#8 aku ingat.

518 89 1
                                    

Aku disini, menunggumu.

-Charlie

*****
Aku duduk membisu, memeluk kedua kakiku. Kepalaku masih terasa sakit. Sudah 3 hari aku absen sekolah dan memilih berdiam diri di dalam kamar.

Semenjak kejadian dihari itu, aku sering memimpikan wanita yang tidak beruntung itu, Kiara. Aku semakin takut setiap malam. Semua kejadian ini seakan tidak bisa diterima oleh logikaku. Tak peduli berapa kali aku mencoba untuk melupakannya, pada akhirnya aku tetap memikirkannya. Aku lelah, aku sadar yang harus aku lakukan untuk menghilangkan semua ini adalah dengan menemui Aksa.

"Berapa lama ibu dan ayahmu pergi?" Nara bertanya. Dia datang untuk menjengukku hari ini. Kedua orang tuaku sedang pergi keluar negeri untuk beberapa urusan. Setidaknya itulah yang mereka katakan padaku. Jadi, aku cukup bersyukur Nara mau datang dan menghiburku disini.

"sebulan mungkin." Jawabanku membuat mata Nara membulat. Yah, ini bukan pertama kali mereka meninggalkanku.

"Sudah sore, aku harus segera pulang. Malam ini aku ada kencan buta." Ucapnya sambil mengedipkan mata kirinya, ia tersenyum. Nara bergegas berdiri, menggendong tas ranselnya, dan mengambil sepotong roti diatas meja belajarku.

Nara berjalan keluar dari kamarku. Aku mengikutinya dari belakang, berniat untuk mengantarnya sampai pintu depan. Setelah mengatakan beberapa kalimat perpisahan, ia pun beranjak pulang. Aku menatap kepergiannya, aku sedikit kesepian.

"Hai!"

Suara itu membuatku terkejut sampai aku spontan mundur dan menabrak pintu.

"Aw," rintihku.

"Sakit?" Aku segera memandang pemilik suara itu, Aksa.

Aku merasa belum siap untuk bertemu dengannya saat ini. Aku masih merasa takut berada didekatnya. Bahkan untuk memandang wajahnya lagi, aku tidak sanggup.

"Sebenarnya siapa dirimu? apa yang kau lakukan padaku?" Aku memberanikan diriku untuk bertanya. Kakiku sedikit lemas.

"percaya reinkarnasi Alesya?" tangan Aksa menarik daguku dengan lembut, membuat wajah kami semakin dekat. Aku memejamkan mataku, aku sangat takut memandang matanya. "Kau harus percaya, itu nyata. Buka matamu Alesya." Aku menggelengkan kepalaku perlahan, menolak perintahnya. "Buka matamu dan lihat baik-baik mataku. Tidakkah bola mataku terlihat familiar?" Aku mengumpulkan keberanianku. Mencoba membuka mataku dan melakukan perintah Aksa. "Bagus, lihatlah baik-baik. Jika tidak jelas, aku bisa melepasnya sebentar untukmu." Aku terkejut dengan perkataannya. Dia tidak serius ingin mengeluarkan bola matanya bukan?

Aku membuka kedua mataku perlahan dan menahan napas karena merasa gugup. Jantungku berdetak semakin cepat. Rasa takut mulai menyelimutiku. Kenapa aku tidak menahan Nara untuk menemaniku.

Aku menatap mata Aksa. Mata merahnya seakan terlihat seperti darah. Tunggu, mata ini... Charlie. Charlie Roxy Alexan, Raja vampir dimimpiku. Aku tidak mungkin salah, mereka memiliki mata yang sama.

"Charlie" ucapku tanpa sadar. Aksa tiba-tiba langsung memelukku. 

'Bukkk'

Aku memukul perut Aksa. Siapa yang memberinya izin untuk memelukku seperti itu. Dia sedikit meringis karena pukulanku lalu memandangku dengan senyuman. Aku menarik napas panjang, mencoba meyakinkan diriku untuk tidak perlu takut lagi padanya. Dia hanyalah orang gila yang suka memainkan perasaan orang lain.

"Aku tidak memberimu izin untuk menyentuhku".

"Lagi pula jika aku minta izin, kau tidak akan mengizinkan." ucapannya benar.

"Jangan membuang waktuku Aksa. Kenapa aku terus mendapat ingatan Kiara setiap malam? apa yang kau lakukan padaku?" Aku mencoba untuk tidak membuang waktu lagi. Kakiku semakin lemas.

"Semua sudah jelas. Itu adalah ingatanmu dikehidupan sebelumnya, aku hanya sedikit membantumu mengingatnya." Aku semakin kesal dibuatnya. Hal apa lagi ini, bagaimana mungkin aku mempercayainya. "Awalnya aku ingin agar kau mengingat semuanya sendiri, tapi setelah 18 tahun kau masih tidak mengingat apapun".

Aku terdiam, mencoba mencerna semua kalimat Aksa dengan seksama. Ini membuat kepalaku semakin sakit saja.

"Percaya padaku, kau adalah Kiara." Aksa tiba-tiba memegang kedua tanganku. Aku yang terkejut spontan menepis kedua tangannya.

Aku langsung masuk ke dalam rumah dan mengunci rapat-rapat pintu rumahku, meninggalkan Aksa begitu saja didepan pintu. Aku berlari secepat mungkin menuju kamarku, menutup jendela dan bersembunyi dibalik selimut. Semua ini tidak masuk akal.

*****

I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang