- Tak Bisa Dimengerti-

2K 154 4
                                    

Setelah pria bernama chester tersebut pergi, Ariana menghirup nafas panjang lalu menghembuskannya hingga udara yang memenuhi paru-parunya tadi menghilang. kegugupan yang melanda dirinya berangsur-angsur menghilang.

Ia kembali meraba permukaan dinding,ingin menemukan pintu keluar kamar tersebut. Diam-diam ariana sedari tadi mendengarkan suara langkah kaki chester. dia memiliki indera pendengeran yang tajam. Kelebihan yang umumnya dimiliki seseorang jika indera lainnya tak dapat digunakan. Tanpa melihatpun, ariana dapat mengetahui kemana langkah kaki tersebut bergerak. Dengan perasaan yakin, ariana berjalan lurus menyusuri dinding kamar, ia sampai disudut kamar. Tangannya meraba-raba dinding lalu senyum kecil langsung tersimpul dibibirnya, ia berhasil menemukan pintu ruang kamar itu.

Tangan ariana mencari kenop pintu, begitu tangannya menyentuh kenop pintu ia memutar kenop lalu menariknya. Namun, pintu berbahan kayu tersebut tak bergeming dari tempatnya.

Ternyata pintu kamar dikunci dari luar oleh chester. Ariana mendengus kecewa, apa yang ia harapkan, pastilah pria itu menguncinya. Tak memberikan celah bagi ariana untuk kabur. Padahal ariana sama sekali tak berniat untuk melarikan diri. Ia bahkan tak tahu dimana tempat ia berada saat ini.

Ariana memutar tubuhnya, ingin kembali ketempat tidur,kali ini ia tak memerlukan dinding sebagai penuntunnya, karena ia sudah mengetahui bagaimana sirkulasi ruang kamar itu. Ia berjalan tanpa ragu dengan pandangan kearah depan. Dengan tangan meraba-raba, ariana berhasil duduk kembali diatas permukaan kasur yang lembut.

Pikirannya kembali melayang memikirkan bagaimana reaksi sepupunya saat mengetahui kedua orang tuanya sudah terbunuh. Ariana memang tak terlalu dekat dengan sepupunya itu, namun sepupunya itu memiliki watak yang berlainan dengan kedua orang tuanya. Setidaknya ia memperlakukan ariana lebih baik. Lalu pikirannya kembali pada dirinya, ia bertanya-tanya kapan pria bernama chester itu akan membunuhnya, kenapa ia membawa dirinya ketempat tinggalnya, dan kenapa ia ditinggalkan diruangan ini, dikunci. Ariana sama sekali tak mengerti, belum lagi diawal pertemuannya dengan chester yang mengatakannya malaikat yang dikirimkan tuhan untuk menolongnya. Apakah chester akan memperlukannya dengan baik, ataukah nanti pria itu akan kembali lalu memberikan siksaan, sebelum benar-benar membunuh dirinya.

Lama ariana tenggelam dalam pemikirannya. Hingga suara gemuruh yang berasal dari perutnya menyadarkannya. Ariana baru menyadari, sejak pagi belum memakan apapun, harusnya ia sudah menyantap sarapan yang ia buat sendiri sebelum kedatangan chester.

Lalu ariana teringat perkataan chester tentang roti yang dibelikan untuknya. Ia meraba meja kecil disebelah tempat tidur, ia langsung menyentuh bungkusan plastik yang ariana tahu itu adalah roti yang dimaksud chester.

Ariana mengambil sepotong roti lalu menguyah perlahan. Perut ariana tampak menyambut asupan makanan yang diberikan ariana, rasa lapar yang dirasakannya perlahan sirna. Ariana kembali merogoh kantong plastik dan menemukan botol berisi air minum. Ia segera memutar tutup botol, lalu meminum air langsung dari bibir botol itu.

Ariana meletakkan kembali bungkusan plastik ditempat semula. Lalu ia menarik kakinya keatas ranjang, ariana merebahkan tubuhnya diatas ranjang. ia menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan kepala dengan posisi tubuh meringkuk, tampak seperti seekor kucing yang sedang tidur.

Ariana merasakan pandangannya mulai terasa berat. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya guna menghilangkan rasa kantuk. Namun usahanya tak kunjung membuahkan hasil, kelopak mata ariana justru kian terasa berat, dan kesadarannya pun mulai menghilang.

Ditempat lain,

Jalan yang sepi, dimana kegelapan menyelimuti serta suara-suara makhluk hidup lainnya dibalik hutan yang mengapit jalan selebar 6 meter . seorang wanita berambut lurus berwarna pirang cerah-panjang sepinggang berlari tanpa mengenakan alas kaki. ia tak mempedulikan kakinya yang terluka karena goresan aspal atau bebatuan kecil yang menusuknya. ia harus tetap berlari, sesekali ia menoleh kebelakang hanya memastikan bahwa orang yang berniat membunuhnya tak mengejarnya. Penampilan wanita tersebut terlihat sangat mengerikan, rambut nya kusut berantakan, goresan dipipi kirinya yang belum mengering, wajahnya tercoreng oleh darah yang telah mengering. keringat terus bercucuran di punggung dan kedua pelipisnya.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang