12

387 55 8
                                    

" Sev "

" Hem "

" Sudahlah lupakan " Matilda berusaha menahan rasa keingintahuan nya tentang pria tersebut. " Ada apa? Katakanlah "

" Tidak jadi "

" Dasar menyebalkan " batin Snape, Matilda menatapnya tak terima. Ia berbisik, " Kau pun begitu " menggigit kecil telinga pria itu dengan memberi sedikit udara tipis yang terlesat di ruang dengarnya. Dengan refleks Severus memejamkan matanya. Matilda melepaskan tangannya dari pergelangan pria itu, ia melangkah pergi meninggalkan nya tanpa berbalik sekalipun.

Severus terdiam di tempat, bulu kuduknya berdiri karena bisik wanita itu berusaha seakan menggodanya. Detak jantungnya berdegup kencang, ia ragu untuk menyusul wanita itu. Ia memegang dada kirinya merasakan detaknya persekian detik tak aman.

Matilda memasuki aula ramai di penuhi banyak orang berpenampilan rapih dan mempesona. Minerva dan Dumbledore menyambut kedatangannya. " Seharusnya kau memakai gaun kemarin yang ku maksud, Matilda "

Wanita muda itu mendekati telinga Minerva " Lihat saja, dengan begini pun, dia akan terbuai " bisiknya. Minerva hanya tertawa geli di buatnya selagi melihat Severus memasuki aula besar acara meriah tersebut berlangsung. Dumbledore menarik nafas lega, setidaknya bocah lelaki itu tak memakai jubah suram nya itu di acara se megah ini meskipun ia masih setia dengan kemeja hitamnya.

Pria itu berdiri di samping Matilda, tanpa menatapnya sama sekali. Pandangannya tertuju pada seluruh murid yang bahagia berkumpul di lantai dansa, ia ikut senang dengan itu. Meskipun ia tak akan pernah menunjukkan ekspresi bahagianya kepada siapapun.

Para peserta Turnamen Triwizard dengan masing-masing pasangan mulai menari di atas lantai dansa, disusul Professor Dumbledore menggaet Professor McGonagall. Dilanjut oleh seluruh Professor dan juga siswa siswi di sana.

Keduanya saling mengunci pikiran satu sama lain. Di dalam benak Matilda, ia masih ingin menunggu pria itu yang sedari tadi hanya bertepuk tangan ringan. Apakah ia akan mengajak ku berdansa? Batinnya. Tapi itu mungkin tak akan terjadi, sudah lah lupakan. Batinnya kembali menepis.

Di satu sisi Severus tengah berpikir keras dengan keputusan nya yang masih tertanggal di kepala. Haruskah aku mengajak wanita itu? Batinnya merujuk padanya, Matilda. Tidak mungkin, dia tak menyukai lelaki diam dan menyebalkan sepertiku. Semangat nya menciut.

Severus mendekati wanita itu yang ternyata sudah lebih dulu pergi meninggalkan nya sendirian mengambil segelas wine. Dan Matilda kembali dengan menawarkan segelas wine yang ia bawakan. " Kau mau? Aku akan mengambil nya lagi untuk ku sendiri nanti "

" Itu nanti saja.. sekarang berdansa lah bersamaku ". Hatinya berdebar bukan main, Severus mengikuti apa yang isi hatinya katakan mengajak wanita itu berdansa bersamanya. Matilda menghabiskan cairan pekat tersebut lebih dulu dengan usahanya cepat. " Astaga, Matilda.. kau akan meninggalkan dansanya! "

" Salahmu sendiri tak sedari tadi  mengajak ku dansa lebih dulu " Matilda mengulurkan tangannya, Severus mengajaknya menuju lantai dansa bersama yang lain dengan berkata serapah akan kesalnya dalam hati. Matilda yang dapat mengetahui semua itu meskipun Severus sudah menghalangi isi pikiran, ia pun hanya menyeringai penuh kemenangan karenanya. " Kenapa kau mengajakku berdansa? ". Tatapan keduanya semakin lekat, " Karena gadis seperti mu tak dapat ku tinggalkan sendirian untuk menyenangkan dan meringankan beban di hatinya sendirian. "

" Tumben sekali kau perduli padaku "

Severus membalasnya dengan nafasnya gusar, ia merasa tak dihargai dengan ucapan jutek yang sangat terkesan tidak perduli itu terucap dari bibir gadis itu cantik. Matilda hanya membalasnya dengan senyuman, " Mengapa kau senyum-senyum sendiri.. Matilda? "

Wanita itu semakin menatapnya dengan penuh asih pada manik hitam yang terpenuhi kekosongan dan kesunyian yang mencerminkan isi hatinya. " Agar senyumku menular di sudut bibirmu " Matilda menyentuh tunjuk sudut bibirnya, Secara tanpa sadar senyum itu merekah pada sudut bibirnya yang menampakkan kerutan di wajah nya. Meskipun terlihat kaku.

Matilda menjadi terkekeh pelan karenanya, ia merasa bahwa senyuman manis darinya itu seakan sebuah kehormatan baginya. Karena Severus tak pernah tersenyum kepada siapapun sebelumnya. " Seharusnya kau pakai gaun tadi "

" Kenapa memangnya?! "

" Kau sudah sangat cantik, Namun akan semakin cantik lagi bila kau mengenakannya " bisik pria itu tepat di samping indera pendengarannya. Musik di sana terlalu kencang. " Yang penting sekarang aku tetap cantik "

Matilda tidak dapat menyembunyikan ekspresi wajahnya, pipinya semakin merona karena pujian pria itu disana.  Ini adalah kali pertamanya ia berdansa dengan pria lain selain ayahnya. Severus sangat berarti untuk itu.

Tanpa keduanya sadari, mereka berdua sudah menjadi pusat pandang perhatian banyak orang disana. Semua orang melihat dari sorot pandang keduanya tidak memancarkan sepasang teman yang sedang berdansa, melainkan sorot pandang sepasang kekasih yang saling cinta dengan menikmati dansa dengan tatapan sederhana yang menghangatkan hati.

Matilda mengusap pundaknya lembut. " Kau kuat Severus, dan selamanya harus tetap kuat ". Mendengar perkataan lembut yang tulus itu ia hanya tersenyum tipis dengan sedikit menyeringai nya khas.

" Jika turnamen, pertandingan ini selesai.. apakah kisah cinta yang baru di mulai ini akan berakhir? Albus?! "












" Aku harap itu tidak akan terjadi, keduanya memiliki hati yang murni atas cinta, Minerva.. akan ku usahakan mereka terus seperti itu—

























































—selamanya. "














































TBC

AUTHORNYA MENTOK, GAIS..

MENGLELAH🤧

Maap dikit doang hihi, yang penting mah update.. yakan🤗

.
.
.

#KAWALSAMPAIALTAR

Iya ga nih🌚

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang