02. Hari Pertama

512 59 29
                                    

Ariana berdecak kagum saat menatap pantulan dirinya di cermin. Berputar anggun bak model fotografi membuat kuncir kudanya bergerak ke kanan dan kiri.

"Keren banget parah!" Rasa senangnya membuncah. Tak lama, ia menoleh ke Amora, "Mor, gue pantes banget, 'kan, pakai seragam ini? Gacor parah!"

Amora hanya diam seraya menggerakkan ekornya dengan bebas ke segala arah. Sedangkan si pemilik, masih nyaman berkutat di depan cermin merapikan penampilannya hari ini.

Ia membuka kuncir kudanya, lalu menyisir rambut, lanjut diikat kembali. Tak lupa menyemprotkan parfum ke beberapa titik nadi, merapikan dasi, rok, dan seragam putih. Oh, jangan ketinggalan memoles bedak tipis di wajah.

Dirasa semua siap, ia mencangking tas hitam yang berisi buku-buku dan peralatan sekolah lainnya.

"Mor, gue berangkat, ya. Kalau lo mau makan, gue udah siapin di tempat biasa. Bye-bye!"

Lantas ia melangkah ria menuju lantai dasar.

***

"Anak-anak, sebelumnya maaf mengganggu sebentar. Ibu hanya ingin menyampaikan sedikit informasi. Hari ini kita kedatangan murid baru, dia pindahan dari Bandung. Silakan Ariana, perkenalkan diri kamu," ujar Bu Renata selaku kepala sekolah.

"Baik, terima kasih, Bu. Selamat pagi semua. Perkenalkan nama gue Ariana Zhelyna, kalian bisa panggil gue Ana. Sesuai yang dibilang Bu Renata tadi, gue pindahan dari Bandung. Gue harap kita semua bisa jalin relasi yang baik." Penuturan itu diakhiri senyuman.

'Cantik banget, oy!' Suara batin seseorang memuji Ana.

"Silakan duduk Ana, di sisi kanan ada kursi yang kosong," titah ramah Bu Renata. Ana pun menurut, ia duduk di kursi kosong barisan kanan, nomor dua dari depan.

Bu Renata pamit keluar. Selang tiga detik dari keluarnya langkah kaki Bu Renata, bangku Ana langsung dikerubung dua gadis. Salah satu duduk di depan Ana, sedangkan yang satu lagi di sampingnya.

"Hai, salken. Lo Ana? Kenalin gue Clarissa Tamara panggil aja Ica." Si pemilik suara mengulurkan tangan dan disambut baik oleh Ana.

"Hey! Btw, nama depan kita sama. Salken gue Anastasya Lolita Putri, panggil aja Tasya." Lalu mereka berjabat tangan perkenalan.

"Seneng bisa kenal kalian berdua."

"Lo pindahan dari Bandung? Bisa bahasa Sunda, dong?" tanya Ica.

"Bisa, atuh."

"Woah, best! Ntar kapan-kapan lo wajib ajarin gue bahasa Sunda! Wajib pokoknya wajib!" ujar antusias Ica.

"Dari dulu dia suka bahasa Sunda, maklumin aja. Kelakuannya juga rada gesrek," sahut Tasya.

"Enak aja lo, tikus got!" protes Ica. Ana terkekeh, dua teman barunya ini memang sangat friendly membuatnya langsung merasa nyaman.

Pandangannya mengedar ke seluruh penjuru kelas. Ia berdecak kagum dalam hati. Benar-benar suasana yang nyaman. Bangku dan meja yang bersih tanpa coretan tip ex, suhu AC yang tak terlalu dingin, dekorasi sederhana, dan penerangan yang cukup terang.

Oneiro [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang