Until We Meet Again

931 87 20
                                    

Just my imagination.
Don't judge.
Leave this work if you don't like it.
Don't copas.

Sampai saat ini Seojun belum mengetahui keberadaan Suho. Bagaimana kabarnya? Bagaimana keadaannya? Apakah sudah sembuh atau belum?

Tidak ada satu pun pertanyaan yang terjawab. Ayah dan ibunya juga jika dihubungi selalu tidak ada jawaban, membuatnya semakin frustasi dan merasa diabaikan.

Hari ini seperti biasa ia pulang malam. Omong-omong ia kembali bergabung bersama teman-temannya semenjak kepergian Suho. Setidaknya itu bisa mengisi kekosongan hari-harinya, pikir Seojun.

Sesampainya di apartemen, ia tidak mendapati keberadaan Jinyoung. Awalnya Seojun tidak ingin ambil pusing. Tapi rasanya ada yang tidak beres dengan anak itu. Biasanya jika ia pulang, Jinyoung selalu berada disana.

Saat akan masuk ke dalam kamarnya, bunyi tombol kunci yang ditekan terdengar. Menandakan kalau ada seseorang yang akan masuk.

Bruk

Mendengar suara benda berat yang jatuh, Seojun pun mengintip kearah pintu masuk. Ternyata disana ada Jinyoung yang sedang bersimpuh di lantai. Seojun mengernyitkan dahinya heran. Sedetik kemudian terpampang jelas wajah Jinyoung yang penuh lebam. Bahkan darah mengucur di dahinya seakan dihantam benda tumpul.

Mengabaikan egonya, Seojun segera berlari membantu Jinyoung yang sedang berjalan sempoyongan. Ia memapahnya sampai sofa ruang tengah.

“Siapa?” geram Seojun.

Jinyoung menatap Seojun dengan mata sayunya. Pandangannya semakin buram tapi Seojun justru semakin kesal karena Jinyoung tidak juga menjawab.

“Gua bilang siapa brengsek?!” Seojun berdiri dari duduknya, menatap Jinyoung sebentar, lalu pergi untuk mengambil kotak P3K.

Dengan telaten Seojun membersihkan luka Jinyoung. Tapi pada akhirnya Seojun menyerah karena lukanya terlalu parah. Dilemparnya kapas yang sedang ia pegang ke sembarang arah.

“Lo harus ke rumah sakit. Masih bisa jalan?”

Meski lemah, Jinyoung masih bisa membalasnya dengan gelengan. Mendapat respon seperti itu, Seojun berinisiatif untuk menggendongnya di punggung dan segera berlari ke basemen.

“Tahan sebentar. Jangan tutup mata lo”

Seojun sudah keringat dingin akibat menahan panik sekaligus kesal. Sebisa mungkin ia fokus menyetir jika tidak ingin kejadian yang lebih fatal terjadi.

Di rumah sakit, Jinyoung segera di tangani oleh dokter dan mendapatkan operasi untuk menutupi luka di dahinya yang ternyata robek cukup dalam. Selagi menunggu operasi selesai, Seojun pergi ke rooftop rumah sakit. Ingin menenangkan pikirannya yang semakin bertambah.

Sebatang rokok menjadi teman sepinya. Ya benar, Seojun sekarang merokok.

Sudah habis dua batang, tapi pikirannya tidak tenang juga. Saat dirinya akan mengambil rokok yang ketiga, sebuah tangan menahan dirinya.

“Ck urusan lo a-”

“Seojun..”

“-pa..”

Seojun menatap tidak percaya seseorang dengan baju pasien didepannya. Seseorang yang sudah lama pergi tanpa kabar. Seseorang yang sangat dirindukannya. Bagaimana bisa sekarang orang itu justru sedang berdiri tanpa rasa bersalah sedikitpun?

BRADA [SEOJUN - SUHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang