Hai, Deers! Dee datang lagi menyuguhkan kisah Sekar dan Angga. Semoga kalian terhibur. Jangan lupa banyak-banyak komen dan votenya yak. Stay safe😘
💕💕💕
"Mas Angga kenapa?" tanya Sekar. Kali ini ia mendekatkan wajah ke arah Angga yang dengan sigap menutup mata dengan lengannya.
Melihat bulu halus di pangkal lengan Angga, Sekar urung mendekat. Ia menutup bulu ketiak Angga yang tak terlalu lebat dengan selimut.
"Ish, tolong ketiak dikondisikan. Di sini nggak ada deodorant!" Sekar mengibaskan kedua tangan sambil mengerutkan hidung. Melihat Angga yang berwajah kusut, gadis itu hanya ingin menghibur. Namun, bukannya senang, Angga malah semakin cemberut.
"Apaan sih? Nggak suruh kamu bauin juga!" Angga berbalik memunggungi Sekar lagi.
Sekar mencibir. Ia bahkan mengepalkan tangannya seolah ingin memukul lelaki itu.
"Kar, kamu nggak inget kejadian tadi siang?" tanya Angga.
Sekar kini ikut berbaring terlentang di bawah selimut. Ia mengernyitkan alisnya sambil menarik kain sampai ke dadanya.
"Yang kita jatuh?"
"Bukan. Sebelum itu," sahut Angga yang menambah guratan di dahi Sekar.
"Ehm, emang kenapa sebelum itu?" Sekar menoleh. Ia hanya mendapati kepala belakang Angga dengan rambut panjang yang menjuntai.
"Sudahlah. Tidur saja."
Sekar mengerucutkan bibir, sambil merutuki Angga. "Bicara kok nggak jelas! Kalau nggak mau cerita nggak usah cerita. Nyebelin!" Lantas Sekar mengubah posisi membelakangi Angga dengan mulut mencap mencep.
Sedang Angga ia menengok ke belakang, mendapati Sekar yang memunggunginya. Dia kecewa usahanya untuk pulang gagal. Apakah mereka harus menerima nasib mereka dan menjalani pernikahan yang bertepuk sebelah tangan? Dalam hati ia berbicara dengan dirinya sendiri untuk mencari cara agar mereka bisa hidup bahagia dan mengulang sejarah yang sama yang pernah ditorehkan dalam buku sejarah.
Selain itu, Angga juga lebih kecewa karena pernyataan dan kecupannya, tak dianggap Sekar.
Apakah Sekar benar-benar lupa atau hanya pura-pura? Angga hanya bisa mengembuskan napas keras.
***
Keesokan harinya, Angga sudah bangun lebih dulu. Sekar keheranan karena biasanya Angga selalu bangun beberapa jam setelah ayam berkokok. Gadis itu menegakkan badan sambil memandang berkeliling. Kepalanya meneleng saat mendengar suasana yang cukup riuh di luar gubuk.
Dari suara yang tertangkap pendengaran, Sekar bisa memperkirakan pasti Tomblok sudah membelah kayu. Di pawon pun sudah ada aktivitas salah satu dayang sudah memasak bersama Cempluk.
Sekar meregangkan tubuh sambil menguap untuk menghilangkan kantuk. Ia segera bangkit dari pembaringan sederhana lalu keluar dari senthong. Suasana ruang di tengah bilik sudah terang karena adanya cahaya yang menyusup dari pintu dan celah-celah kayu, tetapi Angga tak ada di situ.
Sekar memutuskan kuar untuk menghirup udara segar. Saat ia berada di ambang pintu, ia melihat dayang yang baru saja pulang dari mencuci baju. Sedang Gendhon merawat kebun dari benih yang ia ambil saat kembali ke Kota Watan. Namun, yanh membuat mata Sekar membeliak lebar adalah saat ia melihat tubuh Angga berputar dan bergerak cepat di tengah padang yang tak jauh dari gubuk mereka.
Kantuk Sekar seketika lenyap. Sekar memicing untuk meneliti setiap gerakan Angga melatih raga. Ya, benar! Lelaki itu adalah lelaki tengil yang ikut terdampar ke masa lalu bersamanya. Namun, gadis itu menangkap aura yang berbeda. Terlebih saat tubuh kekar yang berkeringat itu tampak mengkilat diterpa matahari. Rambut panjang yang terurai itu berkibar dipermainkan angin saat Angga menendang, meninju, dan memutar tubuh di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New World (Completed)
Historical Fiction~Daftar Pendek Wattys 2021~ Sekar, guru sejarah yang tomboy, menolak perjodohan dengan Angga, seorang residen Anestesi, yang selalu menjadi kakak kelasnya dari TK-SMA. "Walau cowok di dunia ini tinggal Mas Angga, Sekar nggak akan memilih dia jadi su...