Save Jia

899 103 7
                                    

Just my imagination.
Don't judge.
Leave this work if you don't like it.
Don't copas.

Selesai nungguin Jinyoung diobatin, ketiganya pergi untuk cari keberadaan Jia.

Mereka tidak lapor polisi karena belum 1 x 24 jam. Alhasil, usaha sendiri adalah jalannya.

Setelah mengelilingi kota selama satu jam. Mereka melihat tanda-tanda keberadaan Jia. Salah satu lawan mereka terlihat sedang berjalan ke arah gang sempit yang pastinya terlihat sangat gelap.

Mereka mengikuti orang itu dengan berjalan kaki.

Orang itu pun masuk ke dalam gedung tak terpakai yang cukup menyeramkan.

Disana ada Jia yang terduduk di lantai kotor dengan kedua tangan yang terikat. Sedangkan disekitarnya banyak yang merokok dan bermain kartu.

"Brengsek!" cicit Jinyoung.

Belum sempat ditahan, Jinyoung sudah berlari ke arah mereka dan memukulnya satu persatu.

Suho dan Seojun yang melihat itu tidak bisa diam saja. Bayangan keduanya jika yang terduduk disana adalah Seojin, terus terbayang.

"Suho, lo lepasin dia. Biar gua yang hadang. Oke?"

Suho mengacungkan jempolnya dan menuruti perintah Seojun. Ia percaya Seojun akan melindungi mereka.

BUGH

BRAK

PRANK

"Kwa huhoo!!"

"Jia kamu gapapa?"

Jia mengangguk sambil menangis.

Suho dengan cepat melepas ikatan Jia dan membawanya pergi.

"KA SUHO AWASS!!"

Crashh

"Aakhh!!"

"Jinyoung?"

BRAK

"Pergi! Gua mohon, bawa Jia pergi!"

Jinyoung sudah terkapar di lantai. Suho jadi tidak tega. Ia dilema harus bagaimana.

"Gua mohon.." lirih Jinyoung.

"Kakak!! hiks"

Suho pun mengambil langkah seribu dengan membawa Jia pergi. Meski Jia berteriak dan memaksa untuk membawa Jinyoung juga. Tapi Suho lebih memilih mengacuhkannya.

Mereka sampai di dalam mobil dan Suho lebih memilih untuk menelfon polisi.

Tak butuh waktu lama, polisi pun datang dan membubarkan perkumpulan itu. Seojun dan Jinyoung terlihat sangat mengenaskan. Tentu saja karena mereka kalah jumlah.

Mobil ambulance datang beberapa menit setelah ditelfon oleh pihak polisi.

"Seojun!"

"Kakak!"

Suho dan Jia menghampiri Seojun dan Jinyoung yang dibawa oleh mobil ambulan.

"Jia ikut aku" Suho menarik Jia untuk masuk ke mobil. Mereka pun mengikuti mobil ambulance itu.

Keduanya masuk ke ruang UGD. Suho sudah ketar ketir di ruang tunggu. Satu sisi ia ingin menangis. Tapi di sisi lain, ia harus terlihat kuat di depan Jia. Biar bagaimanapun, ia lebih tua dibanding Jia. Jadi ia harus bisa menenangkannya.

BRADA [SEOJUN - SUHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang