19.Restu?

2.2K 387 86
                                    

Bener-bener gak tau mau ngetik apa di chapter ini... Sorry jadinya ngulang kejadian yg di threeshoot

🐻🐿️

"Maaf Pak ustadz, saya udah bilang ke Beomgyu kalau Pak Ustadz pasti capek habis pulang ceramah dari Papua ditambah ceramah tadi juga. Tapi dia kekeuh mau ngomong sama Ustadz."

Soobin menatap tak enak pada Namjoon yang justru tersenyum hangat pada ketiga santri didepannya.

Tadi saat ustadz Namjoon selesai ceramah rutin dan membawakan tema zina untuk kesekian kalinya, beliau diminta waktunya oleh Beomgyu, Soobin dan Kamal.

"Gak apapa kan saya udah sering bilang kalo ada yang mau cerita silahkan. Saya terbuka kapan aja. Kita duduk dulu yuk, biar enak ceritanya."

Beomgyu, Kamal dan Soobin berterimakasih lebih dahulu sebelum membenarkan sarung dan ikut duduk bersama ustadz Namjoon. Kini mereka berempat duduk dengan posisi ustadz Namjoon didepan sementara Beomgyu, Kamal dan Soobin duduk berdampingan menghadap Namjoon.

"Kenalkan nama dulu coba. Saya sering lupa nama santri disini padahal wajahnya familiar."

"Wajar kok ustadz, kan santri disini hampir lima ribuan. Kalau Pak Ustadz hapal semua baru aneh."

Kamal menyikut Beomgyu yang sembarangan bicara. Sementara yang disikut hanya tersenyum malu. Kebiasaan dia asal nyablak aja kalo ngomong. Padahal Kamal juga sih, tapi kalau didepan ustadz beda.

"Nama saya Kamaludin Yusuf Hueningkai."

"Masyaallah, seperti namanya tampan seperti Nabi Yusuf Alaihi salam. Semoga akhlak beliau juga menurun ke kamu."

"Aamin alhamdulillah, makasih pujian dan doanya ustadz. Jadi malu saya."

Soobin mengusap wajahnya. Dia yang malu punya teman sengklek begini. Beomgyu sih biasa saja, dia kan 11 12 dengan si Kamal.

"Kamu?"

"Saya Abdullah Soobin Badali ustadz."

"Semoga kelak kamu diberi keturunan yang Sholeh dan Sholehah layaknya Abdullah yang diberikan putra seorang yang taat seperti Rasulullah Muhammad SAW."

"Aamiin ya Allah Aamiin." Soobin menadahkan tangan lalu mengaminkan doa ustadz Namjoon.

"Kalau kamu?"

"Saya Rahmat Beomgyu Ramadhan, ustadz."

"Insyaallah hidup kamu selalu dirahmati oleh Allah dan selalu memancarkan kebaikan seperti bulan ramadhan."

"Aamiin, makasih ustadz."

Namjoon tersenyum lalu menatap ketiga santrinya bergantian.

"Jadi... siapa yang mau cerita dan mau cerita soal apa?"

"Saya ustadz, saya mau curhat masalah perasaan."

Soobin dan Kamal memutar bolamata mereka. Benar-benar si Beomgyu itu setidaknya bicara sedikit formal lah dengan Namjoon. Bukan frontal begitu.

Berbeda dengan kedua temannya Beomgyu, ustadz Namjoon justru tertawa kecil.

"Yasudah coba ceritakan."

Beomgyu membenarkan letak kopiah nya lalu mulai bercerita tentang apa yang ia rasakan.

"Begini ustadz. Saya lagi suka sama salah satu santriwati disini. Saya sama dia cuma pernah ngobrol sekali itupun cuma pas saya nawarin dia bantuan buat bawain buku hadist ke ustadzah Jimin. Kan tadi diceramah ustadz bilang seorang lelaki itu harus menundukkan pandangan terhadap lawan jenis yang bukan muhrim. Tapi saya kalo lagi sendiri abis sholat tahajud tu mata saya otomatis liat dia dimushola lagi baca yasin sendirian juga, saya ngintip lewat jendela kadang sampe dua menit gak ngedip. Gimana caranya ya ustadz biar saya terhindar dari dosa zinah mata? Saya udah mau pergi udah istighfar istighfar ehh besoknya diulang lagi."

Mahar 30 Juz series - Beomtae ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang