1

4.8K 225 47
                                    

Seorang anak laki laki bersurai kuning berlari tergesa gesa di lorong rumah sakit. Tak peduli dengan pandangan orang lain ia terus berlari.

Hingga akhirnya ia sampai di depan pintu kamar. Tangannya yang terbalut perban itu perlahan meraih knop pintu dan memutarnya pelan.

Safir biru miliknya menatap seorang pria yang terluka dengan senyuman di wajahnya.

"Yo, Boruto! Kau datang menjengukku ya?" Tanya pria dengan surai yang sama sambil melambaikan tangan kanannya.

Boruto berjalan pelan dan melihat ayahnya yang tersenyum dengan luka luka di tubuhnya.

"A-aku.. Melakukannya lagi ya?" Gumam Boruto pelan, Namun masih bisa terdengar.

"Tidak, itu bukan kesalahanmu boruto. Bukan kau yang menyakitiku -tebbayo" Jawab naruto.

"Meskipun bukan aku yang melakukannya, tetap saja itu masih tubuhku kan? Sama saja." Ucap boruto, bahunya sedikit bergetar.

Naruto yang melihat anaknya itu sedikit menangis merasa iba. Memang yang melukainya itu boruto, tapi saat itu boruto sedang diambil alih oleh momoshiki. Jadi itu sama sekali bukan salah boruto.

"Hm.. Omong omong apa mata mu baik baik saja -tebbayo?" Tanya naruto yang menunjuk mata kanan boruto yang dibalut perban.

"Ah.. Tidak apa apa, tidak sakit lagi -tebbasa." Jawab boruto sambil menyentuh matanya.

Matanya terluka ketika ia bertarung melawan Code, 3 hari yang lalu. Saat itu Code tiba tiba saja datang ke konoha dan berusaha menyerang boruto dan yang lainnya.

Tapi saat itu boruto terpaksa menggunakan karma untuk menyerap serangan fatal yang code berikan. Boruto berakhir dikendalikan momoshiki lagi dan menyerang naruto hingga naruto terluka parah.

Semenjak pertarungan melawan Ishiki, boruto memang sering dikendalikan oleh momoshiki. Untung saja amado memberikan pil dan suntik yang bisa digunakan untuk menghentikan boruto jika dikendalikan momoshiki.

"Ehm, ini sudah mulai sore. Lebih baik kau pulang boruto" Suruh naruto.

"Ah iya, ini sudah sore. Aku pulang duluan Tou-chan. Semoga kau cepat sembuh" Jawab boruto sambil menepuk pelan tangan kiri naruto.

"Sudah pasti, banyak dokumen yang yang harus aku kerjakan lagi -tebbayo" Jawab naruto dengan tersenyum lebar.

Melihat senyum naruto membuat hati boruto sedikit menghangat.


"Tadaima"

Boruto membuka pintu rumah kediaman keluarga uzumaki. Ia disambut dengan pelukan hangat dari himawari.

"Kaa-chan hari ini masak apa?" Tanya boruto yang berjalan menuju meja makan.

"Hari ini kaa-chan memasak sup miso" Jawab hinata dari dapur.

"Oni-chan, asal kau tahu aku hari ini membantu kaa-chan memasak!" Ujar Himawari antusias.

"Benarkah? Aku jadi tak sabar memakannya -tebassa." Jawab boruto sambil menyubit pelan hidung Himawari.

"Sup miso... Sup miso.. Sup miso.." Ucap seorang anak laki laki bersurai hitam dan kuning yang berjalan menuruni tangga.

"Kau sepertinya sangat menyukai sup miso ya, kawaki?" Tanya boruto dengan wajah mengejek.

"Apa salahnya? Lagian sup miso buatan bibi hinata sangat enak" Tanya Kawaki sambil memasang wajah kesal.

Terjadi sedikit perdebatan antara boruto dan kawaki, tapi itu tak berlangsung lama karena hinata yang membawa sup miso ke atas meja.

Mata kawaki berbinar menatap sup miso yang ada didepannya. Sup miso itu terlihat sangat menggiurkan bagi kawaki. Sedangkan boruto hanya terkekeh pelan melihat reaksi kawaki.

"Jangan mengambil terlalu banyak, perutmu bisa saja meletus tahu!" Ejek boruto.

"Aku tahu! Kau juga ambil lebih banyak, agar kau bisa lebih tinggi!" kesal kawaki sambil menyendok sup miso ke dalam mulutnya.

Mendengar ejekan kawaki, boruto langsung memegang kepalanya sambil memajukan bibirnya.

'Apa hubungannya makan dengan tumbuh tinggi?' Batin boruto.

Boruto memberikan pukulan yang cukup keras pada lengan kawaki. Kawaki meringis sambil mengusap lengannya yang dipukul.

"Mengapa kau tiba tiba memukulku?" Tanya kawaki yang masih mengelus pelan lengannya.

"Hanya ingin" Jawab boruto sambik menyendok sup miso ke mulutnya.

"Hanya ingin?" Tanya kawaki kesal, ia menatap tajam boruto. Yang ditatap juga menatap tajam padanya.

"Sudah sudah, kalian ini tidak ada hari tanpa bertengkar ya?" Tanya hinata.

"Huh!"

Kawaki dan Boruto sama sama memalingkan wajah meraka dan menyantap kembali miso mereka.

Himawari hanya terkekeh pelan melihat interaksi kedua kakaknya itu. Terkadang mereka memang terlihat sangat lucu di mata himawari.


"Akh!" Boruto memegang kepalanya yang berdenyut karena membentur pintu kamarnya.

Bagaimana bisa ia lupa kalau pintu kamarnya tertutup? Yah, lebih baik jangan ditanyakan.

Boruto membuka pintunya dan masuk ke kamarnya. Ia menguap dan berjalan menuju kasurnya.

Ia merebahkan badannya dengan kasar ke atas kasur. Menatap langit langit kamarnya yang kosong. 

Boruto melepas perban di tangan kanannya satu persatu. Setelah melepas perban itu, terlihat dengan jelas sebuah tanda di telapak tangannya.

Boruto mengepalkan tangannya dengan kuat. Ia sungguh frustasi dengan parasit yang menempel pada tubuhnya ini.

'Karma sialan!'

Jika saja ia tak memiliki segel karma ini, mungkin saja boruto tak mengalami hal hal yang memuakkan ini.

Dan jika saja otsutsuki sialan itu tak pernah datang, hidupnya pasti akan baik baik saja.

"Aku bisa melihat takdirmu dengan jelas! Berhati hati lah, mata birumu itu perlahan lahan akan mengambil segalanya darimu!"

Dulu boruto memang berpikir saat itu momoshiki hanya menggertaknya. Namun perlahan lahan boruto memang menyadari bahwa itu bukanlah sekedar gertakan.

Karena perlahan lahan ia mulai kehilangan segala yang ia miliki. Termasuk kehidupan bahagia miliknya.

Boruto menutup matanya dan berusaha untuk tertidur. Yah, ia selalu saja berdoa bahwa semua yang ia alami selama ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang panjang.


To be continued...

Truth [Boruto : Naruto Next Generation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang