-48-

12.4K 743 20
                                    

Selamat membaca 💕
.
.
.

"Thanks ya Bang." Ucap Zee seraya melepas helmnya. Kali ini bukan Mas ojol gantengnya yang mengantar jemput dia. Zee agak kecewa sih, tapi ya gimana lagi kan, mas ojol kesayangannya ada kelas juga pagi ini.

"Lesu banget." Celetuk Felicia.

Zee menoleh. "Kayaknya Lo hapal jam nyampe gue yah. Masa gue nyampe udah ada Lo aja sih."

"Kebetulan aja kali. Kek gak ada kerjaan lain gue ngapalin jam terbang Lo."

"Ck, kebetulan kok tiap hari." Zee terkekeh seraya mereka mulai berjalan.

"Lo sakit?" Tanya Felicia.

Zee menoleh. "Enggak."

"Muka Lo merah banget soalnya. Coba sini." Felicia menaruh punggung tangannya ke dahi Zee. "Enggak kata Lo, panas gini juga."

Zee juga menaruh punggung tangannya ke dahinya sendiri. "Mungkin sih." Ucapnya.

"Kok bisa?"

"Apanya?"

"Kok bisa sakit?"

"Semalam gue begadang ngerjain makalah." Jawab Zee lesu mengingat betapa lelahnya ia semalaman tidak tidur hanya untuk tugas itu.

Felicia terkekeh. "Kasian amat temen gue."

"Ngeledek Lo?"

"Hahaha enggak kok." Felicia mengedarkan pandangannya. "Eh liat deh." Gadis itu menunjuk seorang gadis lain yang tak jauh dari mereka sedang duduk sendiri disebelah mading.

"Kenapa?" Tanya Zee.

"Namanya Vina. Dia itu sering di bully sama Nathalie dan antek-anteknya."

"Karena apa?"

"Katanya sih Vina suka godain cowoknya dia."

"Kalau suka godain cowok orang biar aja kali." Kata Zee.

"Tapi kasian juga sih, liat deh dia murung gitu gak ada yang nemenin lagi." Felicia menatap iba gadis bernama Vina itu.

Zee tak sedikitpun merasa iba atau apalah itu, soalnya dia lagi di fase itu sekarang. Ia suka Kezra tapi ada aja cewek lain yang berhasil godain pria itu.

Ah, mengingat Kezra Zee berharap pria itu tak jadi pergi bersama mantannya kemarin. Rasanya Zee ingin mematahkan tulang leher Kezra yang dengan mudahnya menerima wanita lain saat pria itu baru mengatakan akan serius dengannya.

Zee melenguh kasar membuat Felicia menoleh padanya.

"Izin aja deh yah. Muka Lo pucat banget."

Zee menggeleng. "Tanggung banget. Gue udah masuk pekarangan kampus juga."

"Yaudah kalo Lo pingsan jangan coba-coba repotin gue."

"Gitu banget sih Lo."

"Iyalah, Lo gue bilangin ngeyel."

Zee menepuk lengan Felicia. "Ck' Lo tenang aja gak bakalan pingsan gu-" Nafas Zee seakan tercekat. Tak lama tubuhnya lunglai, dengan sigap Felicia menangkap tubuh Zee.

"Tuhkan gue bilang juga apa coba. Lo pulang lagi aja, entar gue ijinin sekalian makalah Lo."

"Ta-"

"Jangan ngeyel Lo gue bilangin ah. Mana hape Lo?"

Zee menyerahkan hapenya, kemudian dengan cepat Felicia mengotak atik benda pipih itu.

"Segini doang kontak Lo?"

DUREN KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang