#4

652 104 5
                                    

Seperti tidak diinginkan
tapi juga tidak ingin dibuang

*****

WUSHHH~

Aku berteduh dibawah pohon Ak tua dari teriknya matahari. Sinarnya seakan menggerogoti tubuhku, aku menjadi tidak bersemangat. Sebenarnya, aku memang tidak bersemangat dari awal. Di musim panas ini, aku kehilangan sesuatu. Dia yang selalu bersamaku di musim hujan, kini mendadak menjauh.

"Bahkan saat berpapasan dikelas, dia tidak melihatku sedikitpun. Orang asing itu, Aksa... entah mengapa terasa dekat tanpa alasan." seakan aku kehilangan sesuatu yang besar.

Aksa, berandal sekolah itu. Aku ingin segera ke musim hujan, agar aku bisa memukulnya dengan puas.

"Alesya!!" Aku tersadar dari lamunanku lalu terkejut melihat bola didepanku. "Alesya, tendang bolanya!" teriak Felix, dia adalah teman sekelasku. "Alesya, tendang bolanya!" Felix mengulangi kalimatnya. Semua laki-laki yang tadi tengah bermain sepak bola bersamanya, kini mereka memandangku. Menunggu bolanya untuk kembali.

"Ya, mau bagaimana lagi". Aku menghela napas. Sedikit kesal karena mereka mengganggu waktu istirahatku. Segera aku berdiri dan bersiap untuk menendang bola itu kearah mereka. "Satu... dua... tiga" bola itu melambung cukup tinggi, tentu saja karena aku menendang bolanya dengan seluruh tenaga.

Aku sedikit tersenyum lalu mulai tersadar bahwa sepatuku ikut melambung bersamaan saat aku menendang bola tadi. "Sepatuku!" aku berlari mengikuti sepatuku yang ikut terlempar. Untungnya, sepatuku tidak terlempar ke arah lapangan sepak bola, jadi aku tidak harus menahan malu.

"Awas!" Aku berteriak sambil berlari karena sepatuku mengarah ke kepala seorang siswa laki-laki yang tengah berjalan. beberapa detik kemudian, septuku benar-benar mengenai kepalanya. "Maafkan aku" aku berdiri dibelakang laki-laki itu sambil berdoa semoga dia tidak marah padaku. "Apa terasa sakit? ku mohon maafkan aku" lelaki ini tidak bereaksi.

"Kau" dia berbalik menghadapku lalu sedikit membungkuk untuk melihat wajahku. Sayangnya wajahnya terlalu dekat, itu membuat jantungku berdegup kencang. Ku sadari badanku mulai gemetar karena gugup. "Siapa namamu?" dia bertanya sambil menatap kedua mataku.

"A-Alesya" Aku benar benar merasa malu, wajahnya memang tampan sih, tapi ini tidak sehat untuk jantungku.

Laki-laki itu berjongkok kemudian mengambil sepatuku yang tergeletak ditanah. "Ini sepatumu kan?" dia kembali berdiri lalu memperhatikan sepatuku dengan seksama. "sepatumu jelek" beberapa saat kemudian, dia melempar sepatuku dan kembali berjalan meninggalkanku. Dia membuat darahku mendidih.

"Dasar kurang ajar!" Anak sombong itu, rasanya aku ingin mengajaknya berkelahi saat ini jug karena kesal.

"Namaku Liv" ucapnya tanpa berbalik. Lagian, siapa yang ingin tahu namanya sih. Membuat kesal saja. Aku berjalan ke arah sepatuku yang malang. Mengambilnya dan memasangnya kembali dengan penuh kekesalan.

"Liv yang menyebalkan".

*****

"Perkenalkan nama saya Liv. Saya harap kalian bisa menerima saya dengan baik."

Liv, laki-laki itu rupanya adalah anak pindahan. Bukankah sudah terlambat untuk pindah ditahun terakhir? tapi, kenapa dia harus masuk dikelasku.

"Liv, silahkan duduk dikursi yang kosong ya" Pak guru memperlakukannya dengan lembut, apa dia ini anak yang berpengaruh disekolah? yah, melihat dari penampilannya, sepertinya dia anak orang berada. "Baiklah, Bapak akan ke ruang guru sekarag. Kalian harus bersikap baik pada Liv".

"Liv, duduklah disini"
"pergilah daniel, biarkan Liv yang duduk disini"
"tidak, dia akan duduk disini!"
"Liv akan duduk disebelahku. Benar kan Liv?"

Kelas menjadi gaduh. Gadis-gadis ini berebut untuk duduk disebelah Liv. Yah, tak dapat ku pungkiri, dia cukup menarik. Wajahnya tampan, mata birunya, badannya yang tinggi, seakan dirinya ditakdirkan untuk nyaris sempurna.

"Ah, aku akan duduk disamping Alesya." Aku terkejut setengah mati. Dia berjalan kearahku dan seluruh kelas mulai berbisik, aku tahu mereka membicarakanku.

"Duduk ditempat lain, ini tempatku." Sontak seluruh kelas mendadak hening. Aku tak menyangka Aksa akan angkat suara. ah, tunggu... tempatnya? tempatnya kan dibelakangku kenapa mendadak berbohong begitu. "Hei bocah, pindahlah dari sini" Aksa menatap Liv dengan tatapan dingin. Kemudiam ia segera duduk disampingku sebelum Liv hendak melakukannya.

Entah apa yang terjadi dengan Aksa, padahal dia tak pernah angkat suara saat dikelas. Hari ini, mendadak ia bersikap seperti ini. Aku sedikit kaget, tapi juga sedikit senang. Jarak diantara kami, kuharap berkurang.

"Ck" Liv segera mencari tempat lain, kekesalan diwajahnya terlihat jelas. Tatapan dari teman sekelas padaku juga semakin tajam. huh, semakin banyak saja yang tidak suka padaku.

"bagaimana Liv bisa mengenal Alesya?"
"Kau kan tahu hobby Alesya apa haha"

Bisikan itu terdengar menyakitkan ditelingaku. Sayang sekali Nara tidak masuk sekolah. Jika dia ada, dia pasti akan memarahi mereka semua. Sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan omongan mereka, yang ku pikirkan saat ini adalah Aksa.

"Jangan ada yang berbicara jika tidak ingin wajahnya dipenuhi lebam hari ini." Aksa bahkan tidak berteriak, tapi suaranya terdengar keras dan tegas.

Apa dia bersikap seperti itu karena tidak suka aku dibicarakan buruk? Ah, tapi tidak mungkin. Aksa kan orang yang tidak berperasaan. Dia pasti tidak peduli dengan hal seperti itu, apa lagi perasaanku.

*****
maaf untuk para pembaca yang sudah menunggu cukup lama.

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang