"Katakan, siapa namamu?" tanya Liv pada seorang vampir cantik yang saat ini sedang berdiri di samping Alesya.
Vampir itu memiliki rambut cokelat panjang. Terurai indah sampai pinggang. Dengan kulit putih pucat, namun bibirnya merah. Bukan karena pewarna bibir, tapi karena darah. Dia baru selesai menghisab darah kelinci kecil beberapa waktu lalu.
"Aku tanya, siapa namamu?!" Liv mulai mengeluarkan pedangnya. Mengarahkan pedang itu pada vampir wanita itu.
Melihat yang ditodongkan pedang terdiam, membuat Liv mendadak kesal. Apa lagi vampir wanita itu malah tersenyum padanya. Tersenyum tulus, namun di mata Liv, itu adalah senyum ancaman.
"Liv, hentikan itu! Dia bukan orang ja--"
"Diamlah, Ale. Bisa saja vampir ini ingin menghisab darahmu"
Alesya menggeram. Dia ingin mengatakan bahwa vampir itu bukanlah seseorang yang patut dicurigai. Vampir itu hanya membantunya berpakaian.
Salah. Dia bukan pelayan. Gaunnya mewah. Sangat mewah malah. Dia benar-benar terlihat seperti seorang bangsawan kelas atas.
Vampir wanita itu memang diam. Tidak bersuara sedikit pun, namun wajahnya tulus. Itu sudah cukup bagi Alesya untuk mempercayainya. Lagi, Kainer sendiri yang mengirim wanita itu padanya.
"Kenap kau tidak menja--"
"Turunkan pedangmu, Liveny! Dia adalah tunanganku!"
Kainer masuk ke ruangan itu dengan mata yang tajam. Tangannya mengepal, seolah bersiap untuk memukul Liv.
"Lalu kenapa dia tidak bicara? Aku menanyai namanya berulang kali, namun dia tidak menjawabku. Apa dia tuli?" tanya Liv.
"Tunanganku bisu, Tuan Liveny Carsten"
"Bisu?" Liv gagap. Dia menelan ludah. Mengingat sesuatu.
Liv buru-buru menurunkan pedangnya. Matanya melirik wanita itu sesaat. Wajahnya menunjukkan perasaan canggung, namun hatinya tidak merasa bersalah.
"Tunanganku bisu." Kainer menatap tajam pada Liv, kemudian berjalan mendekati tunangannya. Pandangannya mendadak melembut saat matanya bertemu dengan mata tunangannya itu.
"Tolong maafkan Liv, Kainer," ucap Alesya sambil menunduk pada Kainer. "Untukmu juga," lanjutnya sambil menunduk pada wanita itu.
Wanita itu tersenyum tulus pada Alesya. Dari awal, dia memang tak memudarkan senyum di bibirnya. Bukan berusaha bersikap ramah, namun wanita itu 'memang' sangat ramah.
"Kalau begitu, silakan nikmati waktu kalian. Aku dan Liv akan pergi jalan-jalan," kata Alesya dengan sanyum canggung.
Alesya sangat merasa bersalah dengan perbuatan Liv. Apa lagi, Liv sempat bertanya apa wanita itu tuli.
"Nona, Alesya, apa Anda yakin ingin pergi jalan-jalan dengan hanya menggunakan korset di bagian atas tubuh Anda?" tanya Kainer.
Alesya melotot. Gadis berambut pirang ini baru menyadari bahwa dia belum selesai berpakaian. Itu karena dia terkejut saat Liv tiba-tiba masuk ke ruangan ini sambil memegang pedangnya tadi.
Sebenarnya, ini bukan kali pertama Liv tiba-tiba masuk ke ruangan Alesya. Dia selalu curiga pada orang yang berada di dekat gadis itu. Tidak ingin lengah. Dia bahkan berjaga di depan pintu kamar mandi setiap Alesya pergi untuk membersihkan diri. Membuat Alesya bergidik.
Liv tiba-tiba berjalan ke depan Alesya. Dia membelakangi gadis itu. Dengan telinga memerah, dia menatap Kainer tajam.
Kainer menyeringai. Mengerti maksud dari tindakan Liv. Dia tahu bahwa werewolf itu sedang berusaha menutupi Alesya yang saat ini sudah malu setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a MIXED BLOOD : The Return Of The Queen
Vampirevampir adalah makhluk yang lahir dari jiwa manusia yang dikutuk. roh yang terperangkap dan tak bisa pulang ke akhirat. makan makanan manusia dan juga bertingkah layaknya manusia. namun vampir lebih istimewa, mereka memiliki beraneka ragam kemampuan...