13. Sebuah Perubahan

280 34 8
                                    

Menjadi kutu buku akut adalah profesi baru Ariana Zhelyna di kelas 12 saat ini. Seolah tiada hari tanpa buku. Hidup Ariana Zhelyna hanya dipenuhi buku, hanya buku.

Bagai tanpa buku, ia tidak hidup.

Kalau berpikir bahwa itu adalah hal baik, tidak, itu pemikiran yang salah besar. Benar-benar salah.

Hal itu sudah dialami oleh dua sahabatnya, Ica dan Tasya. Awalnya, kedua gadis itu kira, perubahan Ariana Zhelyna yang menjadi super duper kutu buku merupakan hal baik. Tapi ternyata, tidak.

Ana yang awalnya adalah sosok akrab dan friendly, berubah menjadi pendiam dan sedikit sering menyendiri. Hari-hari yang dilihat dari sosok Ana hanyalah cewek itu sedang membaca atau sedang menonton video pembahasan di laptopnya.

Hanya belajar, belajar, dan belajar.

Sampai merubah sisi awal dirinya. Ica dan Tasya dapat melihat, Ariana Zhelyna yang sekarang adalah sosok yang berbeda. Seolah berjiwa sama, namun di raga yang berbeda.

Tak ada yang tau apa yang sedang dikejar cewek itu, tapi teman sekelasnya hanya mengerti bahwa Ariana Zhelyna sedang berusaha mencapai tujuan utamanya.

Dan, tak ada yang tau apa tujuan utama itu.

Tapi, hasil dari paralel test terakhir kemarin sedikit menjadi alasan. Berniat menaikkan kembali peringkatnya. Berencana merebut kembali takhtanya dari sosok Athena Senja Maharani.

"Na, otak lo juga butuh istirahat." Suara lembut Tasya yang berusaha menasihati Ana dengan baik. Merasa prihatin dengan otak gadis itu yang seperti tak ada istirahatnya. Selalu diterpa dengan beribu materi.

Ana melepas headset yang ia pakai untuk mendengarkan penjelasan dari laptop. Ia menoleh ke Tasya, tersenyum singkat. "Sya, 20 menit adalah waktu maksimal otak kita mampu nyerap informasi. Jadi, kalau 20 menit gue belajar, terus istirahat 5 menit, nggak ada salahnya, 'kan?"

Dan bahkan teori masih bisa terucap jelas dari bibir cewek itu. Tasya meneguk ludah, Ica menatap tak percaya. Ariana Zhelyna yang mereka kenal benar-benar berubah.

Alam memberikan suatu kejutan untuk mereka berdua.

Kembali memasang headset, Ana memfokuskan atensinya pada laptop. Jarinya bergerak lincah membentuk huruf abjad, otaknya bekerja ekstra menyerap semua materi, dan melupakan suasana sekitarnya.

Durasi video mencapai akhir, Ana beralih pada buku tebal berisi kumpulan latihan soal. Membaca pertanyaan dengan teliti, lalu menjawab sesuai apa yang sudah ia pahami.

Super ambisius.

***

Hamparan permadani hitam terbentang luas di langit. Tebaran bintang-bintang yang kelap-kelip mampu menghiasi malam. Ditambah terangnya sinar sang rembulan, membuat malam hari kali ini tampak mengesankan.

Embusan angin-angin dan kesegaran udara malam membuat suasana terasa menenangkan. Seolah menjadi relaksasi bagi otak-otak yang tengah panas. Menjadi pendingin di tengah mendidihnya darah. Menjadi teman setia di kala sunyinya buana.

Suara gemuruh manusia seolah tak mampu diserap di tempat ini. Terasa sepi, sunyi, namun menenangkan. Rasa empuk alami tanah dan kasarnya rumput halus yang tertanam. Terimbuh suara dengungan nyamuk-nyamuk yang terkesan meresahkan.

Deburan gelombang halus memanjakan mata. Gemerlap air akibat pantulan cahaya. Bayangan rumput ilalang dan teratai tampak jelas di danau yang tenang itu.

Oneiro [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang