-Amarah Chester-

1.5K 137 1
                                    

Ariana masuk, secara mengejutkan pintu tak dikunci. Ia tak mendengar suara siapapun, lalu dengan perasaan tenang ia berjalan menuju kamarnya. Ia bahkan tak mendengar tanda-tanda dr lark. Apa pria itu pulang kerumahnya?

Pintu kamar ariana terbuka, ia masuk kedalam kamar tersebut. Ia tak tau kamarnya saat ini gelap atau terang karena semua sama saja baginya. Begitu akan menutup pintu, ariana terlonjak kaget karena suara seseorang yang ia hafal belakangan ini. Chester.

"darimana saja kau?" suara chester nyaris seperti geraman

Jantung ariana langsung berdetak tak beraturan, takut itu yang ia rasakan saar ini.
"jawab aku ariana" suara berat chester meninggi.

"a-a-aku hanya berjalan-jalan disekitar sini" jawab ariana tergagap.

Chester menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan kasar. Mata coklatnya kian menggelap, memandang tajam ariana. Chester mendekat kearah ariana dengan gerakan perlahan.

Ariana dapat merasakan hawa menakutkan menguar dari chester. Tubuhnya reflek mundur hingga menabrak pintu kayu dibelakangnya.

Chester menipiskan jaraknya dengan ariana. Hingga ariana dapat mencium dengan jelas aroma musk dari tubuh chester, tak seperti kemarin bau yang berkarat.

"dengan diantar seorang pria? Itu namanya jalan-jalan? Atau kau selama ini berpura-pura buta?" perkataan chester berhasil dadanya sesak karena sakit. Matanya panas, ia menahan agar tak meneteskan air mata.

"dengar, aku menyelamatkanmu dan membawamu kesini bukan untuk membebaskanmu dan membiarkanmu bertindak sesuka hati." chester maju, menghimpit tubuh ariana, hembusan nafas chester menerpa wajahnya. "kau ada dibawah kendaliku. Jika kau tak bisa menjaga sikapmu, maka aku akan membunuhmu"

mata abu-abu berkabut ariana bergetar, bulir-bulir bening jatuh disela-sela matanya. Pertahanannya hancur, "bunuh. Bunuh aku chester. Demi tuhan, sudah kubilang padamu bunuh aku"  tantang ariana yang langsung dibalas tawa sinis chester.

"baiklah, bagaimana dimulai dengan ini" chester menarik rambut ariana, menyentai dengan kasar hingga wajah ariana mengadah keatas. Ia meringis, sakit yang luar biasa mendera kepalanya.

Chester bergerak kearah ranjang masih dengan tangan menarik rambut ariana. Tubuh ariana limbung dan sedikit terseok mengikuti pergerakan chester.

Chester menghempas ariana, hingga ia jatuh diatad kasur  dengan posisi tubuh menyamping. Masih terisak ariana tak mempercayai perilaku kasar chester. Pada akhirny seorang pembunuh tetaplah pembunuh, jahat.

Chester mengambil sebuah pisau kecil dari balik saku jaket yang tergeletak diatas sandaran kursi. Ia menyeringai kejam saat melihat kilau pisau perak kesayangannya itu.

"kau mau mati. Tidak secepat itu, akan kutunjukkan neraka kecil padamu." chester menarik lengan ariana, ariana tak diam, ia memberontak. Namun, tenaga chester yang kuat membuat perlawanannya sia-sia.

"Aarrgh" ariana menjerit kuat saat pisau perak chester menembus kulitnya. Pisau chester tak berhenti sampai situ, terus bergerak menciptakan goresan panjang. Cairan berwarna merah kental mengalir mengikuti gerak pisau. Warna merah langsung tercetak di atas seprai putih yang menutupi ranjang berukuran king size itu.

Chester berhenti menggerakkan pisaunya tepat sebelum menyentuh urat nadi pergelangan tangan ariana. Ia memutas pisau dengan gerakan kecil, hingga pisau itu menciptakan sebuah lingkaran kecil-hampir saja daging ariana terlepas. Ia segera memcabut pisau itu.

Ariana berteriak menyiratkan rasa sakit ditangannya. Ia tak tahan dengan siksaan ini. Lebih baik ia mati. Wajah ariana pucat, ia merasa lemas karena darahnya yang terus mengucur dilengan kanannya.

Sementara chester memandang puas kearah ariana. Senyum keji terukir di wajahnya, jeritan ariana sungguh menghibur dirinya. Membuatnya sedikit terhibur dari kebosanan yang ia alami saat membunuh korbannya tadi siang.

Chester kembali menarik lengan kiri ariana, melakukan hal yang sama dengan lengan kanannya tadi. Suara kamar itu hanya dipenuhi oleh tangisan dan jeritan putus asa ariana.

"bunuh aku saja chester. Bunuh aku" kata ariana disela-sela isakan tangisnya.
Ariana merasa tubuhnya semakin lama semakin lemas. Dan kesadarannya sedikit berkurang. Tak lama tangisan ariana berhenti, tangannya berhenti bergerak.

"sial" umpat chester, pisau peraknya jatuh kebawah. Lalu ia pergi keluar ruang kamar dengan langkah terburu-buru.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang