Nineteen : Cup of Fire

946 154 92
                                    

Jungkook berdiri di depan cermin sembari berusaha memasang bagian hanfu pada tubuhnya, ia terlihat serius, beberapa kali mengulangi ikatan juga lipatan yang sama namun terus gagal. Pria itu menghela napas, dia payah dalam hal karena putri Lisa lah yang selama ini membantunya untuk berpakaian.

"Putri, bisa to-"

Ucapannya terhenti saat menoleh pada sang putri yang masih berbaring di atas ranjang dan membelakanginya. Jungkook merapatkan kembali mulutnya, ia memandang ikatan hanfu tadi lalu memasangnya asal. Si jenderal berjalan ke arah sisi ranjangnya sambil tersenyum kecil, sorotnya memandang sendu Lisa yang tak lagi seperti dulu.

Dia duduk di sana, Jungkook tahu putri Lisa sudah bangun sejak tadi, bukan kebiasaan wanita itu bangun sesiang ini apalagi pada waktu Jungkook akan berangkat bekerja. Tangan kanannya terulur, membelai sayang untaian hitam lembut yang tersebar di atas bantal.

"Aku hari ini akan sangat sibuk di Barrak, Kaisar sudah pergi untuk memulai kampanye perang dan aku harus mempersiapkan pasukan tambahan jikalau pasukan kita terdesak di sana." Jungkook mulai bercerita. "Kau tahu putri, sangat sulit memilah pemuda yang baik dan tangguh. Kebanyakan dari mereka tidak siap untuk berperang, mungkin minim pengalaman dan membuatku kesulitan dalam melatih mereka."

"..."

"Kadang aku merasa lelah, karena mereka bahkan tidak bisa menggunakan senjata dengan benar." Jungkook terlihat berpikir. "Haruskah aku salahkan bagian perekrutan tentara baru putri? Bagaimana menurutmu?"

"..."

"Kau selalu memberiku solusi dalam setiap masalah yang aku hadapi." Jungkook menunggu jawaban Lisa. "Tidak ada yang bisa aku lakukan tanpamu..."

Di sisi lain, putri Lisa tetap diam dan memandang jauh pada sisi ruang kamarnya dengan air mata yang jatuh.

"Bisakah kita kembali seperti dulu?"

"..."

Jungkook adalah pria yang tangguh, dia menggantikan posisi ayahnya diusia yang begitu muda. Loyalitas, pengabdian, juga kecerdasan menjadi identitasnya. Tidak ada yang bisa menggoyahkan dia, seperti bebatuan besar yang menahan sebuah tebing, dia kuat dan ditakuti oleh para musuhnya.

Namun, nyatanya dia masihlah memiliki kelemahan. Kebungkaman dari sang putri menjadi salah satu di antara kelemahannya. Jungkook masih menunggu satu kata saja yang terucap dari bibir merah muda istrinya, tapi kenyataan mengembalikan memori di mana dia telah mengecewakan Lisa.

Dan ya, Jungkook sadar. Kini, ada sebuah tembok tidak terlihat yang perlahan terbangun membuat jarak di antara hubungan mereka.

"Aku pergi."

Mendengar pintu kamarnya tertutup, Lisa segera berbalik. Memperhatikan kamarnya yang kembali kosong, setelah kepergian sang suami. Sang putri menghapus pelan air di matanya, menerima adalah tindakan yang sulit dan berani.

Tapi merasa kecewa nyatanya lebih buruk dari itu.

Lisa tidak lagi memilih berbaring, dia bangkit dan duduk pada meja rias. Dia sudah mandi pagi-pagi sekali, saat semuanya belum terbangun hanya saja belum merias dirinya seperti biasa. Tatapan matanya terlihat kosong, tangan putihnya terulur mengambil sisir untuk mulai menata rambutnya.

Sang putri mengepang satu rambut panjangnya dan dia sampirkan pada bahu sebelah kanan, selesai dengan rambut dia memulai bagian selanjutnya dengan perhiasan simbolik yang Jungkook berikan ketika mereka menikah. Jemarinya menggantung dan belum sempat menyentuh benda itu, ia kembali mengingat jika pada kepala Tzuyu juga ada benda yang sama dan diberikan oleh orang yang sama juga.

The Empress of Fire (TaeLiceKook) [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang