🐈‍⬛24. Kehilangan Sosok Angga🐈‍⬛

807 194 31
                                    

Hai, Deers! Apakah ada yang menanti Sekar, Angga, dan Narotamma? Jangan lupa banyakin komen dan jejak cintanya ya.

❤Happy reading❤

Sesampainya di senthong, Sekar dan Narottama segera membaringkan badan lunglai Angga di atas tikar pandan. Namun, pertanyaan Angga beberapa menit lalu mampu membuat bibir Sekar maju ke depan. Ia menepuk pelan lengan kekar Angga dengan mata yang memerah.

"Jahat! Kanda ini kenapa masih bisa bercanda! Kalau Kanda mati bagaimana nasib kita?" Kini bulir bening telah meleleh di pipi Sekar. 

Angga terkesiap melihat reaksi Sekar yang menangis. Apakah gadis itu menangis untuknya? Sungguh, lelaki itu tidak ingin berharap banyak. 

Angga meringis saat ingin menegakkan tubuh. Ia menyeka bibir yang berlumuran darah.

Sekar membantu menegakkan tubuh Angga, masih dengan isakan yang berusaha ia tahan. Tapi, air matanya terus keluar dengan deras, tanpa bisa ia kendalikan.

Angga tersenyum miring, kemudian mengelap tangan yang ditempeli pasir. Ia menyibak anak rambut Sekar yang menjuntai ke depan hingga terlihatlah wajah oval yang sedang menggigit bibir.

Laki-laki itu mendengkus halus. "Jelek banget!"

"Aku emang jelek! Terus kenapa?" Sekar mencebik kesal. Di saat seperti ini Angga maih sempat meledeknya.

"Iya. Jelek kalau nangis, tapi kalau senyum manis." 

Belum sempat otak Sekar mencerna omongan Angga, lelaki itu terbatuk dan muntah darah. Raut Sekar memudar ronanya, bertepatan dengan Tomblok yang tergopoh datang membawakan kelapa muda hijau.

"Ampun, Putri. Ini kelapa hijaunya." Tomblok berlutut dengan satu kaki dan tubuhnya membungkuk sembari tangannya terangkat ke depan untuk menyodorkan kelapa itu.

"Matur nuwun." Sekar mengambil kelapa itu dan memberikan pada Angga. "Minum dulu, Kanda. Setelah ini istirahatlah. Jangan terlalu dipaksa."

Narottama yang masih berdiri di situ, hanya mengamati putri dan pangeran mereka. Dengan bersedekap ia hanya menggelengkan kepala saja.

"Putri, kalau seperti ini, hamba akan membawa Pangeran untuk bertapa dan bersemedi di pegunungan," ucapnya datar.

Sekar menoleh dan memberikan tatapan sengit pada Narottama. "Bagaimana bisa Mpu mengasingkan Pangeran? Tubuhnya tidak sekuat Mpu!"

"Justru itu! Hamba akan mengasah kemampuan Pangeran agar lebih sakti dan siap menghadapi pasukan Wurawari! Kalau seperti ini, baru masuk medan pertempuran, hamba yakin Pangeran sudah terbunuh." Nada suara Narottama begitu tegas.

"Kalau begitu, kenapa harus di pegunungan? Kenapa tidak di sini?" tanya Sekar sembari berdiri, lalu menghampiri Narottama yang sedari tadi berdiri di ambang pintu senthong.

Tomblok cepat-cepat membantu Angga menyokong tubuhnya yang limbung. 

"Tidak bisa! Buktinya, Pangeran tidak bisa berkonsentrasi. Latihan ini bukan permainan! Kalau seperti ini, Medang benar-benar akan hancur!" Suara Narottama tetap tenang namun penuh penekanan. 

"Dinda, lebih baik begitu. Lebih baik kita mengikuti petunjuk Mpu," kata Angga dengan terbata. 

"Tapi …."

Angga menggeleng lemah untuk memberi isyarat pada Sekar agar tidak lagi berdebat. Lelaki itu tersenyum tipis karena merasa Sekar membelanya. Dengkusan halus keluar dari mulut Angga saat menyadari bahwa ia telah ke-geer-an.

Beberapa saat kemudian, Angga mengerang dengan tubuh agak membungkuk karena merasa nyeri dan terbakar di ulu hati. Angga berpikir pasti pukulan itu telah membuat organ dalamnya cedera. 

A Whole New World (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang