17

355 50 18
                                    

Menjalani beberapa hari terakhir berada di ruangan pengap tempat Severus tinggal selama di Hogwarts, Matilda jadi mengetahui seperti apa saja kegiatan keseharian pria tersebut. Tak banyak bercakap dan memulai pembicaraan, Matilda hanya dapat bertindak memasak makanan Prancis yang ia pelajari dari buku masakan di rumahnya dan membersihkan ruangan tersebut yang selalu seperti kapal pecah.

Mereka tidur di satu kasur yang sama, dengan masing masing sisi terpisah. Matilda yang tak enak hati memulai pembicaraan sedangkan Severus tak ingin menghancurkan hati wanita itu dengan ucapannya yang seringkali tanpa sadar menyakiti hati orang lain

Sesungguhnya Severus merasa bersalah terhadap wanita itu, ia sudah membuat Matilda menderita sejak ia muda. Melihat ia terkena siksaan kejam Voldemort dengan tubuhnya yang di lukai dan melihat ayah dan ibunya yang harus di bunuh di depan mata kepalanya sendiri. Terlebih kini ia membuat Matilda menyimpan perasaan terhadapnya, karena ia merasakan hal yang sama.

Bangun dari tidurnya, Severus tak melihat punggung tubuh wanita itu di sana. Ia mulai mencari keseluruh ruangannya, namun nihil. Wanita itu tak ada di sana. Ia memutuskan untuk membersihkan dirinya sebelum menuju aula utama, dengan pikirnya Matilda pasti sedang ingin sarapan pagi di sana.

Kembali memakai penampilan serba hitam dengan jubah menyapu lantai kebanggaannya ia berjalan cepat menuju aula pertemuan yang membuatnya mulai merasa khawatir terhadapnya. Matilda tak berada di sana. "Albus, kau melihat Matilda?"

"Tidak, aku pikir dia selalu berada di ruanganmu.. kalian sudah seperti kekasih, bukannya justru seperti suami istri?" Severus justru semakin kalang kabut, ia kembali di rundung ke khawatiran. "Dia tidak ada di sana pagi ini. Hanya sahabat, Albus!"

"Dimana gadis itu, sangat menyebalkan!" Dengan kesalnya ia mulai menyantap makanannya, menyiapkan energi untuk mengajar murid murid bodoh tahun pertama yang bebal dan menyebalkan. Tak mengabaikan niatnya untuk mencari gadis itu setelah jam pertama berakhir. Berharap saja Matilda sudah di ruangannya saat ia kembali.

Menuju ruangannya, membanting pintu dan mengejutkan puluhan siswa ia melangkah dan termenung duduk di meja kerjanya. Memulai kata sarkastik yang sangatlah indentik dengan dirinya setiap kali jam pelajaran di mulai. "Tak boleh ada mantra bodoh di kelas ini.. kelasku adalah peraturanku! Jika kalian tak suka lebih baik kalian keluar daripada aku harus mengajar murid murid idiot yang menyebalkan!"

Tanpa sadar pandangannya mulai beralih menuju buku kebesarannya buku mengenai ramuan ramuan yang akan ia ajarkan kepada manusia manusia bodoh di hadapannya. Terdapat selarik kertas kecil berada si balik sampul buku itu.

"Jangan cari aku, kau akan kelelahan
Aku hanya bisa mengatakan Terimakasih kepadamu, maaf aku selalu merepotkan mu selama ini.

  -orang bodoh"

Tersadar dari lamunannya membaca surat singkat itu ia kembali tersadar bahwa penulis surat tersebut adalah Matilda, karena ia selalu menyebut gadis itu bodoh karena selalu melakukan hal hal bodoh di matanya. Sangat menyebalkan dan terlihat bodoh untuk seorang penyihir berdarah murni baginya. "Buatlah essay 'Bahan Bahan Dasar Penangkal Ramuan Beracun' minimal dua halaman perkamen!"

Seluruh murid berdecik kesal, pasalnya mereka harus merasakan neraka setiap diajar Snape. Seperti di kejar kejar maut dan kesalahan. "Kami baru mempelajari bahan bahan utama ramuan Professor Snape"

"20 point ku potong dari asrama Ravenclaw, tidak mengikuti perintahku."

"Tetaplah di kelas hingga pelajaran berakhir! Dan essay itu harus ada di mejaku Minggu depan. Paham!"

"Paham, Professor" Menarik nafas panjang para siswa tetap harus menerima kenyataan yang ada. Severus berlari menuju ruangan Dumbledore, meminta izin nya dan pergi mencari keberadaan Matilda dari di kastil itu hingga keseluruh penjuru tempat yang ia rasa Matilda akan berada di sana.

∆∆∆

Matilda menuju sebuah flat tempat sahabatnya seorang gadis asal asrama Ravenclaw ia adalah seorang Muggle-born. Dan ia memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya dan bekerja di bawah salah satu bank swasta di London.

Masih terbilang cukup pagi untuk Matilda memencet tombol tamu di depan pintu, tak lama berselang seorang wanita yang masih mengenakan piyama dan celemek di sisi depan tubuhnya datang menghampiri. "Matilda.."

"Chris.." keduanya saling berpelukan hangat, kayaknya sahabat lama yang bertemu kembali. "Aku tak menyangka kau masih di sini rupanya"

"Ya begitulah.. dan ini adalah kali pertama setelah kita tidak berjumpa sejak tiga tahun lalu"

"Benar Chris.. tiga tahun lalu"

"Come on!! Matilda memasuki flat tersebut. Interior yang masih sama persis seperti yang dulu, tanpa perubahan. "Do you have a boyfriend, Chris?"

"Nope."

"Great"

"Kau ingin aku melajang seumur hidup begitu!"

"Bukan bukan, sesungguhnya aku ingin tinggal di sini bersamamu.. tenang, aku juga akan membayar sewa setengah dari bagianmu.. bagaimana?"

"What's wrong with you? Cepat jelaskan mengapa kau ingin tinggal di sini!" Matilda akhirnya menjelaskan semuanya mengenai alasannya memutuskan tinggal di London. Untuk menjauhkan dirinya dari incaran Voldemort dan melepaskan pria yang menjadi pujaan hatinya. "Aku mencintainya, Christina!!"

"Aku mencintainya"

"Iya aku tau kau selalu mengatakan itu sejak tahun ke tiga hingga saat ini"      wanita itu berusaha menenangkan sahabatnya, terlebih ia mengetahui rahasia tergelap sahabatnya sejak dulu. Ia merasa tertekan atas derita. "Semua ada pada tanganmu Matilda, kau mencintainya bukan?"

Wanita berambut hitam bergelombang itu mengangguk. "Lepaskan dia, jangan biarkan dia mengemban derita karena who-know-who yang memerintahkannya untuk menyiksamu nanti. Lepaskan rasa cintamu itu, kau bisa mendapatkan pria yang akan jauh lebih baik kedepannya."

∆∆∆

Hari sudah berganti Minggu, Matilda akhirnya menemukan pekerjaan muggle yang dirasa cocok untuknya, menjadi editor surat kabar berita di London. Memanfaatkan keahliannya di masa lalu, Matilda dapat bekerja dengan tanggap di sana. Menggunakan nama samaran, demi menunjang keselamatan dirinya.

"APA KATAMU!! WANITA ITU HILANG!!" Voldemort murka kepada bawahannya, pria berambut silver itu. Dia tak dapat dipercaya untuk menangkap wanita yang menjadi salah satu kelemahannya itu.

"BERIKAN INFORMASI APA SAJA MENGENAI GADIS ITU!"

Lucius dengan ketakutannya menjelaskan segala informasi yang ia ketahui mengenai gadis yang ia ingin jadikan gundik untuk pelampiasannya. Wanita berdarah murni dengan kehebatan sihirnya yang dapat mengalahkan siapapun termasuk Voldemort. Ia hanya tertutupi dengan penampilannya yang terlihat biasa biasa saja nan lugu. "Terakhir kali aku melihatnya pergi dari kantorku, my lord. Dan pekerjaan terakhirnya adalah menyelesaikan Turnamen Twizard di Hogwarts"

"Benarkah itu, Severus?"

"Yes My Lord. Itu benar"

"Kau mengetahui wanita bukan?" Voldemort berjalan menuju tempat duduk Severus, ia berdiri dibelakang bangku pria itu. Mencengkeram pundaknya. "Of course, My Lord"

"Find her and bring her to me!"


































TBC

MASIH PADA PANTENGIN
ENDLESS LOVE KAN YAK?

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang