Seventeen : Divided

845 149 126
                                    


Putri Lisa tidak pernah suka dengan kegelapan, hitam terkadang membuatnya takut karena tidak bisa melihat apapun. Dia akan sangat marah jika para dayang terlambat menyalakan lilin-lilin yang berada di kamarnya, namun kini ketakutan itu menjadi identitas barunya, gelap tak lagi membuatnya tak nyaman.

Dia hanya ingin membagi rasa itu, rasa yang juga putranya alami dengan terkubur di dalam tanah. Tangisnya sudah terhenti, isakannya juga tidak lagi keluar, namun airmatanya tetap luruh melewati pipinya. Matanya yang indah membengkak, lamunan panjangnya diiringi gerakan tangan yang mengayun sebuah ayunan kosong.

Ayunan indah yang seharusnya berisi kebahagiannya. Sang putri menoleh, jemarinya meraba selimut kain yang ia jahit sendiri untuk anaknya. Lisa mengambil benda itu, berharap bisa menemukan sedikit tentang kenangan putranya namun nihil. Bahkan sang anak tidak pernah tinggal di sini, tidak pernah tersentuh oleh benda-benda ini.

Hatinya kembali sakit, nyatanya dia menyesal tidur begitu lama hingga tidak sempat melihat bagaimana putranya lahir, bagaimana tangisannya yang kencang atau bagaimana menderitanya dia saat berjuang untuk hidup. Udara yang dingin masuk melalui celah jendela yang tidak ditutup, tidak mempengaruhinya sama sekali meski dia duduk di lantai hanya dengan hanfu tipisnya.

Jungkook masuk dengan sebuah nampan berisi sup, wajahnya tak kalah letih karena terus tertekan melihat keadaan sang putri yang seperti ini. "Putri.. sudah tiga hari kau hanya duduk seperti ini, makanlah dulu.."

"Aku tidak lapar."

"Mana mungkin kau tidak lapar, kau belum makan apapun sejak bangun." Jungkook mengaduk sup itu, dia meniupnya pelan sebelum menyuapkannya pada Lisa. "Ayo, buka mulutmu."

"Sudah kubilang aku tidak lapar," Lisa mendorong nampan tersebut hingga semuanya terbanting ke atas lantai. Matanya menatap Jungkook yang terkejut nyalang. "Aku. Tidak. Lapar!"

"Lalu kau mau apa!" Jungkook yang lelah ikut membanting sendok di tangannya. "Apa yang harus kulakukan lagi agar kau tidak terus meratap seperti ini?!"

"..."

"Dia juga anakku, Lisa! Dia putraku! Dia milikku!" Jungkook terduduk, dengan kepala yang ia letakkan pada bahu Lisa. "Aku lebih menderita Lisa, aku lebih tersiksa!" Dia menyerah, dia menyerah untuk membuat Lisa mengerti.

"Kau bilang kau akan melakukan apapun untuk kami, kenapa kau tidak membiarkanku mati juga bersama putraku."

"Aku memang suami yang tidak berguna." Lirihnya, "Aku gagal melindungi kalian,"

Mendengarnya membuat Lisa melirik Jungkook yang terisak dipangkuannya. Tangannya yang bergetar berusaha menyentuh helaian hitam pemuda itu, apa yang sudah ia lakukan? Kenapa dia membuat suaminya merasakan neraka yang sama. Dia memang berduka, tapi Jungkook yang menerima kesengsaraannya.

Mengapa dia menambah beban suaminya?

Bukankah mereka bersama untuk membagi segalanya?

"T-tuanku.."

Jungkook mendongkak, mempertemukan kembali wajah mereka setelah selama ini Lisa terus menghindarinya. Dia bangun dengan cepat, memeluk Lisa seerat mungkin, meluapkan kepedihan yang jauh lebih dalam ia rasakan.

Ketika Lisa menganggap putranya sudah tiada, Jungkook terus dihantui perasaan bersalah karena telah memisahkan mereka. Tanpa sang putri ketahui, nyatanya Jungkook memang melakukan apapun untuk dia dan putra mereka.

Melakukan penipuan besar seperti ini, bahkan sampai menjual jiwanya sendiri pada iblis bernama Taehyung.

.

The Empress of Fire (TaeLiceKook) [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang