Hai. Ini bukan part final seperti yang gw janjiin.
Ini pemanis sebelum dua part lain. Dan gw kepikiran aja gitu buat nyadarin chester jadi pria romantis. LoL.
Gw sebenernya udah mau Up dr kemaren". Tapi mager krn cuaca.Yah.. Gitulah pokoknya.
Tks udah nunggguin.
***
Lima belas menit yang lalu ia bangun, namun tidak ada keinginan sedikitpun untuk beranjak dari posisinya saat ini. Ia bagaikan cangkang kosong, raut wajahnya pucat, tidak ada rona merah yang membuatnya bersemangat.
Duduk diatas ranjang-yang jelas ini adalah kamar chester. Karena pria itu lah yang membawanya sebelum ia kehilangan kesadaran. Ia menekuk kakinya, merasakan kesedihan yang mendalam dengan dada yang seolah dipenuhi bebatuan menyesakkan. Ia ingin menangis, tapi tidak bisa. Air matanya sudah kering. Jadilah ia hanya mampu meratapi.
Bagaimana kemalangannya yang tiada akhir.
Ingin sekali ia menertawakan hidupnya. Baru saja merasakan kebahagian dna kebahagiaan itu sendiri sirna dengan cepat. Membuatnya bertanya-tanya, apa kesalahan yang ia perbuat dimasa lampau? Hingga ia harus mengalami tragedi buruk berulang kali.
Terlepas dari itu semua, kenapa pula ia harus menjadi penyebab kematian orang lain. Jika memang nasibnya buruk, harusnya biarkan semua itu terjadi padanya. Bukan pada orang tidak bersalah seperti louis dan keluarganya. Biarkan ia saja yang dihukum. Ia ingin protes, tapi pada siapa?
Ketika ia tenggelam dalam ratapannya, ia sama sekali tidak menyadari jika pintu kamarnya terbuka. Menampilkan seorang pria mengenakan kemeja biru tua berbahan silk yang membungkus sempurna badan kekarnya dan celana bahan warna hitam.
Ariana baru menyadari saat suara permukaan sepatu bertemu dengan keramik mendekat. Namun ia tidak bergeming. Menganggap tidak ada siapapun disekitarnya. Walau aroma parfum yang sudah ia hafal betul siapa pemiliknya.
Mint, sweet woods, bercampur musk.
Dulu aroma itu menjadi favoritnya. Karena begitu menenangkan. Tapi sekarang justru membuat dadanya semakin sesak dan batinnya berteriak untuk lari sejauh mungkin darinya.
Hening panjang, bahkan pria itu sama sekali tidak berminat mengeluarkan suara. Jelas ariana rasakan pria itu sedang menatap lekat dirinya. Dari dulu memang pria itu suka sekali memperhatikan dirinya, ia tidak tahu apakah itu pandangan ingin membunuh, kesal atau lainnya.
Lalu secara tiba-tiba pria itu mengangkat dirinya. Menempatkan tangan kekarnya di bawah bokong dan punggungnya. Menggendong dirinya layaknya pengantin wanita. Ariana jelas tidak siap untuk semua ini.
Ia menggeliatkan tubuhnya sebagai bentuk protes. "leph-paskan! Turunkan aku!"
Semakin ia menggerakkan tubuh, kedua lengan besar chesterpun semakin kuat mendekap tubuh ariana. Kini ia tak dapat lagi bergerak, hanya mengumpat dalam hati-membiarkan chester membawanya.
Ternyata pria itu membawanya kekamar mandi. Sudah pasti pria itu akan memandikannya. Ia benci hal itu. Ingin ia memukul pria itu berteriak padanya bahwa perlakuan itu sangat ia benci. Bagaimana tangan yang membunuh louis itu menyentuh tubuhnya, ia merasa mual.
Habis memandikannya, pria itu membungkus tubuhnya dengan handuk tebal dan kembali membawanya kekamar. Masih seperti dulu, kebiasaan pria itu seperti bermain boneka masih ada. Memakaikannya pakaian-tampaknya sebuah dress selutut dengan lengan potongan pendek. Lalu mengeringkan rambut sebelum akhirnya menatanya. Mengepang rambutnya kesamping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bird in the cage
General FictionAriana Joanna stan adalah seorang gadis buta yang hidup bersama bibi dan pamannya. Kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan ariana sejak ia berusia 8 tahun. Ariana terbiasa melakukan semua hal sendiri, karena tak mau merepotkan siapapun. Kehidu...