Sekar melirik Angga. Lelaki tengil itu kembali berbaring. Rona di wajahnya masih belum tampak. Hati gadis itu tercubit. Dia tahu ucapan Angga mengandung kebenaran. Tak ada cerita Sekar Galuh berselingkuh dengan Narottama. Dia benar-benar harus menjaga hatinya di dunia ini.
Melihat Angga yang terlelap, Sekar pun bangkit dan memerintahkan dayang untuk menyiapkan kainnya. Dia ingin membasuh badan. Rasanya tidak nyaman sekali karena sudah seharian tak mandi. Terlebih air terjun yang ia duga adalah air terjun Grojogan Sewu itu sungguh jernih mengundang Sekar untuk sedikit bersenang-senang saat tersesat di masa lalu.
Sekar berjalan ke tepi sungai yang beriak karena terguyur air dari atas tebing. Saat ujung jari jempolnya berada di atas permukaan air, hawa sejuk merambat di sekujur tubuh. Dia tak sabar lagi untuk segera menikmati segarnya air dari mata air gunung Lawu.
Sekar berjalan perlahan ke tengah sungai. Dia tidak bisa memperkirakan kedalamannya karena pembiasaan cahaya membuat dasar sungai terlihat dangkal. Ketika kaki Sekar menginjak batu, telapaknya tergelincir. Gadis itu terpekik menarik perhatian siapapun di situ.
Angga yang hampir terlelap sontak bangun. Belum sempat ia bangkit, matanya membeliak melihat sosok Narottama terbang di udara. Tubuh kekarnya seolah seringan bulu dan mampu melawan gravitasi.
Berlawan dengan Narottama melawan gaya tarik bumi, rahang Angga tertarik ke bawah begitu saja. Mata Angga mengerjap. Ia menggosok kasar kelopaknya. Ia tidak sedang melihat film silat atau kungfu. Tak ada pula tali yang mengangkat tubuh lelaki itu seperti dalam shooting film laga.
Semua asli. Narottama benar-benar sakti!
Wajah melongo Angga semakin parah, karena dalam hitungan detik tubuh Narottama sudah berada di dalam air. Lengan kekar lelaki itu menyangga tubuh Sekar sehingga gadis itu tidak terjerembab.
Tenggorokan Angga terasa kering. Lima detik dia baru akan menegakkan tubuh, dengan waktu yang sama Narottama sudah menjangkau Sekar.
"Gendheng, Cuk! Pantes Sekar nginthilin si Naro," gumam Angga yang merasa rendah diri.
Jelas saja kemampuan Angga berbeda dengan Narottama. Mau dilatih seperti apapun, Angga tetaplah kaum milineal yang menonjolkan otak bukan otot. Tidak sakti mandraguna tetapi Angga belajar ekstra keras agar bisa menjadi orang yang berguna.
Angga mengembuskan napas kasar, lantas mengambrukkan badannya lagi untuk melanjutkan tidur. Ia mengangkat lengan menutup mata, tak ingin melihat pemandangan yang mengiris-iris batin.
Di sisi lain, Sekar terkesiap. Lengan kekar Narottama yang menangkapnya membuat detak jantungnya menggila. Terlebih saat ini, wajah mereka hanya berjarak dua jengkal.
Sekar bisa melihat dengan jelas bahwa Narottama benar-benar mirip dengan Naru yang ada di abad ke 21.
"Baginda Putri tidak apa-apa?"
Pertanyaan Narottama itu membuyarkan lamunan Sekar yang asyik mengagumi wajah yang mirip aktor Reza Rahardian. Wajahnya seketika merona dan ia menutupinya dengan buru-buru menegakkan tubuhnya.
Mendapati junjungannya tidak merespon, Narottama bertanya lagi. "Baginda Putri ada yang terluka?"
Sekar menggeleng sambil menyibakkan anak rambut ke belakang telinga. Gerakan malu-malu Sekar membuat lelaki itu mengulum senyum.
"Terima kasih, Mpu. Mpu sakti sekali bisa sekejap terjun ke sungai. Coba kalau tidak ada Mpu, pasti aku sudah celaka." Sekar melirik ke arah Angga yang tampak tertidur pulas.
Dalam hati ia merutuk, kenapa ia harus menjadi Sekar Galuh alih-alih dayang-dayang itu? Kalau Narottama seperhatian ini, Sekar yakin ia akan terbawa perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New World (Completed)
Historical Fiction~Daftar Pendek Wattys 2021~ Sekar, guru sejarah yang tomboy, menolak perjodohan dengan Angga, seorang residen Anestesi, yang selalu menjadi kakak kelasnya dari TK-SMA. "Walau cowok di dunia ini tinggal Mas Angga, Sekar nggak akan memilih dia jadi su...