Selamat malam, Deers! Sehat semuanya, 'kan? Sekar-Angga datang lagi! Semoga terhibur😊
❤Sugeng maos❤
Sekar menggigit bibir sambil mengedarkan pandang ke segala arah. Otaknya masih menimbang keputusan apa yang terbaik untuk dipilih.
"Putri?"
Suara berat itu membuyarkan lamunan Sekar. Gadis itu menoleh dan memutuskan hal yang beresiko karena ia takut mengubah sejarah.
Sekar berdeham untuk melancarkan tenggorokan yang tersekat. Sementara itu ujung lidahnya berusaha membasahi bibir yang terasa kering agar kata-kata pengakuannya bisa mulus terlontar.
"Ehm, Naro. Aku ingin cerita." Suara Sekar terdengar bergetar.
"Silakan, Putri. Hamba mendengarkan." Narotamma pun mencurahkan perhatiannya pada Sekar.
Gadis ini menghela napas panjang agar udara mampu meredakan debaran akibat keputusan yang beresiko. Akankah setelah ia bercerita tentang latar belakangnya dari masa depan, Sekar Galuh S. Pd hanya tinggal nama?
Namun, Sekar tetap memilih memberitahukan kenyataan yang sederhana.
Setelah meredakan degupan jantungnya dengan mengatur napas berulang kali, gadis itu membuka mulut. "Naro, ketahuilah, aku bukan Dewi Sekar Galuh Kedaton yang kalian pikir. Aku hanya Sekar Galuh. Seorang gadis dari abad 21, tahun saka 1939, yang bekerja sebagai seorang guru. Aku bukan Putri Medang yang Naro sangka."
Sekar berpikir, Narotamma akan terkejut, dan marah karena dia berlaku sebagai seorang putri. Bisa jadi, sang mpu akan menyangka gadis itu telah menculik sang putri. Nyatanya, tak ada reaksi dari lelaki berjenggot lebat itu.
"Naro?" Sekar beranggapan Narotamma pasti menganggapnya gila sehingga tak menanggapi. Akhirnya Sekar pun menjelaskan bagaimana ia bisa tersangkut di era Medang melalui lubang hitam itu. Mau tak mau ia pun harus menyinggung nama Angga.
Narotamma akhirnya tersenyum setelah mendengarkan cerita Sekar.
"Saya tahu, kalian bukanlah putri dan pangeran!" Narotamma kemudian mengubah cara bicaranya.
Sekar memelotot lebar. Bagaimana bisa Narotamma tahu dirinya dan Angga bukanlah putri dan pangeran yang asli? Sesakti itukah Mpu muda yang ada di hadapannya? Atau jangan-jangan dia sering kelepasan berkata-kata dalam bahasa gaul sehingga Narotamma pun menyadarinya? Ya, tentu saja dia tahu karena kesaktiannya. Hanya saja kenapa Narotamma tak membunuh mereka?
Sekar menelan ludah kasar. Pikiran buruk menyusupi otaknya. Jangan-jangan pertapaan itu hanya alasan saja untuk bisa leluasa membunuh Angga.
Seketika kuduk Sekar berdiri dan wajah gadis itu kehilangan rona seolah darahnya terkuras.
"Dari mana kamu tahu? Apa kamu bunuh Mas Angga?" Sekar serta merta berdiri di atas batu. Ia menyesal mengikuti Narotamma ke situ karena kini ia akan kesulitan melarikan diri.
Tawa Narotamma menggema keras hingga burung yang hinggap di dahan mengepakkan sayapnya. Sekar menajamkan kewaspadaannya seraya melirik gerombolan burung yang beterbangan di langit. Selanjutnya ia menatap Narotamma dengan mata menyipit.
"Kenapa kamu tertawa? Apa yang lucu?" Mata Sekar membeliak. Ia melangkah mundur tapi sayangnya sudah berada di tepian batu.
"Putri, jangan mundur lagi atau Putri akan terpeleset dan jatuh!" Narotamma memperingatkan.
Tapi, peringatan itu tidak diindahkan oleh Sekar. Ia terlalu takut dengan begawan sakti itu. Namun, hidupnya kini ada di tangan Narotamma. Mau lari pun tentu saja dia tak akan bisa. Kecepatan larinya tak sepadan dengan kecepatan ilmu Meringankan Tubuh yang bisa berpijak dari daun satu ke daun lain atau pucuk pohon satu ke yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Whole New World (Completed)
Historical Fiction~Daftar Pendek Wattys 2021~ Sekar, guru sejarah yang tomboy, menolak perjodohan dengan Angga, seorang residen Anestesi, yang selalu menjadi kakak kelasnya dari TK-SMA. "Walau cowok di dunia ini tinggal Mas Angga, Sekar nggak akan memilih dia jadi su...