🐈‍⬛37. Berpisah🐈‍⬛

828 190 37
                                    

Hai, Deers, selamat berhari minggu. Buat kamu yang gabut, aku hadirin lagi Angga n Sekar. Jangan lupa vote n komen banyak-banyak yak. Happy reading
❤❤❤

Begitu pekikan Narotama melambung di udara, tenggorokan Angga bagai tercekik. Tubuhnya disayat oleh cakar tak kasat mata hingga menggoreskan luka berdarah.

Sekar terpekik meminta pertolongan. Tetapi seakan waktu terhenti. Sekuat tenaga gadis itu berteriak untuk mengundang perhatian orang yang ada di situ, tetapi suaranya seolah teredam. Tak ada orang mendekat seperti mereka tiba-tiba terseret di tempat asing.

"Narotama, hentikan!" Pekikan Sekar terdengar lantang.

Dada Sekar kembang kempis mengatur napas setelah menyerukan larangan yang tak diacuhkan lelaki berjubah putih itu. Leher jenjangnya menonjolkan pembuluh yang mengalirkan darah hingga wajahnya memerah karena ngeri yang luar biasa.

Sekar hanya bisa menatap nanar kala melihat tubuh kekar Angga dibanting dan dicakar oleh kekuatan jurus Cakar Serigala Berbulu Domba. Ia menelan ludah kasar membayangkan nyeri yang mendera Angga.

"Hentikan!" Suara Sekar semakin melengking berlomba dengan raungan Angga yang kesakitan karena tenaga dalamnya diserap oleh sang begawan. "Tolong! Mbok! Ndon! Mblok!"

Sekar panik. Ia menengok ke belakang dan kembali lagi ke Angga yang terus mengerang tiap kali tubuhnya menghantam tanah.

Sementara itu, tawa Narotama mengudara. "Percuma kamu berteriak! Begitu dia menagih janjinya aku sudah membuat benteng tak kasat mata pada daerah sekitar kita sehingga tak ada orang yang menyadari keberadaan kita."

Sekar semakin cemas. Tangannya bertaut gelisah. Pandangannya semakin mengabur karena bulir bening yang menggenang di mata. Kini, Angga tak lebih dari remaja milineal naif yang berusaha mengalahkan manusia sakti di era abad XI. Kesaktiannya hilang begitu saja seiring mulut Narotama yang menghirup udara. Dan, gadis itu tak mampu berbuat apa pun.

Sekar menggeleng berulang dengan mata bersimbah bulir bening yang terus mengucur. Ia yakin, bila dibiarkan saja, nyawa Angga tak akan tertolong.

Dengan menghimpun keberanian, Sekar menghela napas panjang. Jantungnya berderap layaknya kuda yang siap berperang. Ia pun mengangkat jariknya dan bersiap lari ke arah Narotama.

"Naro, hentikan!" Sekar menubruk tubuh kekar Narotama dan merangkulkan lengan kecilnya ke pinggang lelaki itu.

Narotama tersentak. Konsentrasinya buyar begitu saja. Jurusnya akhirnya melemah.

"Sekar, jangan mendekat!" Mata Narotama membeliak.

"Kumohon, bebaskan Mas Angga. Aku janji akan ada di sini! Bersamamu!" Tangis Sekar semakin menjadi.

Narotama mendengus. Wajahnya semakin kusut. Dengan mudah ia menepis lengan Sekar dan menghempaskan tubuh gadis itu ke tanah. Walau tak menggunakan kekuatan, energi yang dia dapat dari Angga mampu membuat tubuh langsing Sekar terseret satu meter. Beruntung mantel sutra Angga melindungi tubuhnya sehingga ia tak mengalami luka lecet.

Sekar mengerang saat tubuhnya mendarat di tanah. Tak ada waktu untuk mengeluh. Oleh karena itu, ia harus bangkit, melepas mantelnya, dan merangkak mendekati Narotama untuk memohon pada lelaki itu.

Gadis itu lalu berlutut di hadapan sang begawan dengan kedua telapak tangan yang saling menempel, untuk meminta belas kasihan. "Kumohon! Tolong bebaskan Mas Angga! Kamu sudah janji bukan!"

Rahang Narotama mengerat kencang. "Aku tidak bisa mengampuni seseorang yang menggunakan kekuatan dan kesaktian untuk tujuan pribadi! Aku harus memberinya pelajaran!"

A Whole New World (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang