Happy reading guys
***
Shila dan Franzel sudah sampai di kampus mereka. Franzel memarkirkan motornya di parkiran yang paling dekat dengan gedung fakultasnya.
"Thank you Azel," ucap Shila saat turun dari motor Franzel. Tapi ketika ia ingin membuka helm yang dipakainya, kaitan helm itu tidak mau terlepas. Franzel yang melihat Shila kesusahan pun peka. Ia langsung membantu Shila untuk melepaskan helmnya
"Ck, lepas helm aja gak bisa. Manja dasar," ledek Franzel seraya berusaha membantu Shila.
"Ish, ini tuh salah helm nya. Suruh siapa dia gak mau lepas dari kepala gue. Jadi cewek cantik tuh emang susah ya," Shila mengibaskan rambutnya walaupun masih terhalang helm.
"Diem elah, susah nih gue lepasinnya." Shila mencebikkan bibirnya kesal. Seharusnya Franzel yang kesal bukan?
"SHILAAA???!!!" Shila yang kaget mendengar teriakan itu pun refleks melihat ke sumber suara, begitupun dengan Franzel dengan tangan yang masih berada dikaitan helm Shila.
"Ailsya? Letta? Kalian ngapain teriak sih bego!" Shila menyingkirkan tangan Franzel dari helmnya lalu menghampiri kedua temannya yang masih cengo di depan sana.
"Gila lo Shil! lo ciuman sama Franzel?" ceplos Aletta, karena diposisi tadi Shila dan Franzel memang kelihatan seperti orang yang sedang berciuman. Franzel yang merendahkan kepalanya dan Shila yang menengadahkan kepalanya. Aletta pun melihatnya dari belakang punggung Franzel yang semakin membuatnya salah paham.
"Elo kali yang gila! Mana ada gue ciuman sama dia. Hih," Shila melirik Franzel sekilas lalu menggedikan bahunya ngeri.
"Terus lo ngapain tadi kalo bukan ciuman?" kali ini Ailsya yang bertanya.
"Dia cuma bantuin gue lepasain helm nih." Shila menunjukan helm yang masih ada dikepalanya. "Pikiran kalian tuh emang ngeres mulu ye, ish ish ish."
"Semua orang yang liat dari sini pasti bakal mikir kayak kita," bela Ailsya
"Terus tadi lo kesini bareng Franzel gitu?"
"Bentar, pause dulu pertanyaan lo. Bantuin gue lepasin nih helm dulu." dengan cepat Aletta pun membantu Shila melepaskan helmnya.
"Udah tuh, sekarang jawab pertanyaan gue yang tadi. Lo kesini bareng Franzel?" tanya Aletta sekali lagi.
"He'em, gue bareng dia. Tadi gue berangkat bareng dari apartemen," jelas Shila seraya merapikan rambutnya yang berantakan akibat helm tadi.
"What the... Beneran gila lo Shil, lo tinggal sama Franzel? Kak Firhan mau dikemanain anjir. Gila lo ya," respon Ailsya heboh.
"Enak banget tuh mulut ngomong. Gue emang seapartemen sama Azel tapi kita gak sekamar. Dia tetangga sebelah kamar gue." Shila menggeplak kepala Ailsya dengan kaca kecil yang tadi dipakainya.
"Oh jadi kak Firhan sama elo tinggalnya diapartemen? Gue kira kalian beli rumah, tapi kalo belum punya anak sih fine fine aja lah ya," Ailsya kembali menyimpulkan ucapan Shila sesuai dengan apa yang ada dipikirannya.
Shila bingung, antara meluruskan ucapan Ailsya atau membiarkannya begitu saja, membiarkan Ailsya berspekulasi bahwa ia dan Firhan memang tiggal di apartemen, padahal kenyataannya ia sedang pergi dari Firhan.
"I-iya, gue sama mas Firhan emang masih tinggal di apartemen. Emmm... So-soalnya rumah kita belum selesai dibangun," sekarang Shila hanya berharap bahwa Ailsya dan Aletta percaya ucapannya dan juga tidak menanyakan hal ini lebih jauh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Pilot [END]
Fiction généraleKaysara Shila Aditomo, ia gadis SMA yang hobinya buat masalah, selalu keluar masuk ruang istimewa di sekolahnya alias ruang BK. Benar-benar definisi beban keluarga. Sampai-sampai orang tuanya pun angkat tangan dan memilih untuk menjodohkan Shila den...