10. Mental Attainment

313 41 3
                                    

Tangan putih yang terawat itu menggerakkan kuas ke sana ke mari. Menorehkan warna di atas kanvas putih. Membentuk garis-garis simetris dan abstrak. Menyatukam yang muda ke yang tua. Brush di kuas itu bergerak lincah mengikuti line art.

Bergerak maju, lalu mundur, lantas ke samping, kemudian ke kanan. Melawan embusan udara yang samar-samar terasa. Menyalurkan kekreatifan pada sepetak kanvas. Seolah telah lihai dalam melakukannya.

Beberapa gradasi tercetak di atas kanvas itu. Bentuk-bentuk alam sudah jelas di sana. Memanjakan netra dengan warna yang indah. Kuas itu bergerak memanjang, lalu memutar, kemudian memendek.

Lukisan air terjun sudah jadi. Cewek itu tersenyum puas melihat hasil karyanya yang memukau. Jiwanya terasa tenteram melihat air terjun di kanvas itu.

Ah iya, selain jago dalam bidang menari, Athena Senja Maharani juga mahir di bidang melukis. Apa pun suasana hatinya, pasti ia lampiaskan pada lukisan.

Saat sedang emosi, Athena identik melukis alam. Saat tengah bersedih, ia identik melukis musim gugur. Jika sedang merasa bahagia, ia akan melukis penampakan langit. Karena lukisan adalah hidupnya.

Mungkin dia kena mental attainment.

Tiba-tiba, perkataan itu terngiang dalam ruang pikirnya. Ia mengumpat kecil, berniat menyangkal dalam umpatan itu.

"Bocah sok tau banget. Sumpah, ya, kalimat 'jangan menilai dari covernya' nggak berarti buat dia," gerutu kesal Athena lantas membanting palet warna ke atas meja.

Tidak terima dicap terkena mental attainment adalah alasan gerutuan kesal dari Athena saat ini. Usahanya belajar nyaris 10 jam, ikut les di mana-mana, dan latihan soal hampir setiap waktu seolah tidak memiliki arti di mata orang lain. Sampai berani mencap diri seorang Athena Senja Maharani terkena mental attainment.

Mental attainment adalah kondisi otak merasa telah mendapatkan apa yang diinginkan sehingga membuat seseorang malas berusaha.

"Peringkat satu karena keberuntungan aja belagu." Ia mencoret-coret kertas kosong dengan cat menggunakan jari telunjuknya.

"Medali emas sekali doang udah ngerasa berkuasa di atas segalanya." Dilanjut menggerakkan kuas ke sembarang arah.

"Paralel test selanjutnya, gue yang megang takhta peringkat pertama." Lalu menggulung kertas itu.

"Liat aja." Lantas melempar kertas tersebut sampai membentur dinding.

Mengembuskan napas sebentar, Athena beranjak pergi ke ruang menari khusus di rumahnya. Menghidupkan sound. Lalu mulai bergerak mengikuti irama.

Bergerak maju dengan apik, mundur dengan lincah, dan berputar di udara dengan indah. Jarinya bergerak gemulai dengan lentik. Surai-surai hitam bergelombangnya bergerak ke segala arah membuat diri seorang Athena tampak indah.

Kakinya menekuk, kepalanya menukik, tangannya lurus menyentuh lantai. Mengangkat kedua tangannya ke atas kepala. Matanya terpejam, menikmati alunan musik dan gerakan lincah yang ia hafal di luar kepala.

Athena Senja Maharani memang berbakat, namun tertutupi oleh kesan antagonis di mata orang-orang.

***

Ketenangan hari libur Ariana Zhelyna terganggu saat suara pintu diketuk menggelegar dalam gendang telinganya. Ia berdecak kesal, lantas berjalan menuju pintu kayu elegan itu.

Sembari membuka pintu, ia berkata, "Iya, kenap-"

Diam terkesiap. Matanya terbelalak melihat siapa pelaku di balik suara ketukan pintu itu.

Oneiro [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang