-25-

10.9K 690 2
                                    

Selamat membaca 💕
.
.
.

Kejadian kemarin malam membuat Zee bangun kesiangan. Bahkan semua orang sudah pergi. Kezra bekerja, Anthony pasti pergi bersama teman-temannya, dan Acha ke sekolah.

Zee berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Matanya masih sangat berat untuk dibuka. Tapi bagaimanapun, Zee harus mandi dan sarapan. Setelahnya ia akan lanjut tidur.

Setelah mandi, Zee turun untuk sarapan. Dia mencomot sepotong ayam untuk ia makan sembari mencari-cari Bi Ami.

"Bi..." Panggil Zee. Bi Ami datang dari arah pencucian.

"Iya Zee?" Sahut Bi Ami.

"Zee rindu. Hehe." Kekeh Zee.

"Oalah, kata Dilan jangan rindu, berat. Kamu gak akan kuat, biar Bibi aja. Eak, mantep gak tuh?" Ucap Bi Ami.

Zee mengacungkan kedua jempolnya. "Mantep, Bi. Oh iya Bi, Bibi lagi ngapain sih, Zee cari-cari padahal."

"Lagi nyuci di belakang. Kenapa?"

"Jas putih Om Kezra pisahin ya Bi. Biar Zee aja yang nyuci."

"Oke Zee. Bapak juga bilangnya begitu kok. Sudah Bibi pisahin ya nanti tinggal kamu cuci."

"Oke Bi. Zee mau makan dulu." Ucap Zee.

"Pantesan setiap Bibi masak ayam suka ilang satu-satu, orang kamu makan gitu aja ternyata." Bi Ami berjalan mengambil piring dan mengisinya dengan nasi.

"Gak afdol kalo gak pake nasi. Nih!"

"Makasih lho Bi udah diambilin."

"Iya. Bibi lanjut nyuci ya."

"Iya Bi."

Sementara Bi Ami melanjutkan cuciannya, Zee juga melanjutkan makannya.

___--___

Hari ini, Zee yang akan menjemput Acha ke sekolah. Ia mengambil kunci motor juga tas selempangnya lalu berjalan keluar rumah.

Setelah mengeluarkan motor dari garasi, Zee mulai melajukan motor itu menuju sekolahan Acha.

"Acha!" Panggil Zee setelah sampai di depan sekolah Acha. Acha yang sedang membeli jajanan pinggir jalan pun menoleh ke sumber suara.

Zee memarkirkan motornya lalu menghampiri Acha.

"Jangan kasih tau Daddy ya kak, Acha jajan beginian." Ucap Acha.

"Oke. Daddy mu larang kamu jajan di pinggir jalan ya?"

Acha mengangguk. "Lebay Daddymu. Kamu kan jajan di pinggir jalan bukan di tengah jalan!" Zee menggeleng tak percaya Kezra seprotektif itu.

"Acha jajan aja, kakak gak bakal laporin Daddy kok. Jajanan kaki lima itu nikmat banget padahal."

Acha mengangguk setuju. Saat hendak membayar tahu gejrotnya, Zee terlebih dulu memberikan uang sepuluh ribunya. "Kakak aja." Ucap Zee.

"Eh, anaknya Mbak? Masih muda banget Mbaknya ya." Ujar Abang penjualnya.

"Muka saya awet muda Bang. Padahal udah kepala tiga lho." Bohong Zee.

"Wah, keliatan masih belasan tahun lho Mbak."

"Ih saya jadi malu. Masa iya sudah ibu-ibu masih dikatain belia." Ucap Zee.

"Hehe. Muka Mbak agak imut soalnya."

"Makasih lho bang. Yaudah itu kembaliannya ambil aja bang."

"Eh, makasih lho Mbak."

"Iya bang. Kita pamit ya, mari." Pamit Zee.

DUREN KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang