- Demon's inside -

1K 83 5
                                    


***

Lantai 40 adalah tempat dimana ruang lounge VVIP berada. Tidak sepanik saat pertama kali naik lift, ariana mulai menyesuaikan diri tapi ia masih tetap memegang erat lengan chester. Tiba dilantai 40, chester, ariana diikuti sam segera keluar dari dalam lift. Orang-orang berseragam hitam yang ada di basement tadi sudah ada disana.

Berhenti didepan salah satu pria, chester menoleh "Ben, pastikan seluruh akses dilantai ini semua ditutup"

"baik, tuan" balas ben.

Kembali melanjutkan langkah, chester berhenti didepan pintu bertuliskan V.V.I.P LOUNGE. Dengan sekali dorong pintu itu terbuka, sempat terdengar suara ramai namun berhenti seketika ketika sosok chester masuk.

Saling melirik, tidak ada yang bicara. Mereka hanya melihat chester lalu kearah ariana dengan sorot mata penasaran.

Chester membawa ariana duduk disofa yang kosong bersamanya- duduk penuh wibawa berkesan arogan sambil menyilangkan kaki. Ditambah sorot mata tajam bak elang yang bersiap untuk menerkam mangsa, memperhatikan satu persatu orang dihadapannya. Sikapnya memperjelas siapa penguasa sebenarnya didalam ruangan itu.

Suasana tidak mengenakkan dan menyesakkan terasa didalam ruangan tersebut. Bahkan ariana merasakannya. Ia tahu penyebab suasana buruk itu adalah pria yang duduk disampingnya. Aura yang menguar dari tubuh chester memang gelap, menyeramkan, dan terasa mencekik. Ariana bahkan heran kenapa manusia biasa bisa semengerikan itu.

Salah satu dari kedelapan orang tersebut berdehem, memberanikan diri untuk bicara. Pria yang beradaa diusi 40 tahunan, mengenakan kacamata dan berwajah tirus- Izra smith.

"apa kabar tuan chadwell. Lama kita tidak berjumpa? Kedatangan yang terlalu tiba-tiba ini mengejutkan kami" ucap pria tersebut. "dan ada hal penting apa sampai anda memgumpulkan kami disini?"

Chester bergeming, ia mencondongkan tubuhnya-menumpu dagu dengan kedua tangan yang saling bertautan. "aku ingin menyapa para pekerjaku yang hebat ini. Tidak boleh?" balas chester nyaris seperti sebuah ejekan.
"tentu saja boleh, tuan chadwell." pria berkepala setengah botak menyahut, dia Hans.

"kalau begitu, jangan terlalu kaku. Kalian bersikap santai lah" timpal seorang pria bertubuh ramping, Vernon. Ia tertawa dibuat-buat. Disambung tawa lainnya. Dan suasana yang agak menegangkan pelahan sirna.

Chester memperhatikan orang-orang tersebut ditempatnya, sesekali ia ikut menimpali. Membiarkan para hewan yang akan diburu bersenang-senang untuk terakhir kalinya adalah hal baik bukan?

Sementara ariana semakin tidak nyaman ditempatnya. Apakah yang dimaksud chester dengan manusia-manusia berkepala tikus adalah mereka?

Menit berlalu, chester mulai bosan. Sudah waktunya ia memulai permainan.
"aku ingin mengapresiasi kinerja kalian yang bagus selama bekerja diperusahaan ini. Aku sudah menyiapkan hadiah untuk kalian"

Kedelapan orang tersebut terlihat kaget. Seperti mendapat sambaran petir disiang bolong tapi kali ini petirnya menghasilkan energi menyenangkan.

"benarkah itu?" mata izra berbinar.

"ya, ada dikerja dilantai ini. Pergi dan ambillah"

Seperti cacing kepanasan, mereka terlihat bersemangat. Meneguk minuman habis, satu persatu dari kedelapan orang itu keluar dari dalam ruang dengan terburu-buru. Ingin mengambil hadiah yang dibilang oleh chester barusan.

Chester tersenyum miring, memang yang namanya manusia rakus itu tetap tidak pernah tahu diri. Beranjak dari tempat duduknya, chester kembali membawa ariana untuk mengikutinya keluar.

Bird in the cageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang