-1-

61.4K 1.9K 42
                                    

Haiii:)
Selamat datang di cerita ini. Berharap kalian suka, itu saja.

Selamat membaca💕
.
.
.

Sudah tiga tahun berlalu, namun  tidak ada yang berubah. Kezra selalu menyesal jika mengingat mendiang istrinya. Ia seorang dokter tetapi tidak bisa menyelamatkan nyawa istrinya sendiri.

Berusaha membuang semua penyesalan, Kezra dan putrinya memutuskan pindah keluar kota. Berharap dirinya dapat membuka lembaran baru dan hidup tanpa rasa bersalah.

"Sayang, maafkan aku. Maaf... Maaff!" Kezra benar-benar kehabisan kata-kata. Dibelakangnya Mertua dan Ayah Ibunya hanya bisa menatap sedih sang anak yang akan melanjutkan hidup di kota lain.

"Sudahlah nak, kita berdoa saja padanya." Ucap mertuanya menenangkan. Kezra memejamkan matanya mengingat kembali saat pertama ia mengenal sang istri, saat ia melamarnya hingga menghadirkan seorang putri cantik di tengah-tengah mereka.

Medrofa, ayah Kezra menepuk lembut pundak sang putra dan menyuruhnya berdiri.

"Papa tahu kamu merasa bersalah. Tapi ini semua tak sepenuhnya salahmu. Sekarang kamu hanya perlu berdoa padanya. Dan ya, " Medrofa melirik gadis kecil yang tengah bersama besannya itu. "Kamu jaga cucu Papa dengan baik." Pesan Medrofa.

Sementara itu, Naomi ibu Kezra mencoba menahan air matanya. Namun saat melihat sang cucu dia tak dapat membendung air matanya lagi.

Naomi memeluk cucunya itu.

"Oma jangan nangis dong, kek Acha mau pergi jauh aja" ucap cucunya yang bernama Acha itu.

"Oma sayang banget sama Acha. Ingat Acha harus nurut ya sama Daddy." Ucap Naomi yang dibalas anggukan oleh Acha.

Vivi mensejajarkan tubuhnya sejajar dengan Acha. Ia mengelus rambut Acha lembut, sangat lembut. Ia teringat akan mendiang putrinya yang sangat mirip dengan Acha saat kecil dulu. Sungguh, ia seperti melihat Celine hidup kembali dalam diri Acha. Vivi juga mengelus pipi mulus Acha.

"Nanti kalo Acha udah sampe di rumah barunya, jangan lupa kabarin Oma ya sayang." Ucap Vivi lalu mengecup pipi Acha.

"Oke Oma cantik" Balas Acha dengan mengacungkan jempolnya.

"Jam berapa penerbangannya?" Tanya Aldrick, ayah mertuanya.

"Se-jam lagi, Pah" Jawab Kezra.

"Lebih baik sekarang kita menunggu di bandara, agar tidak terlewat." Ucap Aldrick. Kezra mengangguk setuju.

Mereka semua meninggalkan makam Celine menuju bandara.

Sekitar sejam menunggu, pesawat tujuan mereka akhirnya lepas landas

***

Yozela Mahesa Hendrikson, putri sulung dari pasangan mendiang Mahesa Hendrikson dan Kanaya. Memiliki seorang adik bernama Heskiel Hendrikson, yang biasa disapa Heski.

Yozela baru saja lulus sekolah, namun ia tak berniat melanjutkan pendidikannya. Bukan masalah biaya, hanya saja ia sudah bosan belajar. Otaknya masih lelah menangkap pelajaran baru.

Yozela yang disapa Zee itu meregangkan otot-ototnya, ia baru saja selelsai menyetrika pakaian. Biarpun tinggal berdua, namun pakaian yang disetrika cukup banyak, karena ia suka menunda saat Kanaya, Mamanya itu menyuruhnya menyetrika.

DUREN KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang