•••••
Ovie memandang lurus langit sore yang sebentar lagi akan berganti langit malam. Sudah berjam - jam lamanya Ovie dan Revan duduk menikmati suasana ditaman ini.
Bagi Ovie, ini adalah momen paling langka dan paling dirinya impikan karena bisa menghabiskan banyak waktu berdua dengan Revan walaupun hanya duduk menikmati hari seperti ini.
Untuk yang kesekian kalinya, Ovie menoleh kearah Revan. Menatap wajah damai Revan saat cowok itu menutup kedua matanya. Dan untuk kesekian kalinya juga, Ovie memuji ketampanan Revan yang dua kali lipat terlihat memikat saat Revan tertidur.
"Seandainya lo punya perasaan yang sama kaya gue ke elo, gue bakal jadi cewek yang paling bahagia bisa dicintai sama lo, Re" ucap Ovie tersenyum lembut.
"Gue cinta sama lo, Re.. sangat" tambah Ovie dengan tangan yang mulai terulur untuk menyentuh rahang tegas Revan.
"Dan kalo gue iya?" Pertanyaan Revan sukses membuat Ovie mengurungkan niatnya untuk menyentuh rahang cowok itu.
Ovie mengernyit bingung, apa dia tidak salah dengar? Bukannya Revan tidur? Tapi kenapa dia seolah bertanya tentang apa yang baru saja dia ungkapkan? Maksudnya apa?
"Gue ga tidur" ucap Revan lagi seolah dirinya bisa membaca pikiran Ovie. Revan mulai membuka kedua kelopak matanya dan menatap manik Ovie lekat. "Dan kalo gue iya?"
Lagi - lagi Ovie mengernyit bingung. Sebenarnya apa yang dimaksud Revan?
"Maksud lo apa? Bukannya lo tidur?"
"Mejamin mata ga selalunya nandain kalo orang itu tidur. Jadi gimana kalo gue iya?"
"Kalo lo iya?" Tanya balik Ovie dan kali ini otaknya berfikir keras maksud dari pertanyaan Revan. Seketika kedua mata Ovie membulat saat otaknya menangkap suatu fakta dibalik maksud pertanyaan Revan barusan. "J-jangan bilang l-lo udah cinta sama g-gue?"
Revan diam dengan mata yang masih fokus menatap manik Ovie. Kemudian Revan mengubah posisi duduknya untuk menghadap Ovie.
"Re? Lo udah cinta sama gue? Iya?" Tanya Ovie lagi karena sejak tadi Revan hanya diam.
Revan menggeleng pelan, "belum".
Jawaban Revan sontak saja membuat rasa sakit hadir didalam hati Ovie. Entah kenapa, mendengar orang yang kita cintai tidak mencintai kita secara langsung itu seperti ada ribuan kaca dan ribuan jarum yang bersatu menjadi satu kesatuan untuk menghancurkan hati kita. Perih!
Ovie tersenyum pias. "Gue paham kok, Re. Sampai kapanpun lo ga akan pernah bisa buka hati lo buat gue. Lo ga akan cinta sama gue. Tapi gue bukan Ovie yang gampang nyerah karena itu"
"Justru itu, bantu gue ngewujudin keinginan terbesar lo"
Ovie mendongakkan kepalanya. Kembali menatap kedua mata Revan dengan kernyitan didahinya. "Maksud lo apa, Re?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy
Novela Juvenil[Follow sebelum membaca] *Saquel Possessive vs Bad Girl •••• "Re!" "Revan!" "Ih Revan budek!" "Sayang!" Revan menoleh. "Ga usah panggil sayang." "Kenapa?" "Gue ga suka sama lo" "Tapikan kita pacaran!" "Pokoknya ga usah panggil sayang!" Revan pergi...