PART 22

11.5K 748 2
                                    

Sekarang waktu menujukan pukul satu malam. Shila yang sedang tertidur nyeyak pun terganggu dengan suara rintihan dari arah sampingnya. Shila membuka matanya dan langsung terduduk dari tidurnya ketika ia melihat kondisi orang disampingnya.

Firhan yang berucap lirih meminta tolong dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Bergerak gelisah seakan takut pada sesuatu.

"To__long... Kan bang__ngun, ka__mu gak boleh per__gi... Kania aku mohon." Itu yang Firhan ucapkan dalam tidurnya.

Kania? Siapa dia? Apa hubungannya dengan Firhan? Kenapa Firhan minta tolong?

Banyak pertanyaan yang terus berputar dikepala Shila. Ia melirik Firhan sekali lagi yang kondisinya masih sama dengan yang terakhir kali ia lihat. Akhirnya Shila memutuskan untuk membangunkan Firhan.

"Mas... Bangun." Shila menepuk-nepuk pipi Firhan pelan. Firhan masih belum sadar.

"Mas bangun." suara Shila naik satu oktaf dan sedikit mengguncangkan tubuh Firhan. Firhan sedikit membuka matanya. Dengan napas yang belum kembali normal Firhan mendudukan tubuhnya.

Mimpi itu menghantuinya lagi. Kejadian tiga tahun yang lalu, dimana Kania pergi untuk selamanya yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri.

Shila menepuk punggung Firhan pelan. Menyadarkan Firhan dari lamunannya.

"Mas kenapa?" suara lembut itu menyapa telinganya.

"Gapapa." ucap Firhan. Ia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi mengambil wudhu untuk menunaikan sholat tahajud.

Sedangkan Shila masih duduk ditempatnya. Entah ia harus bagaimana, ketika suaminya sendiri menyebut nama perempuan lain dalam tidurnya. Akhirnya Shila juga mengikuti Firhan mengambil wudhu untuk bersama-sama Sholat tahajud.

Tidak ada lagi Shila yang menanti-nanti Sholat, tidak ada lagi Shila yang susah bangun ketika Sholat subuh, tidak ada lagi Shila yang bangun kesiangan untuk ke sekolah. Hidup Shila berubah 180 derajat ketika ia tinggal di satu atap yang sama dengan Firhan.

Mereka beribadah dengan khusyu sampai raka'at terakhir. Kebiasaan mengecup dahi Shila sehabis Sholat tidak Firhan lakukan kali ini. Shila hanya tersenyum kecut menyadarinya.

Entah sudah keberapa kali Firhan mengecewakan Shila secara tidak langsung tapi Shila mengucap syukur atas pernikahannya. Ia bersyukur bisa menikah dengan seseorang yang sangat dia kagumi itu. Berkatnya dia bisa  menjadi  seseorang yang lebih baik.

Tapi kenapa saat rasa kagum itu sudah berubah menjadi rasa sayang atau mungkin cinta? Firhan malah menyebut nama perempuan lain.

Shila masih terlalu takut untuk membahasnya dengan Firhan.  Ia tidak mau pernikahannya   yang masih seumur jagung itu malah berujung perpisahan. Ia ingin lebih lama lagi bersama Firhan. Jika bisa sampai maut memisahkan mereka.

Untuk saat ini biarlah ia berpura-pura tidak tau dan tidak mendengar semua tentang Firhan dan wanita yang disebutnya dalam mimpi. Ya Shila memang pengecut.

Ia berharap Firhan mau menceritakan hal itu padanya sendiri tanpa paksaan.

Setelah selesai Sholat Shila lanjut tidur karena jam masih menunjukan pukul dua malam.

" Mas aku lanjut tidur ya... Kalo aku subuh gak bangun, bangunin ya." Ucap Shila sebelum menaiki kasurnya.

"Hmmm." Hanya itu balasan Firhan. Lalu ia  membuka al-Qur'an miliknya dan mulai membacanya. Karena percuma ia tidur kembali toh pasti ia tidak akan bisa tidur yang ada malah mengingat mimpinya kembali.

***

Pagi mulai menyapa. Shila sudah selesai dengan masakannya. Sederhana, hanya nasi goreng cabai hijau lengkap dengan sosis dan telornya.

Firhan masih belum pulang dari kegiatan rutinnya. Lari pagi.

Shila menata makanannya di meja makan. Menyiapkan piring, sendok, dan tidak  lupa gelasnya.

Sembari menunggu Firhan pulang, Shila bergegas ke kamar untuk mandi karena badannya sudah bau minyak goreng.

Ketika Shila turun dari kamar ia melihat Firhan sudah duduk di kursi meja makan. Sedang memakan sarapannya. Sebentar-sebentar, Firhan tidak menunggunya untuk sarapan bersama? Oh sudahlah mungkin Firhan lapar sekali jadi tidak mampu menunggu lebih lama untuk sarapannya.

Ketika Shila sudah duduk di hadapan Firhan, Shila bertanya "Mas tumben gak mandi dulu." Hanya sekedar mencairkan suasana.

"Gak." Firhan menjawab sesingkat itu tanpa mengalihkan perhatiaannya  ke arah Shila.

"Enak gak mas nasi gorengnya?" Shila masih berusaha membuka obrolan.

"Hmmm." Mungkin mulai hari ini Shila akan membenci  kata 'hmmm'.

"Mas kamu tuh kenapa sih?" Shila mulai kesal  melihat Firhan yang mdnjadi irit bicara.

"Gapapa." Mendengar itu Shila memutar bola matanya malas.

"Plis deh mas jangan kayak cewek. kalo ada apa-apa tuh bilang. Bukannya malah jawab gapapa mulu. Kan aku jadi bingung salah aku dimana. Buat apa aku ada kalo kamu aja gak mau berbagi masalah kamu sama aku." Shila mulai mengeluarkan unek-uneknya.

"Saya memang tidak apa-apa Shila. Saya selesai, mau mandi." Firhan membawa piring bekas makannya tempat cuci piring lalu pergi ke kamarnya untuk mandi.

Shila memandang punggung tegap itu menjauh darinya. Ia merasa Firhan benar-benar  menghindarinya. Seakan tidak ingin berada di ruangan yang sama dengannya.

Apakah ini yang orang sebut-sebut konflik rumah tangga? Shila tak tau pasti, tapi jika iya, Shila pasti akan memepertahankan rumah tangganya bagaimana pun caranya.

***
Huft... Ngilang lama juga gak ada yang nyariin😔

Vote & comment❤









Assalamualaikum Calon Pilot [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang