Abis baca part ini jangan pada ngamuk sama gua ya. Nih gua kasih bunga 💐
***
Sudah satu jam yang lalu Shila berada di rumahnya dan Firhan. Ya dia kembali ke rumah itu walaupun Firhan sudah pergi dengan pesawatnya. Ia memutuskan untuk tinggal di sana, sendiri, selama Firhan di Bali.
Cukup lelah, karena ia membereskan baju-bajunya di lemari yang beberapa bulan lalu dibawanya ke apartemen Satya. Shila membaringkan tubuhnya untuk sekedar meluruskan pinggang.
Hatinya sudah lumayan lega. Setidaknya Firhan pergi setelah ia meminta maaf pada suaminya itu. Dan suaminya juga berjanji akan kembali ke rumah ini sebulan lagi dan berjanji untuk selalu menghubunginya ketika berada di kota yang jauh itu.
Shila menyalakan TV yang ada di kamarnya untuk sekedar menghilangkan bosan. Mencari channel yang pas dengan memencet tombol remot berkali-kali secara acak. Sampai akhirnya jempolnya berhenti ketika layar kaca di hadapannya menunjukan berita. Berita sebuah kecelakan. Tepatnya kecelakan pesawat tujuan Jakarta-Bali. Dengan nomor penerbangan GA 112. Dan itu adalah pesawat yang ditumpangi suaminya.
Tiba-tiba kepala Shila pening. Tubuhnya melemas. Jiwanya seperti sedang di renggut paksa saat ini.
'Semua yang ditampilkan di TV bohong, kan? Semuanya gak bener, kan? Gak mungkin Mas Firhan... '
"GAK MUNGKIN MAS FIRHAN PERGI! DIA UDAH JANJI UNTUK BALIK LAGI! GAK MUNGKIN DIA BOHONGIN GUE! GUE GAK PERCAYA SAMA BERITA ITU! MAS FIRHAN PASTI SELAMAT, KAN?... " Shila menjatuhkan atau lebih tepatnya membanting barang-barang yang ada di dekatnya. Barang berbahan keramik dan kaca sudah hancur berceceran di lantai. Tapi seakan belum puas Shila masih terus membating barang apapun itu untuk menyalurkan amarahnya.
Akhirnya Shila terduduk dengan punggung yang bersandar pada sisi ranjang. "Mas kamu undah janji gak akan tinggalin aku sendirian... Harusnya tadi aku cegah kamu lebih keras, supaya kamu gak pergi..." lirihan Shila terus terucap seiring air mata yang terus berjatuhan.
Mata Shila terfokus lagi pada berita di TV, saat ini di layar itu menunjukan nama-nama para penumpang yang menaiki pesawat tersebut. Dan sesaknya dada Shila bertambah ketika nama Firhan terpampang jelas di sana sebagai salah satu korban meninggal.
"Aku kecewa sama kamu Mas. Kamu ikarin janji kamu dalam waktu satu jam. Aku benci sama kamu Mas," setelah mengucapkan itu, Shila pingsan. Mungkin karena sudah terlalu lelah dan pikiran yang memenuhi kepalanya terlalu banyak.
***
Satya sebenarnya gelisah saat ia menurunkan Shila di rumahnya. Tapi wanita itu keukeuh ingin tinggal di sana. Dengan terpaksa ia menyetujui permintaan Shila.
Saat ini Satya ada di kediaman orang tuanya. Satya pun sama dengan Firhan, ia telah menyelesaikan ujian akhir tapi dia tidak langsung ditawari pekerjaan. Ia juga ingin bersantai dulu sebulan ini.
Satya terlonjak kaget saat Mommy nya berteriak memanggilnya dari lantai bawah.
"BANG CEPET TURUN KE SINI! JEMPUT SHILA SEKARANG JUGA!" Firhan yang mendengar perintah Mommy nya pun langsung menyambar kembali kunci mobil dan jaket miliknya. Ia turun dengan cepat dan menuruni tangga tanpa melihat jalannya karena terlalu terburu-buru.
"Ada apa Mom?" Maretha menunjukan berita di TV pada anak sulungnya. Berita itu sama dengan apa yang tadi Shila lihat.
"Mom, Firhan...?" Satya menatap TV berukuran 65 inch itu dengan tatapan kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Pilot [END]
General FictionKaysara Shila Aditomo, ia gadis SMA yang hobinya buat masalah, selalu keluar masuk ruang istimewa di sekolahnya alias ruang BK. Benar-benar definisi beban keluarga. Sampai-sampai orang tuanya pun angkat tangan dan memilih untuk menjodohkan Shila den...