-18-

11.8K 770 5
                                    

Selamat membaca 💕
.
.
.

Pagi hari, Zee dan Anthony keluar barengan dari kamar. Zee menaikkan alisnya.

"Kebetulan banget." Ucap gadis itu.

"Pagi!" Sapa Anthony yang terlihat lebih segar.

"Ah iya pagi." Jawab Zee. "Udah mandi ya Lo?" Tanya Zee lagi.

"Hem. Kebiasaan gue mandi pagi." Jawab Anthony. "Lo sendiri?" Tanya Anthony.

"Gue mau balik dulu. Ngambil baju gue sekalian mandi disana."

"Gue anterin ya." Tawar Anthony.

"Deket kok. Rumah gue di samping sebelah kiri."

"Oh gue sempet liat rumah itu. Gue boleh ikut gak?"

"Boleh. Ayo." Ajak Zee.

Mereka menuruni tangga lalu Anthony membukakan pintu untuk Zee.

"Itu kan rumah Lo?" Tebak Anthony menunjuk sebuah rumah besar di sebelah rumah Kezra. Zee mengangguk.

"Ganteng banget Masnya." Celetuk ibu-ibu yang sedang membeli sayur.

"Pacar kamu Zee?" Tanya wanita disebelahnya.

"Bukan Bi, sepupunya om Kezra nih. Namanya Anthony." Jawab Zee. Anthony hanya bisa tersenyum ramah.

"Lo sepupunya om Kezra kok gak ngenalin Acha waktu itu?"

"Ah iya kemaren gue emang merasa gak asing sama tu bocah. Gue udah lama banget gak ketemu dia soalnya. Terakhir kali waktu Kak Celine masuk rumah sakit keknya."

"Mmm itu Mbak Celine udah lama sakit ya?"

"Udah. Sewaktu masih pacaran sama bang Kezra. Tau kak Celine sakit sebenarnya Om Medrofa gak setuju sama pernikahan mereka. Tapi karena cinta,  apa boleh buat kan." Zee mengangguk.

Zee membuka pagar rumahnya lalu mengambil kunci rumah di sakunya.

"Selamat datang di rumah gue." Ucap Zee.

"Besar banget rumah Lo." Ucap Anthony kagum.

"Jangan alay deh. Besaran rumah Om kezra. Yuk ah masuk." Zee mengunci kembali pintunya.

"Kok dikunci?" Tanya Anthony.

"Biar gak ada yang masuk."

"Entar orang mikirnya macem-macem."

"Emang Lo ada niatan apa-apain gue?"

"Enggaklah."

"Yaudah. Biasa aja kalo gitu. Mau dibuatin minum apa?" Tanya Zee.

"Gak usah repot-repot. Kopi aja deh." Zee mencebikkan bibirnya.

"Ngerepotin tau. Orang tuh biasanya jawab gak usah makasih." Cibir gadis itu.

"Ya kan Lo nawarin."

"Yaudah tunggu." Zee berlalu ke dapur membuatkan kopi untuk pria itu. Sembari menunggu, Anthony memilih duduk di sofa empuk ruangan itu.

Beberapa menit berlalu, Zee kembali lagi dengan nampan berisikan kopi. "Nih kopi Lo. Gue tinggal dulu ngemas baju-baju gue." Anthony mengangguk.

Sembari menunggu Zee berkemas, Anthony memilih menikmati kopinya dengan melihat-lihat foto-foto yang tergantung hampir memenuhi ruangan itu. Tampaknya keluarga gadis itu adalah keluarga bahagia.

Anthony terkekeh melihat foto kecil Zee. Ternyata gadis itu sudah cantik dari bayi.

"Ngapain Lo senyum-senyum?" Tanya Zee yang sudah rapi dengan sebuah koper kecil di belakangnya.

DUREN KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang