- scared of his presence -

440 52 1
                                    

***

Pelarian yang nyaris sempurna setidaknya itu pendapat ariana. Setidaknya jika ia mendapatkan pekerjaan seperti rencananya. Namun semua itu hanyalah impian belaka. Tidak ada satupun tempat yang nenyediakan lowongan pekerjaan untuk gadis buta. Kejam, hanya saja itu fakta yang sebenarnya.

Mengandalkan louis bukan hal baik. Ariana bingung, kenapa setelah terbebas ia justru menjadi beban orang lain. Dan orang itu adalah penolongnya. Hutang budi semakin besar, ariana tak tahu harus membalasnya dengan cara apa.

Makan malam hari ini terasa hampa, ia tak bernafsu untuk makan. Setelah tiga suapan ia berhenti makan.

Louis dari seberang meja menatapnya khawatir.

"apa kau tidak suka makanannya? Aku bisa menyiapkan makanan lain untukmu"

"tidak. Makananannya enak. Aku sedang tidak enak badan saja"

Bunyi sendok louis yang diletakkan berdenting cukup kuat. "kau sakit? Sebaiknya kita memeriksakan kondisimu kerumah sakit"

"tidak perlu, louis. Mungkin istirahat saja sudah cukup" tolak ariana halus. Louis sungguh berlebihan.

"serius?"

Ariana membalas anggukan kecil.

Setelah makan malam, ariana segera meninggalkan meja makan. Dengan selamat malam sebagai penutup.

Keesokan pagi, louis seperti biasa pergi untuk bekerja. Ia berpesan pada salma untuk mengajak ariana keluar untuk jalan-jalan. Kesibukannya membuat ia tidak memiliki waktu untuk ariana kecuali diakhir pekan.

"kita mau kemana bibi?" tanya ariana ketika mereka menaiki lift untuk turun kelantai bawah.

"kau akan menyukainya, kita akan ke taman. Disana ada danau yang indah." jelas salma. Tapi sedetik kemudian ia menyadari sesuatu, "udaranya menyegarkan, kau akan merasa segar setelah merasakannya"

Ariana tidak bertanya lagi, ia membiarkan tangannya digenggam oleh salma. Menuntun jalannya yang entah kemana.

Kereta adalah transportasi yang akan mereka gunakan. Tanpa perlu bertanya ariana tahu dari suara dan juga orang-orang yang disekitarnya yang menyebutkan kereta dan jadwal keberangkatan.

Saat duduk dikereta, ariana merasa senang. Ini pengalaman pertamanya naik kereta. Ia juga suka dengan afmosfir yang ia rasakan. Suara deru mesin, pengumuman stasiun yang akan mereka lewati juga suara orang yang tengah berbicara.

Rasanya menyenangkan.

Mereka berhenti di stasiun yang ketiga-salma dengan telaten menggandeng ariana. Memastikan gadis itu melangkah dengan aman.

"kita sampai" ucap salma setelah mereka berjalan cukup jauh.

Sepertinya benar, ariana dapat menghirup udara segar dan bunyi aliran air yang tenang.

Mereka kembali berjalan, beberapa langkah lalu berhenti. Angin lembut membelai wajah ariana-menyebabkan beberapa helai rambutnya berterbangan. Sensasi alam yang menyegarkan, ia langsung menyukainya.

"kita duduk disini" ajak salma.

Ariana pun duduk. Ia mulai terlarut dalam euphorianya sendiri. Menutup mata dan membiarkan angin dengan lembut kembali menyentuh wajahnya.

Cukup lama ariana duduk, disebelahnya salma dengan semangat mendeskripsikan lingkungan taman dan danau pada ariana.

"nona ariana tunggu disini sebentar ya, aku ingin membeli minuman untuk nona. Jangan kemana-mana"

Ariana tersenyum lalu mengangguk.

Salma pun pergi.

Sepuluh menit berlalu, salma masih belum kembali. Mungkin antriannya panjang. Karena dari cerita salma ada banyak pengunjung yang datang ketaman ini.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang