PART 29

11.3K 671 11
                                    

Yok komen, disetiap paragraf kalo bisa.

***

Sinar matahari memasuki sela-sela gorden ruang tamu bernuansa putih. Mengganggu seorang lelaki yang tertidur pulas.

"Shhh... Arghh kepala gue, pusing banget," rintih lelaki tersebut sembari memegang kepalanya. Ya dia Firhan.

Firhan juga merasakan seperti ada beban di atas perutnya, "Shila?" gumam Firhan ketika tau ternyata ada Shila yang tertidur di atas perutnya.

"Gue sebenernya kenapa sih?" desah Firhan frustasi.

Firhan mengurut keningnya, tapi ada sesuatu yang menghalangi. Kompres penurun panas? Apalagi ini? Firhan membuka kompres itu lalu menaruhnya di atas meja samping sofa.

Firhan memijat pelipisnya. Mengingat-ngingat apa yang telah terjadi. Sekelebat bayangan pun terus berkeliaran di kepala Firhan. Mulai dari pesan dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai Kania, telpon yang membuktikan bahwa orang itu memang Kania, club malam dan alkohol yang baru Firhan sentuh lagi setelah sekian lama dan terakhir Shila yang dimakinya.

Semua peristiwa itu membuat Firhan gila. Apa yang telah ia lalukan pada Shila adalah yang tergila. Firhan masih sibuk dengan pikirannya, namun orang yang tertidur di atas perutnya itu terbangun.

"Mas udah sadar?" Shila melihat Firhan yang menatap langit-langit ruang tamu.

"Astagfirullah mas sekarang jam berapa? Aku belum sholat subuh," pekik Shila ketika sadar bahwa matahari sudah muncul.

"Ayok mas sholat dulu, kamu juga belum kan?" Firhan menurut saja ketika Shila menggeret tangannya paksa karena kepalanya yang masih sakit.

Firhan dan Shila akhirnya sholat subuh berjama'ah walaupun memang sudah terlambat. Tentu Firhan yang menjadi imam. Sisa mabuk semalam tidak membuatnya lupa akan bacaan sholat bukan?

Firhan mengakhiri sholatnya dengan salam. Lalu Shila mencium tangannya seakan tidak terjadi apa-apa semalam. Firhan memperhatikan Shila yang sedang membuka mukenanya. Cantik, satu kata untuk istrinya.

Rasa bersalah menggelayuti hati Firhan saat ini. Huh Firhan terlalu sering merasa bersalah sepertinya.

"Shil... " panggilan Firhan pelan tapi menyentuh, entah kenapa hati Shila yang medengarnya pun seakan merasakan penyesalan yang dalam.

Shila yang akan mengembalikan mukena ketempatnya pun urung ketika suaminya memanggil.

"Ya mas? Kenapa?" bukannya menjawab Firhan malah berdiri menghampiri Shila.

Firhan menatap mata Shila dalam. Tatapan teduh Firhan sudah kembali, bukan tatapan marah dan tajam seperti semalam. Tubuh Shila tersentak ketika Firhan menariknya kedalam dekapannya. Memeluknya erat dengan wajah yang di sembunyikan di ceruk lehernya.

"Maaf Shila... Maaf untuk yang semalam. Saya benar-benar minta maaf Shila," Firhan meneteskan air matanya bertanda bahwa ia benar-benar menyesal. Kata maaf terus terlontar dari bibirnya. Dan tidak melepaskan pelukannya sedetik pun.

"Iya mas. Shila maafin kok," Shila mengelus punggung tertutup baju koko itu. Semejak Shila bersama Firhan, bukankah Shila menjadi sedikit lebih penyabar? Atau Shila menjadi terlalu bodoh? Ups! Tapi entahlah.

Firhan tersenyum pahit mendengar permintaan maafnya yang langsung dimaafkan oleh Shila dengan mudah. Bukankah Shila terlalu baik untuk dirinya yang terlalu brengsek ini?

Firhan masih betah memeluk Shila erat sampai akhirnya Shila mengeluh pegal lalu Firhan dengan terpaksa melepaskannya.

"Kamu beneran maafin saya Shil?" Firhan bertanya sekali lagi.

Assalamualaikum Calon Pilot [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang