#23 Siren pengganggu

233 44 1
                                    

"Kau langsung percaya padanya setelah dia menyebut nama Aksa?" Liv mendengus. Dia jelas kesal pada Alesya saat ini. Pasalnya, gadis itu telah berjanji akan datang menemui Baron pada purnama depan. Mengabaikan larangannya.

"Apa salahnya mempercayai pria itu?"

"Baron itu licik, Ale!"

"Dia tidak jahat. Dia ayah angkat Aksa. Dia ju--"

"Pernahkah kau mendengarkanku satu kali saja?!" Liv menatap kedua mata Alesya tajam. Di menelan ludah, kemudian memijat dahinya. Berusaha meredakan amarah yang sudah sampai di ubun-ubun. "Pria itu bahkan tidak benar-benar mencintaimu!"

Alesya mengerjapkan mata. Tidak memahami perkataan Liv. "Maksudmu?"

"Kau tahu betul apa yang aku maksud, Ale. Pria itu terobsesi pada Kiara dan kau memiliki wajah yang sama dengan dirinya. Katakan, apa itu bisa disebut cinta?" Liv lagi-lagi mendengus kesal. Pria berambut pirang itu kemudian berjalan meninggalkan Alesya yang masih diam mematung di lorong istana.

Ucapan Liv terngiang-ngiang di kepala Alesya. Membuat gadis itu jadi gelisah sendiri.

Alesya sudah yakin bahwa dia adalah Kiara. Sangat yakin. Dia menerima hal itu dengan senang hati. Namun, perkataan Liv soal 'Aksa terobsesi pada wajah Kiara', membuat hatinya takut.

Dia pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Menghilangkan ketakutan itu.

Langkah Alesya sampai di depan pintu kamarnya. Gadis itu melihat Aksa duduk di atas tempat tidurnya. Tersenyum kaku sebagaimana biasanya, namun bak cahaya di mata Alesya. Membuat gundah Alesya mendadak hilang.

"Selamat datang kembali!" seru Aksa dari atas tempat tidur. Kedua tangannya terentang, menunggu Alesya masuk ke pelukannya.

"Apa aku sedang disambut?" tanya Alesya sambil menyipitkan kedua matanya.

"Tentu." Aksa bangkit dari duduknya dan langsung mendekap Alesya. Pria jangkung itu menyandarkan kepalanya ke bahu sang gadis. Mengecupi bahu itu dengan lembut hingga membuat Alesya meringis geli.

"Aksa..." Alesya mendorong pelan Aksa, membuat pelukan pria itu terlepas. "Aksa, aku ingin bertanya..."

Aksa memiringkan kepalanya. Matanya  fokus menatap mata gadisnya yang sedang menunjukkan perasaan gelisah itu. Dahinya kemudian berkerut. Dengan cemas, dia langsung menangkup pipi sang gadis.

"Kau kenapa? Apa ada seseorang yang mengganggumu? Katakan siapa namanya, aku akan langsung menghabisinya."

Ucapan Aksa membuat Alesya melotot. Ia buru-buru menggelengkan kepalanya. Takut Aksa akan melakukan sesuatu yang buruk.

"Huh, harusnya kau bangunkan aku tadi. Dengan begitu, aku bisa menjagamu." Aksa menarik pinggang Alesya. Menghapus jarak yang ada di antara mereka.

"Katakan, apa yang ingin kau ketahui," bisik Aksa tepat di telinga Alesya.

"Aksa, kenapa kau menyukaiku?"

Aksa terdiam sesaat. Dia kemudian menghela napas pelan dan menangkup kedua pipi Alesya menggunakan tangannya.

"Tentu saja karena kau adalah Kiara"

Napas Alesya seakan tercekat. Dia menelan ludah tepat setelah Aksa menyelesaikan kalimatnya dan kembali mendekap tubuhnya. Ucapan Liv kembali terngiang-ngiang di kepala Alesya, membuat kepalanya jadi pening.

"Kau sangat sempurna, Alesya. Terkadang, aku bahkan tidak percaya bahwa kau adalah milikku sepenuhnya," lirih Aksa.

Alesya mendesah pelan. Dia menerima kehangatan yang diberikan oleh Aksa. Selalu merasa tenang setiap kali pria itu mendekapnya seperti ini. Sangat suka ketika mendengar debaran jantung kekasihnya yang sama kencangnya seperti miliknya.

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang