-5-

16.5K 1K 3
                                    

Haii:)
Selamat membaca 💕
.
.
.

Sudah tiga hari Zee hanya berdiam di kamarnya. Dan hari ini, ia sudah mulai mendingan, tidak, bahkan sangat sangat mendingan.

Pagi ini, Zee tengah merapikan tempat tidurnya.

"Zee," Panggil Kanaya. Kepalanya menyembul dari balik pintu.

"Iya Ma?" Sahut Zee.

"Mama udah buat sarapan, nanti jangan lupa sarapan ya. Kamu beres-beres rumah aja. " Pesan Kanaya.

Zee mengangguk. "Kalau udah kelar, Zee boleh main kan?"

"Iya." Jawab Kanaya sedikit berteriak karena ia sudah dibawah sekarang.

Setelah membereskan kamarnya, Zee turun memastikan keadaan di bawah sana.

"Zee, Mama pamit." Zee mengecup punggung tangan Kanaya. Rumah kembali sepi. Selalu saja begini. Ia bosan dan tidak suka saat-saat seperti ini. Ia melirik meja makan, ada banyak makanan disana. Muncul ide untuk memberikan sebagian pada tetangganya itu.

Gak habis juga kalau dimakan berdua.

Lagian, tak biasanya Acha tidak berkunjung ke rumahnya, apalagi setelah mengetahui dirinya keserempet motor gak keluar rumah tiga hari, ada apa?

Padahal tiga hari lalu, Acha sangat antusias menjaganya. Ini sudah tiga hari, Zee kagen juga dengan anak itu.

Buru-buru Zee mengunci pintu lalu melangkahkan kakinya menuju rumah sebelah.

"Eh, Zee!" Panggil Ibu Komplek yang terkenal suka nyinyir. Zee memanggilnya Bi Endah.

"Iya Bi?" Zee berusaha santai. Kepada ibu-ibu yang lain Zee sangat ramah karena tidak suka mencampuri urusan orang lain tidak seperti ibu yang satu ini.

"Katanya kamu abis keserempet motor ya?" Tanyanya. Zee mengangguk lalu hendak melanjutkan langkahnya namun tertahan karena ibu kang nyinyir masih ingin berlama-lama dengannya.

"Eh buru-buru amat deh. Pasti mau ke rumah sebelah ya? Ngapain?" Tanyanya kepo.

"Mama nitip ini." Zee menunjukkan rantang yang ia bawa.

Bi Endah hanya ber oh ria, padahal Zee bohong. Itu keinginannya sendiri bukan atas perintah sang Mama. Tapi bagus juga sih, Bi Endah terdiam. Lalu Zee melanjutkan langkahnya. Lagi terhenti karena Endah memanggilnya.

Zee terlihat geram, namun ia berusaha kalem. Soalnya ia menghadapi orang tua, takut kualat kalau dicuekin.

"Iya Bi?" Sahut Zee.

"Kamu pernah liat istrinya gak? Gak pernah keluar soalnya. Gak bosan apa didalam mulu. Atau mungkin istrinya pemalu lagi?" Cerca Bi Endah. Zee memutar bola matanya malas, ia tidak suka kalau orang nyimpulin sendiri padahal gak tau yang sebenarnya.

"Istrinya udah meninggal." Jawab Zee. Endah membulatkan matanya sempurna. Bahkan mulutnya juga terbuka lebar.

"Hah, serius?" Tanya Endah tidak percaya. Zee mengangguk mengiyakan.

"Makanya Bi, kalau ada tetangga baru tuh dikunjungin dong. Kan jadi salah paham gini." Endah menatap Zee tak suka.

"Eh, siapa kamu ngatur saya?" Ucap Endah tidak terima.

DUREN KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang