-50-

11.6K 685 13
                                    

Selamat membaca 💕
.
.
.

Sekarang Zee sudah berada di apartemennya. Dia tak bisa tidur nyenyak karena adik dan teman-teman adiknya itu sangat bersisik saat bermain PS.

Zee menutup telinganya dengan bantal guling lalu memejamkan matanya erat.

"GOLLL!" Suara teriakan Heski bahkan sampai ke kamarnya. Zee mengeram kesal lalu membuang guling sampai pintu.

Zee mengambil posisi duduk lalu dengan malas menggapai ponsel yang tergeletak di atas nakas. Kezra belum mengabarinya sudah sampai atau belum. Tapi seharusnya sih pria itu sudah sampai.

Zee yang dibalut piama satin itu meletak kembali ponsel nya lalu mencoba untuk tidur.

Kepalanya dipenuhi wajah pria itu membuat Zee susah tidur. Kepalanya menggeleng ke sana kemari karena otaknya selalu memutar memori saat dirinya dan Kezra dipertemukan dalam beberapa pertemuan yang tak terduga.

Zee beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur. Tenggorokannya perlu dialiri air sekarang.

"Belum pada tidur?" Tanya Zee pada ketiga pemuda yang asik main PS.

Ketiganya menoleh. "Eh, belum nih kak. Masih asik main, hehe." Sahut Edo.

"Lah kakak ngapain keluar lagi?" Tanya Heski. "Bukannya tadi udah tidur ya?" Tanyanya lagi.

"Suara Lo pada ganggu gue."

"Maaf ya kak. Namanya anak cowok lagi ngumpul tuh ya begini." Ucap Doni.

Zee mengangguk. "Iya iya. Lanjut gih, gue ke dapur dulu ambil minum."

"Oke kak." Sahut ketiganya barengan. Karena besok hari Minggu, makanya Zee memperbolehkan mereka main sampai hampir tengah malam.

Lalu Zee menuju dapur dan menuang air dari teko ke gelas lalu menenggaknya hingga tandas.

Sekelebat bayangan Kezra muncul di pikirannya. Zee memejamkan matanya erat.

"Duh, gimana nih." Batinnya bingung.

🌻🌻🌻

Kanaya datang dengan nampan berisi dua gelas kopi. Entah apa yang membuat Kezra datang bertamu sepagi ini ke rumah mereka.

"Silahkan." Ucap Kanaya lalu duduk di kursi depan pria itu.

Kezra menautkan jarinya. "Jadi kedatangan saya mau melamar Putri keluarga ini." Ucap Kezra tanpa basa basi.

Kanaya terkejut. Apa gerangan yang membuat Kezra terburu-buru seperti ini.

"Ekhem, kenapa terburu-buru? Bukannya kemarin kamu bilang siap menunggu sampai Zee lulus?" Tanya Kanaya.

Kezra meneguk kopinya sebentar. "Saya tetap akan menunggu sampai Yozela lulus."

"Lalu?"

"Saya ingin Yozela nantinya hanya menjadi milik saya." Kezra berhenti sejenak. "Bagaimana kalau kami tunangan dulu?"

Kedua orang tua itu terdiam. "Saya senang kamu tegas begini. Tapi," Ucapan Kanaya terhenti. Ia masih ragu terhadap beberapa hal, termasuk restu Kakek Zee.

"Saya belum mengatakan pada Pak Maheswara tentang niat baikmu ini. Bagaimanapun, beliaulah yang akan menentukan semuanya." Jelas Kanaya.

"Saya setuju." Kedua manusia dewasa itu menoleh ke arah pintu masuk.

Di sana Maheswara berdiri dengan kemeja batik yang melekat pas di tubuh pria tua itu.

DUREN KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang