DUAPULUH SATU

629 83 4
                                    

Jangan lupa follow biar nggak ketinggalan kalo aku up + Vote ya.... makasiii:)

Ig : Itsskuyyymiaaa
Wp : UkhtyMuslimah758

*^*^*
Mentalku nggak kuat, kesehatan mentalku semakin hari semakin menunjukan bahwa aku harus mengakhiri semuanya dengan pergi dari dunia.

-Alenia

"Pi, cukup! Alen ngaku Alen salah!"

"Papi liat Alen, pi. Alen nggak bakal kabur lagi."

"Pi, sakit...."

"Alen kedinginan, pi. Ampunin Alen! Alen minta maaf."

Racau Alenia semakin melirih. Guyuran air dingin di bagian kepala semakin membuat tubuhnya bergetar. Beberapa kali pukulan dari mama Rose menggunakan tongkat kayu yang memang dipersiapkan untuk Alenia mengenai seluruh tubuhnya.

Seragam SMA-nya robek di bagain tangan, bahkan juga bagian rok. Paha-nya membiru dan bercak darah mulai mengalir akibat goresan kayu yanng lumayan tajam.

Sejak dua jam yang lalu seusai papi membawanya pulang sekolah hal ini terjadi. Hal ini sudah berlangsung begitu lama. Namun, tak ada tanda-tanda orang tuanya itu akan berhenti melakukan ini.

"Demi Allah Alen ikhlas kalian lakuin ini ke Alen. Yang penting kalian bahagia," tutur Alenia lemah.

Kedua tangannya memegangi dada yang mulai menusuk dan sesak napas. Tingkat kecemasan dan ketakutannya berlebihan. Kesehatan mentalnya terganggu lagi.

Tok... tokk...

Bunyi pintu diketuk tiga kali terdengar dari dalam. Entah siapa yang datang sore-sore begini.

"Eferin, buka pintunya!" teriak Rose masih berada di kamar mandi bawah.

Eferin yang berada di dapur sehabis makan langsung menuju pintu utama. Dibukanya pintu cukup keras. Bola matanya membulat sempurna saat tamu yang datang Mami dan Abangnya Alenia.

Bagaimana ini? Alenia sedang dihukum orang tuanya.

"Mana Alen?" tanya Alren tak santai.

"Hm, itu ... keluar. Iya, keluar." Eferin memberikan alasan agar Alren dan Auren tidak masuk.

"Gue tau Alen di rumah. Gue udah telpon temennya dan katanya Alen dijemput papi." Alren tak mudah percaya begitu saja, ia tau bagaimana watak kakak tirinya itu.

"Gue bilang nggak ada, ngeyel banget sih!" Eferin berusaha mendorong tubuh Alren dan berniat untuk menutup kembali pintu. Namun ditahan Alren.

"Papi, sakit....!"

Teriakan itu, mirip suara adiknya. Alren mengenal suara Alenia. Mengapa adiknya berteriak kesakitan?

Tanpa menunggu Alren mendorong Eferin yang berdiri menghalanginya dengan tenaga besar. Alren dan Auren bergegas masuk ke dalam rumah. Mencari asal suara Alenia yang berteriak tadi.

Rahang Alren mengeras seketika menatap punggung belakang papi dan mama tirinya. Mereka berdua memukuli Alenia tanpa belas kasihan. Adik kesayangannya itu meringkuk kedinginan akibat guyuran air tanpa henti.

Catatan Alenia  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang