"Mas..." panggil Shila pada Firhan. Firhan yang sedang fokus dengan laptopnya pun hanya berdehem saja.
"Mas aku mau ngomong, serius." Shila mengubah nada suaranya menjadi sangat serius. Firhan yang mendengarnya pun langsung menutup laptopnya lalu disimpannya di atas nakas.
"Iya mau ngomong apa?" Firhan mengubah duduknya. Yang tadinya selonjoran menjadi sila dan menghadap ke arah Shila.
"Emm... Aku mau nanya boleh'kan?" Shila memainkan kuku jarinya untuk mengurangi rasa gugup.
"Ya bolehlah. Tanya aja, kalo saya tau pasti saya jawab." Firhan berkata mantap untuk meyakinkan Shila.
"Mas inget'kan waktu itu setelah ijab kabul kita, kamu emm... Itu... emm... " Shila malu mengucapkan kata itu.
"Saya kenapa?" Firhan mengangkat satu alisnya.
"Kamunyiumaku." Shila menjawab dengan sangat cepat. Pipi Shila sudah memerah sedari tadi.
"Hah?" Firhan mengernyitkan dahinya. "Oh itu, iya terus?"
Kali ini Shila mulai ke mode serius kembali. "Terus abis itu kenapa kamu malah pergi?" Firhan kaget. Ia tidak menyangka Shila akan menanyakan tentang itu secepat ini.
Firhan bingung mau menjawab apa. Ia belum menyiapkan semuanya untuk keadaan seperti ini. Ia takut Shila tidak bisa menerima alasannya.
Firhan masih diam dengan berbagai pikiran berkecamuk dalam otaknya. Shila masih setia menunggu jawaban Firhan.
Setelah sekitar 10 menit Firhan bungkam, akhirnya ia membuka suara.
"Harum bibir kamu mengingatkan saya sama seseorang."
Deg
Menyesal, Shila menyesal menanyakan itu. Itu bukan jawaban yang diharapkan olehnya. Shila tidak tau harus bagaimana merespon ucapan Firhan. Yang jelas hatinya serasa ngilu. Bagaikan disiram oleh air yang sangat dingin. Matanya menghangat. Air matanya siap turun dari pelupuk. Ia tidak sanggup untuk mendengar kelanjutan cerita itu. Hatinya belum siap sakit hati secepat ini.
Mereka diam, tidak ada yang membuka suara lagi. Hening. Mereka fokus dengan apa yang ada dipikiran dan hati mereka masing-masing. Sampai akhirnya air mata Shila tidak bisa ditahan lagi. Satu tetes air itu jatuh dari matanya. Shila buru-buru menyeka air matanya dengan tangan, takut-takut Firhan melihat.
"O-Oh... Ya udah mas aku tidur duluan." Shila menyudahi pembicaraan itu dan membaringkan tubuhnya membelakangi Firhan. Saat ia sudah berbaring, air mata itu berbondong-bondong keluar dari matanya. Shila menggigit bibir bawahnya agar tangisannya tidak terdengar oleh Firhan.
'Cengeng banget ya gue. Gitu aja nangis. Bukan gue banget tau nggak.' masih sempat-sempatnya Shila berpikiran seperti itu.
Sampai akhirnya Shila merasa cukup untuk menangis, ia berusaha memejamkan matanya. Dan saat itu juga ada sesuatu yang melilit perutnya. Ya itu tangan Firhan.
Shila masih tidak bergerak, ia tidak menepis ataupun melepaskan tangan Firhan. Berpura-pura tidur adalah solusi terbaik untuk saat ini.
Tangan itu memeluk Shila lebih erat. Mendekatkan wajahnya pada ceruk leher Shila.
"Maaf... " kata itu terdengar lirih. Dan membuat Shila semaikin ingin menangis keras. Tapi air mata itu tidak keluar. Hanya sesak yang semakin bertambah. Keadaan ini jauh lebih sakit dari pada menangis sekeras-kerasnya.
Entah sudah keberapa kali Firhan meminta maaf. Ingin rasanya berteriak didepan wajah Firhan, memakinya, memukulinya, tapi Shila tidak bisa. Apa yang akan kalian lakukan jika ada diposisi Shila?
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Pilot [END]
Fiksi UmumKaysara Shila Aditomo, ia gadis SMA yang hobinya buat masalah, selalu keluar masuk ruang istimewa di sekolahnya alias ruang BK. Benar-benar definisi beban keluarga. Sampai-sampai orang tuanya pun angkat tangan dan memilih untuk menjodohkan Shila den...