EMPAT

1.2K 130 6
                                    

Jangan lupa follow biar nggak ketinggalan kalo aku up + Vote ya.... makasiii:)

Ig : Itsskuyyymiaaa
Wp : UkhtyMuslimah758

*^*^*

Dunianya sedang runtuh, hatinya telah hancur, dan harapannya menjadi angan. Selamat tinggal kejadian hari ini, aku hebat bisa memaluinya

-Alenia

"Siap ketemu nyokap, lo?"

Alenia mengambil napas lalu membuangnya, setelah itu ia mengangguk pasti. Jarinya memencet bel rumah Auren tiga kali. Gadis itu mondar-mandir menunggu Mami-nya membuka gerbang.

2 menit menunggu, akhirnya Auren datang dan berjalan membukakan gerbang rumah. Ia terkejut mendapati putrinya di depan sana.

"Alen? Ada apa, sayang? Semua baik-baik aja kan?" beruntun pertanyaan dilontarkan Auren seraya mendorong gerbang. Membuka pemisah antara dirinya dan putrinya.

"Kangen, Mami," lirih Alenia yang langsung mendaratkan pelukan kerinduan pada Auren. Dibalas penuh kasih sayang dari Auren. Ia mengelus surai rambut Alenia, sesekali merapikannya.

"Alen udah ulang tahun ke 17, Mi. Kok mami nggak jemput Alen? Alen pengen tinggal sama Mami dan Abang," adu Alenia cemberut. Tangannya enggan untuk melepaskan pelukan ditubuh Auren.

"Nanti, ya, sayang. Mami nggak bisa jemput kamu sekarang. Tapi tenang, mami bakal berusaha keras berjuang demi Anak-anak Mami. Alen percaya sama Mami kan? Mami cinta banget sama kalian. Mami nggak bisa pisah sama Alen, sehat-sehat, ya sayang."

Didekapnya lebih erat putrinya, bertubi-tubi menciumi kepala Alenia. Serin yang melihat itu terharu. Ia tahu betul bagaimana keadaan keluarga sahabatnya itu. Jadi, Serin selalu berusaha ada dan selalu mendukung Alenia.

"Janji, ya, Mi? Alen capek nunggu. Eh, Alen nggak capek kok, hhe..." kekehnya pelan sambil menghapus air matanya.

"Mami punya hadiah ulang tahun. Tunggu, Mami ambil dulu, ya." Dan dibalas anggukan.

Sepuluh menit, Auren tak kunjung datang. Di balik pintu keluar Adir — papa tirinya— memasang wajah marah. Lelaki bertubuh tinggi itu mendekati Alenia.

Dengan kasar satu tangan Alenia dicekamnya. Gadis itu meringis kesakitan. Untuk kesekian kalinya ia disiksa papa tirinya apabila ke sini.

Serin berusaha membantu Alenia dengan memukul-mukul tangan kekar milik Adir, walau begitu tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan hingga saat Adir menepis tangannya membuat Serin terjatuh ke tanah.

"Lepasin, pa," lirih Alenia.

"JANGAN PANGGIL SAYA PAPA! SAYA BUKAN ORANG TUA KAMU!" bentaknya nyaring. Beberapa tetangga yang lewat bahkan hanya menyaksikan tanpa berniat membantu.

Auren datang dengan derai air mata yang runtuh. Mencoba melepaskan tangan suaminya dari Alenia. "Mas! Lepasin putri saya! Jangan sakiti Alen, Mas!"

Adir melempar tangan Alenia kasar, amarahnya menggebu-gebu. "Ingat, jangan pernah ke rumah saya lagi! Jangan ganggu istri dan anak saya."

"Tapi ... Abang sama Mami keluarga Alen," tuturnya lemah.

"Saya tidak peduli itu!" ucap Adir kemudian pergi masuk.

Catatan Alenia  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang