.

Ariana menggelengkan kepala, ia berusaha untuk berpikiran positif. Keluarga louis bukan keluarga biasa, pasti memiliki sistem keamanan yang baik. Tidak mungkin rumah mereka akan kemasukan pencuri.
Tapi tetap saja perasaan ariana tidak enak. Ada hawa aneh, ia seperti merinding.

Haruskah ia memeriksa keadaan luar?

Takut memang ariana rasakan, tapi rasa penasaran dirinya lebih besar. Ia pun membuka kenop pintu kamar, dengan kaki yang lebih dulu melangkah keluar.

Ia tidak menutup pintu, membiarkan setengah terbuka. Suara birisik itu kian terdengar jelas. Saat ia mulai berjalan, detak jantung ariana pun kian meningkat. Ia berdoa dalam hati semoga itu bukan suara pencuri atau perampok.

Tap! Ariana berhenti melangkah saat merasakan kakinya menginjak sebuah genangan. Bukan air, karena terasa lengket dan pekat. Ia meraba kakinya,lalu mencium cairan yang mengenai kakinya.
Bau amis dan karat?!

Ariana diam-mematung. Pikirannya berkelana. Memunculkan pikiran buruk tanpa ia cegah.

Lalu ia menggeleng.

Tidak mungkin.

Ariana berjalan mundur sebanyak lima langkah. Ia hendak berbalik, kembali kekamar-tidak tapi kekamar louis. Ia harus melaporkan hal aneh ini padanya.

Namun suara berat seseorang yang sangat ia kenal menghentikan niatnya.

"mau menemui louis, little bird?"
Nada suara paling menakutkan dan berbahaya.
Ariana jatuh terduduk diataa permukaan lantai, rasa sesak bercampur takut membuat tubuhnya gemetar hebat.

Dia. Pria pembunuh- Chester Chadwell ada disini. Dihadapan ariana. Dirumah orang tua louis!

Ia ingin berteriak tapi mulutnya seolah terkunci rapat. Bahkan tubuhnya seakan dipaku tidak mampu bergeser sedikitpun.
Mirip kelinci yang terjerat.

Suara kekehan, bersamaan langkah yang mendekat kearahnya.

Ariana merasakan udara disekitarnya menipis. Demi apapun, ia ingin lari.

"long time no see, darling-begitu seharusnya aku memanggilmu bukan?" bisiknya lembut namun membuat tengkuk ariana merinding.

Bau amis pekat kian tercium saat pria itu berada dekat dengannya.

"gift for you!" tangan ariana diraih, lalu dipaksa menyentuh sesuatu.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang