Speechless banget liat komenan part sebelah.
***
"Gimana Han tawaran saya? Kamu terima?"
Ya saat ini Firhan sedang berada di ruangan pak Rudi. Membicarakan tawaran kerja yang pak Rudi ajukan waktu itu. Sekedar info juga, Firhan telah melakukan ujian akhir dengan nilainya yang sangat memuaskan.
Tentang kejadian di apartemen itu, sudah berlalu sebulan yang lalu. Firhan sekarang sudah tidak memedulikan Shila lagi. Toh orang yang dipedulikan tidak ingin.
Franzel, lelaki itu terus berusaha menghubunginya dan berusaha menjelaskan kesalahpahaman yang ada. Tapi Firhan tidak menanggapinya.
Namun Firhan membaca pesan-pesan dari Franzel yang menjelaskan kronologi sebenarnya. Franzel pemuda yang baik, jika memang Franzel memiliki hubungan dengan Shila, untuk apa lelaki itu membantunya kemarin bukan?
Dan Firhan percaya Shila tidak selingkuh dengan Franzel, ia tau itu hanya akal-akalan Shila saja untuk menjauh darinya.
Firhan hanya tau diri, Shila sudah tidak ingin bersamanya. Ia tidak akan menceraikan Shila juga menahan Shila untuk terus di sampingnya. Dia hanya akan menceraikan Shila jika ada surat gugatan cerai yang datang padanya. Jika hari itu tiba, ia akan langsung mentandatangani surat itu tanpa ragu walaupun sebenarnya ia tidak ingin.
Tapi lagi-lagi jika itu memang kemauan Shila, ia akan berusaha mengabulkannya. Tapi hari itu belum juga datang, padahal ia sudah mempersiapkan hatinya. Selama sebulan ini tidak ada surat cerai yang datang diantarkan oleh jasa kurir lagi. Tidak, Firhan tidak berharap hari itu datang, malah Firhan sebenarnya tidak ingin hari itu datang. Firhan hanya bingung, sebenarnya apa ingin Shila? Apa ini yang Shila inginkan? Hubungan tidak jelas?
Kali ini Firhan akan berusaha fokus dengan sekolahnya. Ia ingin cepat-cepat lulus dan bekerja. Hanya itu tujuan Firhan sekarang.
"Gimana Han?" tegur pak Rudi yang melihat Firhan tidak menjawab pertanyaannya.
"Astagfirullah, maaf Pak saya malah melamun."
"Ya sudah tidak apa-apa. Jadi gimana? Kamu terima?"
Firhan sekali lagi memantapkan hatinya untuk mengambil keputusan ini. "Insyaallah, saya terima Pak," yakin Firhan dengan senyum yang tercetak.
Ia sudah memikirkan ini matang-matang. Ia pikir di sini dia sudah tidak di butuhkan lagi. Bukankah pergi menjadi pilihan terbaik? Orang tuanya juga masih mendiami dirinya, karena belum mengetahui fakta sebenarnya tentang masalah yang lalu. Begitu pun dengan mertuanya, dan Satya. Yang tau hanya Shila, tapi istrinya itu memilih untuk tidak memafkannya.
Sudah tidak ada yang bisa diharapkan dari kota ini. Jakarta menjadi kota penuh kenangan untuk Firhan. Ia tidak akan melupakan kota ini. Walaupun di kota ini, ada orang yang dicintainya. Tapi sayangnya, dia harus pergi.
"Saya tau, kamu akan mengambil keputusan yang tepat. Jadi lusa kamu bisa langsung berangkat ke Bali. Nanti untuk biaya perjalanan biar sekolah yang tanggung. Kamu harus banggakan sekolah kita Han. Saya percaya sama kamu. Saya yakin kamu akan jadi orang sukses," Pak Rudi menepuk pundak Firhan berkali-kali, puas dengan keputusan yang Firhan ambil.
"Baik Pak, saya akan berusaha sebaik mungkin. Insyallah saya tidak akan mengecewakan Bapak. Terimakasih, saya izin undur diri Pak," pamit Firhan, ia keluar dari ruangan itu dengan perasaan campur aduk.
Setengah hatinya bilang ini sudah keputusan yang paling tepat. Tapi setengah hatinya yang lain berat meninggalkan kota ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Pilot [END]
General FictionKaysara Shila Aditomo, ia gadis SMA yang hobinya buat masalah, selalu keluar masuk ruang istimewa di sekolahnya alias ruang BK. Benar-benar definisi beban keluarga. Sampai-sampai orang tuanya pun angkat tangan dan memilih untuk menjodohkan Shila den...