🐈‍⬛26. Kedatangan Narotamma🐈‍⬛

727 190 52
                                    

Hai, Deers! Ada yang nungguin Sekar dan Angga. Setelah lama nggak apdet, akhirnya mereka bisa nongol lagi. Berikutnya, daily up ya kek biasa. Makasih yang udah mampir baca, vote, n komen. Semoga terhibur n sehat selalu. Oh, ya kalau lupa baca dulu di part sebelumnya ya.

💕Happy reading💕

Sekar menghitung datangnya purnama. Setiap malam bulan penuh, usai berdoa kepada Sang Hyang Widhi, gadis itu menggoreskan arang di bambu penyangga rumah di senthongnya untuk menghitung sudah berapa lama ia terpisah dengan Angga.

Kini Sekar mengukir garis ketiga setelah mencapai angka dua puluh. Dia mendesah panjang dan menekan dengan kuat arang yang ia genggam. Matanya terasa pedas ingin melelehkan lagi bulir bening.

"Mas Angga, aku kangen!" lirih Sekar terisak. Dada yang dibebat kain kemben itu terasa sesak oleh kerinduan yang mendalam hingga malam-malam Sekar selalu dihiasi mimpi bersama Satria Erlangga.  

Sudah dua puluh tiga purnama berlalu. Tidak juga ada kabar dari Angga dan Narotamma. Ingin rasanya Sekar menyusul Angga, tapi bagaimana Sekar bisa menemukan mereka, kalau tempat pertapaannya saja gadis itu tidak tahu. Sampai sekarang dia tak tahu kabar Angga. Apakah lelaki itu hidup atau sudah tak bernyawa. Sekar tidak bisa mengirimkan pesan pendek untuk menanyai Angga karena pada zaman itu, teknologi belum secanggih di tahun-tahun Sekar hidup di masa depan.

Di saat Sekar akan keluar dari senthong, Cempluk dengan tergopoh masuk mendapatinya.

"Putri!" Mata Cempluk yang membulat berkaca. Permukaan bola mata emban yang setia itu sudah diliputi bulir bening. Suaranya bergetar dengan bahu yang kini sudah naik turun.

Sembari mengernyitkan alis, Sekar mempercepat langkah menghampiri tangan kanannya. "Ono opo (Ada apa), Mbok?"

"Ada … ada … Mpu! Mpu kembali!" Air mata Cempluk kini telah meleleh di pipi tembamnya.

Mata Sekar membeliak dan senyuman lebar terukir di wajah. Ia keluar begitu saja dan tak mengacuhkan embannya. Gadis itu berpikir pasti Angga juga ikut pulang kalau Narotamma juga kembali. 

"Kanda? Kanda?" Sekar mengedarkan pandangan ke ruang tengah pondok itu. 

Dia langsung menyeruak ke serambi depan rumah bambu itu. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok yang ia rindukan. Alih-alih mendapati Angga, Sekar justru menemukan Narottama yang duduk bersila di balai-balai.

"Mpu, di mana Pangeran?" Sekar menghampiri Narotamma dan duduk di sebelahnya.

Lelaki yang kini jenggotnya yang hitam lebat sudah menjuntai hingga dada itu masih memejamkan mata. Tubuhnya masih sama kekar, tetapi terlihat lebih matang dan dewasa setelah hampir dua tahun berlalu.

"Mpu!" panggilnya sekali lagi sambil mencondongkan badan. Ia masih duduk di bibir tempat duduk yang terbuat dari bambu itu.

Mata Sekar memicing mendapati Narotamma yang bergeming. Ia memindai mata terpejam begawan muda itu yang ternyata memiliki bulu mata yang panjang.

Saat Sekar memeriksa detail wajah Narotamma dari jarak yang sangat dekat, gadis itu terperangah hingga mulutnya terbuka karena pori lelaki dewasa itu bebas komedo padahal tak melakukan perawatan wajah. 

Sekar menarik badan dengan wajah memerah lalu duduk menghadap timur hingga matahari menerpa wajah manisnya begitu mata lelaki dewasa itu membuka. Dia berharap Narotamma tidak berpikir aneh-aneh saat gadis itu mengamatinya. 

Bambu yang berderik terdengar kasar di pendengaran Sekar, kala Narotamma bergegas turun. Lelaki itu berjongkok dengan lutut kiri menumpu pada tanah lempung yang telah mengeras. Sementara telapak tangan yang bersatu itu terangkat di atas kepala untuk memberikan penyembahan pada junjungannya.

A Whole New World (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang