DUAPULUH EMPAT

583 72 5
                                    

Jangan lupa follow biar nggak ketinggalan kalo aku up + Vote ya.... makasiii:)

Ig : Itsskuyyymiaaa
Wp : UkhtyMuslimah758

*^*^*

Bagaimana? Sudah jadi bagian terpenting dan tak pernah terlupakan?

-Catatan Alenia

Seseorang menggedor-gedor gerbang rumah Davion. Menyebut nama Alenia berkali-kali. Namun walau begitu orang di dalam rumah atau yang dipanggil tak kunjung datang.

"Alenia!"

"Alenia Dafrea Hafisya!"

"Berangkat bareng, Len."

Sepuluh menit sudah Frasa berdiri di depan gerbang rumah Alenia. Cowok itu ingin mengajak Alenia berangkat sekolah bersama. Lelah berdiri, Frasa mendudukkan dirinya di sepeda biru miliknya.

Mencoba menghubungi Alenia dan mengirimkan beberapa pesan. Sial! Gadis itu mematikan Handphone nya.

"Alenia," ulang Frasa kembali memanggil pacarnya.

Pintu bercat hitam itu berdecit pertanda ada orang yang membukanya.

Jordan menggaruk kepalanya, lalu menutup mulutnya saat menguap. Wajah baru bangun tidur tampak mengenaskan.

"Lo ngapain pagi-pagi teriak di depan rumah orang! Pergi sana!" usirnya secara paksa sambil mengibaskan tangan.

Frasa sempat mengumpat karena Jordan mengusirnya.

"Alenia mana?" tanya Frasa, tak peduli sudah diusir.

"Dia pergi kemarin sore dan nggak balik sampai sekarang."

"Jangan bercanda, lo!" bentak Frasa tak percaya.

Jordan menggeram. "Gue beneran. Terserah lo mau percaya atau engga!"

"Terus lo dan keluarga lo nggak panik dan nggak cari Alenia?"

Jordan menaikan satu alisnya. Senyum sinis tercipta. "Gue? Keluarga gue?" ulang cowok SMA kelas 1 itu. "Hahaha... ngapain keluarga gue cari dia. Beban keluarga gitu dicari. Beruntung banget dia pergi sebelum diusir papi!"

Sumpah! Keluarga terlaknat yang pernah Frasa temui. Keluarga tiri juga nggak sejahat dan setega ini, kan? Ingin Frasa lempar sepedanya ke wajah Jordan.

"Sekarang gue tau gimana sakitnya Alenia tinggal sama kalian! Keluarga teregois! Terkejam! Tergila! Nggak punya hati!"

Seusai berkata umpatan emosinya Frasa pergi mengendarai sepedanya.

*^*^*

Satu-persatu dedaunan kering di gundukan tanah yang kini rapi dengan rumput-rumput kecil dan hijau gadis itu pungut, dijadikan satu sebelum membuangnya ke tempat sampah.

Kemudian satu plastik bunga mawar merah-putih yang ia beli ditaburkan ke seluruh permukaan gundukan tanah itu.

Alenia memandangi batu nisan di depan matanya, sedetik kemudian ia tersenyum indah.

Catatan Alenia  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang