Weh gak nyangka nih cerita bisa ending juga 😭
Happy reading kawan 😌
***
Sudah sebulan semenjak kepergian Firhan. Rasanya ia masih tidak percaya bahwa suaminya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Harusnya hari ini, Shila menunggu kepulangan Firhan dari Bali. Tapi sayangnya lelaki itu tidak kunjung kembali, lebih tepatnya tidak bisa.
Tentang jasad Firhan, tim pencarian tidak bisa menemukannya. Tubuh itu dinyatakan hilang di tengah lautan. Ia bahkan tidak bisa melihat Firhan untuk terakhir kalinya. Apakah Allah semarah itu karena pernah mengabaikan suaminya? Entahlah.
Dadanya sesak jika terus mengingat semua tentang Firhan. Rindu rasanya saat Firhan memarahi dirinya yang asal memakai baju, saat Firhan memeluk dirinya yang tengah tertidur, saat Firhan mengecup keningnya sehabis sholat, dan ketampan suaminya sehabis olahraga pagi.
Setiap sisi rumah ini selalu mengingatkannya pada Firhan. Tapi Shila masih keukeuh untuk terus tinggal di rumah itu, terkadang Satya juga menginap di sana untuk sekedar memastikan adiknya baik-baik saja.
Foto pernikahannya dengan Firhan yang terpajang besar di dalam kamarnya semakin membuat Shila tidak bisa merasa ikhlas atas kepergian Firhan.
"Mas, kenapa harus secepat ini?" lagi, Shila kembali menangis. Akh rasanya air matanya itu terus deras bahkan saat ia sudah menangis selama berjam-jam.
Ponsel Shila begetar pertanda ada pesan masuk.
Aletta-i
Shil, gue sama Ailsya ke rumah lo ya!Lihatlah tanda seru diakhir pesan itu, yang menyatakan bahwa itu adalah sebuah pernyataan bukan pertanyaan. Dan berarti juga Aletta tidak mau menerima jawaban apalagi penolakan.
Shila membiarkan begitu saja pesan Aletta, toh mereka pasti akan tetap datang.
Benar, setelah tujuh menit dari pesan tersebut masuk ke ponselnya, bel rumah Shila berbunyi. Tapi bukankah itu terlalu cepat. Biasanya dari rumah Aletta ke rumahnya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit belum lagi menjemput Ailsya. Tapi mungkin saja Aletta mengiriminya pesan saat sudah dijalan. Ya, bisa jadi.
Sebelum membuka pintu, Shila ke toilet sebentar. Hanya untuk sekedar mencuci mukanya, agar tidak terlihat terlalu bengkak karena terus menangis. Ya... Walau masih terlihat bengkak setelahnya pun, tapi setidaknya tak terlalu parah.
Bel rumah terus berbunyi, seakan tamunya itu sangat tidak sabaran. Oleh karena itu, ia berjalan cepat menuju lantai bawah.
Tok tok tok
Ting nong
Suara ketukan dan bel saling bersahutan. Sedikit geram, tapi ya memang Aletta dan Ailsya itu agak-agak tidak waras.
Sekarang pintu utama rumahnya itu terbuka. Tapi anehnya bukan flat shoes, atau sepatu kets wanita, apalagi heels, yang ia lihat adalah sepasang sepatu pantofel laki-laki yang hitam mengkilap ketika matanya tertuju ke bawah.
Dengan perlahan mata Shil terus bergerak naik ke atas. Memindai orang di hadapannya dengan teliti. Tapi ada yang aneh lagi, entah kenapa jantungnya berdetak cepat saat ini, cepat sekali.
Lihatlah baru setengah badan ia memindai, tapi pikirannya sudah tidak beres. Di otaknya terus berputar nama Firhan, karena orang di depannya saat ini mengenakan seragam pilot. Bukan, bukan seragam Sekolah Tinggi Penerbangan, tapi seragam pilot yang biasa ia lihat saat di bandara. Jadi, tentu orang ini bukan Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Pilot [END]
Ficción GeneralKaysara Shila Aditomo, ia gadis SMA yang hobinya buat masalah, selalu keluar masuk ruang istimewa di sekolahnya alias ruang BK. Benar-benar definisi beban keluarga. Sampai-sampai orang tuanya pun angkat tangan dan memilih untuk menjodohkan Shila den...