10

484 59 21
                                    

Double update lohh...

........

" Kau benar benar akan menemaniku malam ini kan, Severus? " Tanyanya ia masih mengadah menatap pria itu tanpa henti. Severus mengusap sisa jejak tetes yang berhasil melintasi pipinya, " Aku akan menemanimu, Matilda.. aku janji "

Ia tersenyum, terlihat dari lekung dan lesung di pipinya itu seakan berterimakasih dengan tulus. Severus masih tidak habis pikir dengan kejadian yang semulanya membuat wanita itu seakan tidak lagi berharga.
" Ganti bajumu Matilda! "

" Ganti? Ganti baju apa? "

" Pakai piyama saja sana! "

" Tak mau! aku, aku tak mau melihat luka luka ditubuh ku lagi " Ia kembali menangis, Severus memang menyadari. Sekuat kuatnya wanita, Matilda tetaplah seorang wanita. Ia memiliki ketakutan akan sesuatu yang tidak sempurna pada dirinya sendiri.

" Ushh.. ush.. tenanglah, Matilda "

" Lukaku, kau tau kalau aku lemah! " Matilda terus terisak, Ia selalu berusaha untuk tak pernah terlihat lemah di hadapan orang lain. Ia ingin selalu terlihat kuat dan bertahan selama ini. Namun kali ini, ia terlihat lemah dihadapan pria yang sangat di cintainya. " Kau bukan The Dark Lord, Matilda! Kau hanya penyihir biasa yang memiliki kelemahan seperti penyihir pada umumnya. "

" Bukan kah kau tak ingin seperti pamanmu itu kan? " Ia hanya memangguk. Severus menuntunnya hingga terbaring di kasur, menyelimuti tubuhnya yang terlentang dan mengusap bahu wanita itu. " Tidur dan bermimpi lah! Tak usah memikirkan hal lain! "

Pria itu melangkah meninggalkan Matilda sendirian di ranjangnya, ia duduk di sofa di sebelah samping kasur tempat Matilda menghadapkan tubuhnya. Severus melihat meja pendek itu dipenuhi tumpukan berkas, puluhan perkamen dan sebuah miniatur stadion untuk pertandingan kedepannya. Severus melihat bangunan tersebut berbentuk labirin. Ia memutuskan untuk duduk di sofa panjang itu dan melihat mesin ketik didepannya, ia melihat bahwa lembar kertas itu seharusnya divisi tempat Lucius bekerja. Lalu mengapa Matilda yang harus menyelesaikan nya?

" Severus? "

" Tidurlah Matilda "

" Severus, dingin.. bisakah kau menyalakan perapian untukku " Dengan ayunan tongkat sihirnya perapian di ruangan tersebut menyala, dan Severus membuat suhu ruangan tersebut menjadi lebih hangat. Matilda melemparkan senyum manis dari wajahnya.

Severus masih saja meracau di dalam batin nya, bagaimana tidak. Lucius seperti bajingan, atau mungkin ia bagian dari bajingan itu sendiri. Ia memperlakukan wanita se enaknya saja, ia memanfaatkan posisi Matilda dan mendesaknya agar memohon padanya untuk mengurangi tugas dan beban pekerjaannya. Ia tau pasti, bahwa Matilda masih berempati kepada karena Lucius adalah atasannya di divisi Kementerian utama. Ia tak dapat melakukan apapun.

Suhu diruangan tersebut yang semakin terasa panas membuatnya memutuskan untuk melepaskan kemeja hitam dan putih nya. Ia memutuskan untuk tidur berbaring di sofa panjang itu. Ia terlentang dan terlelap di sana. " No!! Tolong Hentikan!!"

" Ampuni aku!! "

Severus mendengar suara teriakan itu, ia langsung membuka matanya ia melihat Matilda tengah gusar di karena mimpinya. Mungkin ia mengalami hal buruk di sana. Mendekatkan diri dan mendekap wanita itu ke dalam tubuhnya, Severus ingin mimpi buruknya segera usai.

Berusaha membangunkan nya agar ia bangkit dari mimpi buruk, Matilda terbangun dengan kondisi napasnya tersengal. Detak jantungnya memburunya dengan cepat, ia hilang kendali akan dirinya sendiri. Sentuhan Severus perlahan berhasil membuatnya menenang, pria itu mengecupi pucuk kepalanya mengusap helaian hitam itu membuat kepalanya menyentuh dadanya dengan degupnya yang tenang.

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang