Yang nungguin Angga Sekar ada nggak nih? Makasih udah setia sampai di part ini. Beberapa tone ceritaku yang lagi on going ringan aja ya gaes. Semoga tetep nendang di hati kalian.
⚘⚘⚘
Mata Sekar membulat saat mendengarkan apa yang dibisikkan Angga. Ia menarik tubuh dengan kernyitan alis yang tercetak jelas di pangkal hidungnya. “Gendheng kowe, Mas. Itu namanya bunuh diri!”
Angga mendengkus. “Kamu ingat nggak di drama Korea itu? Nggak salah kalau kita coba.”
Sekar menaikkan sudut bibir atasnya, mencibir Angga yang ternyata menyukai drama Korea.
Melihat reaksi Sekar yang mencemoohnya, bibir Angga manyun karena kesal. “Aku lihat drama Korea juga karena kebetulan ibu kosku suka nonton. Terus dia cerita gitu dan akhirnya ya … aku penasaran.”
Bibir Sekar bergerak komat-kamit mengejek. Ia tidak menyangka lelaki tengil itu menyukai K-Drama. Jangan-jangan Angga juga suka Blackpink atau Redvelvet dan selalu mantengin layar televisi tiap Lisa dan kawan-kawan menyanyi sambil jingkrak-jingkrak dengan pakaian kurang bahan.
“Ck, Sekar! Aku serius ini!” Angga berdesis kesal.
Sekar kini memicingkan mata berusaha mengikuti ide absurd Angga. Dia duduk bersimpuh dengan tangan yang bersedekap di depan dada. Bibirnya sudah maju ke depan seolah memaksa dikunci karena berusaha tidak menanggapi ucapan Angga sebelum lelaki itu selesai bicara.
“Jadi, rencananya kita harus rekontruksi cara kita masuk ke masa ini.”
.
.
.
Sekar menggeleng berulang dengan ekspresi prihatin. “Wah, bener-bener nggak waras Pak Dokter satu ini.” Decakan keluar dari mulutnya berlomba dengan suara cicak di dinding yang seolah memprihatinkan ide gila Angga.
Angga mengembuskan napas keras. Menurutnya, ide ini sangat brilian untuk dilakukan. Tapi, belum juga dicoba, Sekar sudah mencemoohnya.
“Ah, jadi kamu kayanya lebih suka ide gilamu yang lebih gendheng? Enaena gitu? Akunya sih hayuk aja.” Angga menaik turunkan alisnya dengan senyuman lebar yang membuat wajahnya semakin terlihat tengil dan menyebalkan.
“Ah, lupakan ide gila itu! Gituan kan harus dengan cinta,” jawab Sekar sambil menunduk. Kedua jarinya memelintir tepi jarik.
“Aku cinta kamu, Sekar!”
Sekar mendongak. Ia mengerjap menatap Angga, lalu detik berikutnya gadis itu memberikan cubitan pada lengan kekar yang berotot itu.
Seketika Angga terpekik dengan suara tertahan. Matanya membeliak memerah dan berkaca-kaca menahan nyeri saat kulitnya seperti dicapit yuyu.
Sekar tersenyum puas, melihat Angga kesakitan. Siapa suruh lelaki itu berusaha membodohi dirinya? Bilang “i lope yu” supaya bisa ena-ena? Tentu saja Sekar tidak senaif itu!
Angga mengelus lengannya dengan air mata yang menggenang di pelupuknya. Cubitan maut Sekar itu mampu mengelupas kulitnya. “Ck, ck, ck, KDRT ini! Berani sekali kamu mencubit calon Raja Kahuripan.”
Bibir Sekar yang maju bergetar mengeluarkan suara seperti kentut. “Pret! Calon Raja? Hah, mumet aku! Sebelum Kahuripan terbentuk, bisa jadi kita sudah nggak bernyawa, Mas! Mas tahu, gimana perjuangan Airlangga mendirikan Kahuripan yang beribukota di Kota Watan Mas daerah Sidoarjo?”
Bola mata Angga bergulir dari kiri dan ke kanan, seolah ingin mencari contekan di dinding kayu. Ia akhirnya menggeleng. Jangan tanyakan tentang sejarah kepada Angga, karena otaknya sepertinya hanya mengingat Soekarno Hatta yang memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Materi sejarah yang lain, tentu saja Angga angkat tangan. Terlebih sejarah Indonesia pada masa kerajaan Hindu-Budha.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New World (Completed)
Historical Fiction~Daftar Pendek Wattys 2021~ Sekar, guru sejarah yang tomboy, menolak perjodohan dengan Angga, seorang residen Anestesi, yang selalu menjadi kakak kelasnya dari TK-SMA. "Walau cowok di dunia ini tinggal Mas Angga, Sekar nggak akan memilih dia jadi su...